Hutang suami membawa petaka
*
ang. Ruko itu terdiri dari dua lantai, di lantai atas adalah rumah tinggalku dan anak-anak dengan dua kamar tidur dan satu kamar multifungsi. Sedangkan dilantai bawah aku mulai berusaha berjua
ya enak dan beda dari makanan tempat lain. jualan ku ini memang resep dari almarhum Ibu yang baru berpulang, kata beliau warisan t
adian yang menimpaku. Apalagi mengingat Mas Yadi suami yang baik menur
a kalian," protes Nisa, karena teman-temanku menanyakan asal mula kejadian itu. wanita asal la
ihat aku sudah bangkit lagi, kan?" ucapku membanggakan diri yan
ngkahku yang memamerkan kedua o
dengan harga diskon yang kube
dekat Resto," ujar buk Sari, wanita paruh baya seorang pedagang bakso yang mangkal di sekitar resto.
mu juga menolong kami dari satpol PP dan mengizinkan kami mengais rejeki di sekitar
atah mengatakan 'apa yang tanam itu juga yang akan kita tuai'. Kami sama sekarang, tak ada lagi Tantri yang kaya yang memiliki restroran dengan cabang dimana-mana, semua lenyap dalam sekejab mata. Berkat mereka
*
as dan pintar dalam mengelola keuangan semua restroku dulu. Aku sudah menganggapnya adikku sendiri karena dia juga bisa jadi teman dikala waktu senggang kami dalam bekerja. Akan tetapi semenjak peristiwa itu terjadi aku harus
r buk, ba
ik. Hidup terus berjalan, saya haru
? Sudah dapat p
. Masih melamar sana-sini
tar lagi kamu akan dapat pekerj
u, ibuk harus mencicil sebe
u tidak tahu," ucapku memelas. Kalau mengingat itu se
buk. Sisa dia pulang ke rumah selingkuhannya yang merupakan istri sirinya, dalam beberapa tahun belakangan. Menurut dia lagi
. Aku yang terlalu sibuk dengan bisnisku sampai ingin mengetahui apa kegiatan Mas Yadi saja
ghela napas berat. "Biarlah, semua suda
mberi harapan. Tapi menurutku percuma, harapan apa? Apa Mas Yadi akan mengembalikan se
u, cuma ibuk tidak ada uang unt
tidak butuh bayaran,
k berharap apa-apa lagi karena
idak semua." Tama kekeh dengan usaha
gagetkanku dan Tama. Alya yang tiba-tiba turun dari
erkejut dan salah tingk
buk tidak pernah mempertemukan k
jadi kami pernah bertemu di rumah teman
u ibu." Tama menjabat tanganku dan menciumnya sebagai tanda hormat. Dia melangkah
ah, aku tak mau ambil pusing. Sekarang aku harus segera ke Bank untuk mengurus berkas-berkas yang mengenai rumah, karena kalau besok tukang ta