Gadis yang Dikurung Selama Dua Puluh Tahun
kelamin perempuan. Dia sehat dan s
rempuan muda yang baru saja melahirkan tampak syok. Ia menelaan a
*
meronda berkeliling kampung tiba-tiba dikagetkan oleh suar
sama lain dengan dahi yang mengerut.
terlihat sepi seperti tidak berpenghuni. Pa
Mbak Farah bukan, yah?" ta
nggal sesaat setelah dilahirkan." Mereka
ah itu, lalu tadi tangisan bayi siapa, dong? Di kampun
karena suara tangisan bayi tadi kembali te
a ketakutan. Salah satu dari mereka bahkan ada yang jat
ah kanan, dia ke arah kiri karena terlalu panik. Mereka pu
*
Embun pagi pun tampak berkilau menyej
di pagi hari. Ibu-ibu berkerumun di warung-
ng masalah harga minyak yang melonjak tinggi,
a tangisan bayi yang sering terdengar di t
san bayi, tapi tidak tau arahnya dari mana." S
manusia atau bayi uka-uka yah, di sini kan tidak ada yang baru melahirkan, kecuali Neng Farah yang rumahnya terpencil di ujung sa
hilangan bayi itu. Jadi bayinya teh gentayangan!" celetuk
masing-masing karena merinding. Mereka lalu terd
uga, yah?" tanya si ibu yang badan
dengan bibir melengku
itu dan memegang pundaknya. "Kami turut berduka cit
banyak." Farah sedikit
a meninggal? Apa lahirnya p
ekitar. Tangan perempuan itu juga terus memegang ujung bajunya sen
yi sa--
h makin sedih. Sudah, mendingan kita pulang dan masak, kasian suami-suami kita pasti kelap
g. Begitu juga dengan Farah, setelah membeli se
sekitar sebelum masuk ke rumah. Setelah merasa
dan menghela napas lega, karena melihat bayi perempuannya yang diberi na
gis. Farah dengan sigap menggedong bayi tersebut,
rah pergi ke dapur untuk membuat kue y
ebutuhan hidupnya. Para tetangga juga banyak yang
ali bersosialisasi dengan tetangga sekitar. Hari-hariny
bayi mungil berjenis kelamin perempuan,
epentingan mendesak. Namun, ia selalu
ang ke kampung itu dalam keadaan hamil tua; se
keluarganya ada di mana, karena setiap kali ditan
ri pemukiman warga dengan cara dicicil.
pun, Farah berusha pergi ke tempat bersalin seoran
h mengatakan kepada warga bahwa bayi yang baru dilahirkannya men
na selama ini mereka mengenal Farah adalah so
dak. Perempuan itu juga membuat makam kecil di be
orang. Ia merawat dan mendidik anak itu seorang diri hing
taran sang anak pun semakin bertambah. Ia sering ber
tanya gadis kecil bermata indah itu yang
ah menggertak dengan napas menderu
angkah mundur menjauhi ibunya. Ia sangat takut k
kaca-kaca. Sang ibu pun menghela nap
pean dan lagi banyak pikirin, jadi emosinya tidak terkont
an merangkul gadis kecil itu dan menciu
amuala
salam sembari mengetuk pintu. Perempuan itu lalu ber
luarkan suara apa pun," pesan Farah kepada gadis kecil
gguk. Ia seolah sudah terbiasa
rnyata tetangganya yang datang, yai
nggingkan senyuman khasnya. "
ulang tahun buat anak saya. Acaranya dua hari la
"Iya, Bu, insyaallah kue a
eng. Oh, iya, ini uang mukanya." Perempuan yang umurnya
ar kuenya ke rumah Ibu, yah. Gratis ongkir,
Ya udah, terima kasih sebelumnya, yah. Kal
ikumsa
lah beberapa langkah mereka menjauh dari rumah Farah
ibunya. Sang ibu pun berhenti
a, Nak?" Si
tunjuk anak tadi k
nak. Akan tetapi, ia tidak melihat siapa-siapa. "Di mana? Di
lam kamar itu ada anak-anak pake hijab. Itu past
k. Udah ah, kita pulang, yuk!" ajak Bu Rima sembari me
rus melihat ke rumah Farah, dan ba
sam