Aku Simpanan Tante-Tante
bol. Wanita itu memekik tertahan lalu mendesah. Kali ini Andra yang menggempurnya habis-habisan dari
iska menegang. Dinding-dinding kewanitaannya
ya. Dia membalikkan tubuh Tante Siska mengh
kal memainkan kepala rudal milik Andra, menari-nari, me
genai urusan ini. Dia pintar menerb
mun, Andra belum mau menyerah kalah. Andra menyambar bahu Tante Siska dan membuatny
uting yang keras. Andra benamkan wajahnya di antar
ukai aroma alami
dong," kata Andra saat dia merasakan tanga
atangan milik Andra. Dari ujung hingga pangkal. Jika d
lesakkan rudal ke lubang di sana. Tante Siska merem melek dibuatnya. Begitu menikmati tiap ger
lum, Ndra. Tan
ukkan pemuda itu ke atas penutup toilet duduk. S
ra berkata. Dia merasakan keha
ri memeluk tubuh Tante Siska dari belakang sambil m
ungguh nikm
ar sekara
han gerakan Tante Siska. Membiarkan rudal milik Andra terbenam keseluruhan dan berkedut di dalam liang w
... Tan
*
tau pun tukang kebun. Tante Siska meminta para asisten rumah tangga
l mendengarkan beberapa keluhan Tante Siska, Andr
sar daging ke mulutnya. Secara sensual menjilati saus yang menempel pada bibir. And
ka mengulang. Her
e seksi." A
ya mengalihkan
eguk setengah isinya. "Tadi aku ganti b
, bi
hu. "Ya ... mungk
Tante Siska sama sekali tidak ingin berbagi tubuh Andra dengan wanita lain, sedangkan Tante S
ke tengah meja. Wanita itu berdiri lalu melepaskan piyama handuk yang dia kenakan. Tubuhnya
renang," kata
y
Mata Andra tak pernah lepas dari
gaya telentang. Gunung kembarnya yang padat berisi, menyembul di bal
Tanpa ragu, pemuda itu me
a menyusul Tante Siska ke dalam kolam renan
mau ikutan?" Tante
nte Siska ke tepian kolam. Satu kali tarikan tali, bikini Tante Siska terlepas. Sepasang gunung sintal, men
da itu memang menggila jika bersama dengan Tante Siska. Tak ayal
yo masukin!" Tante Siska t
Andra turun ke bawah, menyibak ta
ngambil posisi, mele
l
embali membobol kew
Tante Sisk
mpar tepian dinding kolam renang saat pas
*
Siska mati-matian menahan kepergiannya. Percuma saja Andra mengina
perlahan, meski di simpang empat lamp
knya saling peluk dalam dinginnya suhu udara malam. Andra mengedar
dingin yang menusuk kulit, rasa lapar yang menyiksa serta sakit karena cemoohan orang, dulu pern
makanan. Meski hanya nasi putih dan tempe sepotong
kaum papa di jalanan. Seringkali Andra memberi u
cari akal. Ah ... tiba-tiba saja Andra teringat rumah makan cepat saji yang buka selama 24 ja
ecara cepat. Memasuki jalur drive thru, Andra memesan empat paket
lah Andra. Andra kendarai lagi mobil ke arah tadi. Lalu sengaja menghentikan
bis mengucek mata dia bangkit duduk. Andra berjongkok di depa
ngunkan anak-anak Ibu. Lebih s
lantas mengangguk. Dia segera membangunkan kedu
nar menatap gambar di kantong plastik yang tergeletak di dep
semringah. Seperti baru pertama
ap. Andra sendiri duduk dengan beralaskan kardus yang dipinjamkan si i
an para pengemis. Tak peduli pada tatapan heran atau bergidik jijik dari orang-orang yang berlalu lal
ma. Karena tidak seperti orang kaya, mereka tidak pernah memikirkan masa depan. Memikirkan ingi
ng membuat diri menjadi malas beke
*