All This About You
Ujian
n ada ujian-ujian selanjutnya. Ujian bukan untuk membuat kita lemah
isa membendung senyumanku lagi. Aku merasa, aku adalah wanita yang paling bahagia di
jah sudah seperti kepiting rebus. Aku m
Yansi. Benerkan, ini wajah
," omelku dan dud
a?" Yansi terus menggodaku, samb
rang melihat wajahku yang seperti kepiting rebus ini. Karena, sedar
ya pria paruh baya, ia
Saya sudah mendingan,"
pria itu lagi. Aku be
, Manisa gak akan bolos makan lagi,
Saya akan menjagany
ingin terbang," teri
Semua yang ada di sini juga meng
u ayahnya Qary, ingin menanyakan kembali. Apakah
lagi untuk menolak. "Apapun itu, saya menerimanya, Pak
yang belum kami ungkapkan kepada Nak Manisa," ucap Ayah. Ak
?" tanyaku yang sud
gasih tau Nak Manisa, nanti aja," jelas Ayah yang diikuti deng
Kakak," bisik Yansi
Yansi. Detak jantungku jadi gak nor
Manisa. Qary sudah menceritakan semuanya," jelas Ayah dengan pen
seketika. Aku gak bisa mencegah diriku, aku terus terpelo
, gak lain dan gak bukan, ini sem
n teriak ke mereka semua. Tetapi, kuurungkan niatku lagi. Aku pandang semua orang yang
gar Bunda menatapku. Kutatap Bunda dengan
a Allah," bisik B
enjaga aku dengan sepenuh hati, inilah waktunya aku berbakti, k
g Bunda bahagia. Yang penting, Bunda sudah
ucapku yang membuat semua orang t
llah," ucap
bahagia," bisik Bu
h biasa menderita. Yang terpenti
a ada orang yang benar-benar tulus mencintaiku. Ada Bunda,
ya, Nak," bisik
k," timpal Yansi y
g sayang denganku,
lamaran aja gimana?" kata Ay
jadi tertawa, melihat tingkah
dengannya. Biarlah kami menikah tanpa berbalas cinta. Biar saja, ia yang mencintaik
las dendam denganmu. Aku akan mem
*
an menikah. Aku gak tau apa yang akan terjadi dengan rumah tangga kami, karena aku
ta ia itu bukanlah pria yang tegas. Seharusnya dari awal
i sudah akan menikah besok," ucapk
n Ayah, aku harus mengabari Ayah
ia. Ayah ...," suaraku terhenti, aku kembali mengatur napas, rasanya sangat sesak akibat menahan tangi
ggalkan tempat ini. Aku gak mau nangis,
ngaja, agar aku bisa menangis dengan puasnya. Kutumpahkan se
kiri, sampai ini motor masuk selokan. Ah, sayangnya, aku
gak papa sih, sayang sekali. Iya, sayang banget, padahal kal
n paniknya. Bukan ke aku nanyanya, malainkan k
yang menolongi aku. Mereka mala sibuk dengan anak kecil itu. Su
tar badanku, perasaan nyesel saat melihat wajahnya, siapa la
n, jangan di sini!" teriak s
alah anak ibu, main nyebrang aja!" marahku, dalam hat
nak Ibu gak papa, kan?" Mas Abqary b
pir mati, Mas," sahut
yang handal kok," ucap Mas Abqary dan
ebut aku sebagai istrinya, padaha
, jangan balap di tempat umum," sahut ibu i
gak merasa bersalah, setelah menganggap aku istrinya, tadi lagi, bilang aku
pembalap," omelku saa
kalau gak bisa lompat, pasti Manisa sudah ada di
rutuku sambil berjalan menghampir
Allah," sahutnya dan ikut
saat liat wajahnya. Aku kira ia ... ah, aku ter
tiba-tiba muncul?" ta
kam ayah, eh, pas mas nyampek, Manisa udah keluar,
ku singkat, le
was dulu," titah Mas Abqa
ya, main tarik jilbab saja. Pikirnya aku anak kucing apa? Udahlah,
"Maaf, Mas, walaupun begitu aku tetap gak jatuh hati pad
ucap Mas Abqary melihatk
pa," sah
tambah
lam hati. "Jadi, di mana?" tanyaku
ada tempat untuk berteduh, karena ema
akan, beli sarapan," ucapnya dengan mata yang disipitk
kata hatiku. Aku segera bangkit, mengikuti
mpak menarik motorku lagi. Susah banget keliatan
sudah pasti banyak orang lewat. Dengan sabarny
as Abqary menarik ujung jilbab dep
, bila perlu gak usah pakai cabe, ya, Bu
ngan anak kecil. Emang dasar laki-laki, ya, asal aja kalau nyebrang. Terus jalan, walaupun a
h ditebak, aku terus menatap kepergiannya. Aku kok merasa dijaga, ya? Ak
at. Laki-laki yang baik, hanya ay
nya," ucap seorang i
a, Bu," sahutku d
tnya, "Mbak, itu suami,
k, Bu,"
itu keliatan seperti or
hati. Aku hanya membalas ucapan ibu it
mua wanita lho, Mbak," ucapnya samb
ucapku, memberi kode agar ia lekas pergi. Masi
apnya sambil cengengesan
tanya Mas Abqary mengh
ru sadar. Iya, aku ketiduran
ayo pulang
i, aku boncengan sama
isa naik motor?"
un sebenarnya aku gak p
ini, ya," pinta Mas Abqary me
emanggil namanya. Biarlah, ia paham-paham sendiri dengan per
, "Tadi, mas mau cari ojek yang cewek, tapi gak dapat
nggapinya. "Udah dibayar atau belum?"
k motornya. Mas ngikut di belakan
*