Hutang suami membawa petaka
*
nja di langit yang kelabu. Setelah membereskan piring yang bertumpuk dari pagi tadi, aku duduk
ran toko. Motor yang kukenal beserta orang
ini lelaki itu berpakaian formal dinas pendidikan. Wajahny
a saat kuletakkan sepiring nasi uduk yang masih pana
nnya cepat, sepertinya di
arap diterima ya dek." Laki laki itu menyerahkan sebuah amplop d
ima ini semua nanti saya tidak b
epada Dek Tantri. Saya menang tender hari ini, jadi dek tantri jangan berfikir untuk
a menerima ini." Aku kembali meletakk
enjadi muram, tapi dia berusaha untuk ter
hati mu terbuka untukku dek. Aku akan membahagiakanmu dan ana
lajaran yang harus mas isi satu jam lagi.
adi pelajaran bagiku. Bukan aku tak mau membuka hati, tapi untuk saat ini aku belum bisa menerima siapapu
ba baru. Meja, kursi, steling yang lebih besar yang mulanya tak seberapa kini bertambah jumlahny
is, suatu saat saya memiliki kelebihan uang, saya akan ganti semua," cetusku. Aku s
an berpikir yang tidak-tidak. Mas hanya ingin me
bil mewah berhenti t
as." Mas Nano terbirit-birit menyambut or
at pesanan teman-temannya kemudian membantu menghidangkan. Sempat kudengar celotehan salah seorang dari mereka. "Wuih, su
*
ajah teduh dan lembut berumur sekitaran tiga
il mengangsurkan bekas piring makannya ke teng
ring bekas makannya. Aku duduk di hadapannya
r di samping mesjid dekat pasar pagi ini
bisa lanjut sampai malam, istilahnya mengha
sar kami mengadakan pengajian, kakak bisa bergabung di sana. Nambah ilmu a
a Allah, hati akan tenang kak, Allah akan beri jalan k
dari Allah, mungkin karena itu Allah menegur saya dengan m
kan menerima kedatangan ku. Sungguh aku terpukau dengan wanita lembut itu, sejuk itu
*
ai saat ini aku akan merubah penampilanku dengan memakai hijab panjan
ika saat aku bersiap-siap menghadiri pengajian
a berpenampilan seperti ini ya
ika memang sudah berhijab sejak sekolah menengah pertama. Tika mendukung mama setulus hati. Mama cantik
ama bersyukur memiliki kalia
menuju samping ruko paling ujung. Hanya dengan berjalan kaki lima menit saja, aku sudah sampai. Rupanya pengajian itu cukup ramai di
yang tak pernah kuajari agama hanya mengandalkan sekolah saja, sedang aku sibuk memperkaya diri. Lihatlah buktinya kekayaan yang kudapat lenyap dalam sekejab mata, padahal bert
an dalam hati hingga aku merasa lega. Aku ingat Lina sahabatku yang begitu baik dan tulus seperti mbak Aina, dia selalu ada dikala aku susah, walau dari seg
C.