Cinta dunia akhirat
Ia bersenandung seraya memakai hijab sederhana nya. Senyuman
l rumah nya yang bergambar kepala doraemon
ia menatap sebentar pintu kamar Jino yang juga
mpuan
dengan perempuan yang bernama
g merasakan sakit d
an itu akan pulang tetapi kenyataan nya ia mal
G
tah apa yang Ia pikirkan. Tetapi sepertinya tatapan itu menyiratkan betapa pedi
ku
h cu
ihat bibir Jino dengan manis mendarat m
an tenang di wajah Sheva yang baru sa
ang kasmaran di depan kamar mereka itu. Sheva melangkah menuju dapur
gan fake smile nya saat
, non
enoleh pada Sheva sambi
juga
k Reina tidak mengetahui seluk beluk penyebab Sheva menangis. Kalau Bik Reina tau, pasti asiste
s besar berwarna abu-abu ya
gilnya untuk melihat bahan-bahan di
**
ayo kita
ringah usai ia bercumbu me
at lalu menggamit len
i aku lap
n Jino yang sama sekali tidak enak di lihat. Jin
pat kilat Jino me
arang ya. Kamu ma
u di sini. Jadi ngapain ngabisin uang bu
akan nya si pembantu alia
gguk meyak
ak
dengan sa
ban
tpun mengatakan seorang perempuan baik dengan sebutan 'pembantu' Siapal
nuju meja makan yang sudah di huni oleh Sheva yang sedang men
epatah kata pun pada seseorang yang
elah itu ia melangkah menuju da
lah susu kesukaan Jino tapi selama Sheva yang membuatkan nya, Jino tak pernah meminumnya. Jangankan meminumnya, di sentuh pun tak pernah. Susu itu selalu berujung di tempat sampah begitupun
raut dendam sedikitpun di wajah Sheva pada perempuan yang sedang bersuap-suapan dengan Jino di hadapannya itu. Justru Sheva membalas tatapan itu dengan
a sudah sangat Lapar tapi ia tahan karena ia tak m
! tu
gkah, suara berat Jino s
ajah datar dan tatapan dingin untuk nya beda sekali saat Jino menatap Lia. Jangan di tanya bagaimana perl
gelas?! Kenapa lo gak buat susu unt
dengan nada
udah b
ia yang melihat hal itu tersenyum sinis. Sepertinya ia pua
ku mau pergi bentar ya. Gak papa
i sela kegia
mengerinyitkan
g ken
a bicara Lia yang sengaja di buat-buat mungkin biar laki-laki
lalu menepuk
nggil papa
jutkan makannya yang
an nya. Suasana di antara mereka kembali hening. Han
u lagi di tangan mungilnya. Ia meletakkan s
va sambil menyenggol tangan Sheva yang
an
tan Lia yang dengan sengaja menyentuh tangan Sheva dan akhirnya S
hati saat gelas itu pecah kar
br
ggebrak meja dengan sangat kencang s
AAN LO?
tap tajam Sheva yang su
GANGGU GUE M
. Ia tak berani menjawab suaminya nya ini. Jangankan menjawab,
Ia bahagia dan merasa menang dari Sheva
BRENGSEK!
Sheva tak kunjung menjawab pertanyaan nya. Ia merasa
ang. Kamu j
bil menggiring Jino untuk
saat Sheva mas
itu?! Hah?! Lo sengaja m
*
mu balik lagi ka
erparkir rapi di dekat lokasi syuting mereka ha
e sini. Kan nanti aku mau take sama
t sambil mengedipkan mata nya. Lia
y J
pundak Jino saat Jino turun dari mobil nya untuk
utar bola mata nya malas. Sahabatnya
ih? Ngag
aneh. Leo mencuri pandangannya pada Lia yang
cak lalu
iran bini sendiri yang jelas-jel
dan menatapnya tajam. Leo hanya tersenyum memperlihatka
o? Udah sana cabut l
kasar mungkin karena sudah terlanjur sakit h
Kalau lo gak mau sama Sheva
ng menghampiri hati kejam Jino saat mendengar ucapan Leo walau sebenarnya ada unsur b
, gue gak akan nyia-nyiain istri sebaik Sheva. Jarang bro, ada istri yang sabar kayak Sheva. Zaman sekarang susah nyari istri sebaik dia.
o panjan
e
Jino saat mendengar penjelasan Leo. Entah mengapa i
i Sheva rasakan. Hati Jino seperti tertusuk ribuan jarum saat mengingat Sheva yang selalu ia sakiti. Tetapi Ia segera menepis pikiran nya tentang Sheva itu. Ia tak boleh m
ak jadi ke kan
di tempatnya dengan Jino. Leo hanya mengendikkan bahunya cuek lalu melenggang pergi tak pedul
yan
entak kaget kini ia terbangun dari l
Aku pergi d
l. Ia mencium bibir Lia sekejap lalu masuk ke dalam mobil dan berg
*
a manggil J
duk di kursi yang berhadapan dengan
kamu sudah menjalankan nya dengan
langsung di sambu
. Tapi ini semua belum seberapa. Masih banyak had
ekeh lalu bangkit dari kursi kebesarannya. Syarief berjalan menuju jendela
di andalkan, putra syarie
ik menatap Jin
i kamu terjerumus di dala
enatap Jino yang mengerutkan dahin
sud
seraya mena
gadis itu hingga pada akhirnya kamu
an lantang, tegas
ti gejolak apa yang ia rasakan saat ini. Tetapi yang jelas gejolak itu bukanlah berupa dendam lagi. Namun? Entahlah. Jujur, semenjak Leo memperingatinya tadi, Jino menjadi berbeda dari biasanya. Tet
gar papa,
i tadi tak ada jawaban sam
menormalkan ekspresi nya agar
a permainan ini tidak akan meninggalkan bekas sedikitpun.
ya sendiri bahwa ucapan lantangannya itu akan berlangsung secepatnya. Ia akan me
ag
t mendengar janji anak nya sendiri. Jino tersenyum t