Misteri Masalembo (Crash Landing)
rya yang bobok semalaman kini terbangun dari peraduannya yang panjang, memancarkan warna ungu ke-kuning-kuningan yang me
uk lirik irama yang menyejukkan hati. Gravitasi matahari dan rembulan menimbulkan aliran air pasang surut yang terus bersirkulasi tak henti-henti. Ind
ada hambanya. Ketika bumi selalu dihiasi dengan kesesatan dan kemunafikan. Di mana kemaksiatan, tumpukan dus
mai dan indah perlahan berlalu, kemudian berubah jadi petaka, sebegitu cepatnya. Alam pun ikut berubah seiring bergantinya wa
*
r si burung besi Hercules lockheed C-130 dalam sebuah misi kemanusiaan mengangkut obat-obatan dan bahan makanan untuk korban bencana alam ak
. Kedua bola matanya melotot plonga-plongo lihat sana
mungkin pressure drop?" Pertanyaan itu terlontar dari mulut Letnan-dua s
t Hercules Lockheed C-130 itu juga merasakan adanya sentakan. Namun pilot termuda dengan pang
ahut Adam memelototi instrumen-i
n kecepatan Kapten." Sukhairi sontak panik setelah mendengar. Letnan itu ikut
" Sentak Sukhairi g
dari 'air speed allert incicator pesawat. Sukhairi yang mengetahuinya gempar. Sampai-sampai dia mengetok-ngetok display indikasi kecepatan pesawat 'speed allert
h. "Oh my god...., oh my god...., oh my god....!" Ucap
pesawat seperti itu tak biasanya terjadi. Berkemungkinan suhu di luar pesawat begitu dingin hingga menyebabkan 'icing' atau peng-es-an yang menyumbat 'pitot tube,' sebuah sensor luar yang tertan
ikan angka-angka digital yang tertera di sana perlahan berkuran
d drop Kapten....!" Teri
ikannya. Perwira muda itu mengintip ke sisi bahagian kiri pesawat melalui
i. Suaranya masih terdengar datar mengetahui kedua mesin p
l Kep." Sukhairi menyela setelah dia memp
nots, aman Kep." Ucap Sukha
nstant....!" Sambut Ada
masih terpantau stabil di 310 knot, atau 592 kilometer per jam. Tujuh sirip 'propeller' pada masing-masing m
jar Letnan itu. Lega-lega ngeri jantung Sukhairi menyaksikan dua propeller atau baling-baling yang tergantung di s
py.' Adam menga
i atas permukaan laut. Tepat seratus mil timur laut jauhnya dari kepulauan Masalembo. Masih sekitar 175 mil laut atau 314 kilometer lagi menuju landasan pacu terdekat
en Adam dengan bandara pengawas setempat mem
el si one three zero, our two engines is
er one seven five miles from run way, we
*
berapa detik. Tak lama kemudian, secuil lagi sentakan kembali dirasakan dalam kokpit. Dengungan mesi
letuk lagi. Kemudian dia gigit-gigit jari
n lagi Kep, di dua p
lihat tuh sekarang
Kep, mudah-mudaha
in kita masih
pasitas penuhnya. "Fuel di tujuh puluh persen Letnan, tak ada masalah, tapi paling tidak kita b
wat terpantau menurun lagi. Indikator kecepatan pesawat menunjukkan adan
agi Kapten....!" Sukha
apten, apakah kit
an, tahan
g terjadi di depan pesawat begitu mencengangkan. Warna merah terlihat
diri. Perwira itu mengatur keseimbangan antara tarikan nafas dan he
u tak pernah diundang. Tumpukan-tumpukan acak berwarna merah mirip ceceran darah menghiasi layar radar. Sebagian terlihat bergerak menyebar, sebagian warn
in ini bisa terjadi dengan tiba
khairi menyela. Dia ikut menden
kin menyebar." Tunjuk Adam pada display monitor cuaca. Badai kentara sekali terlihat menghadang mereka beberapa m
di sana. Kulit jidatnya langsung berkerut lima setelah dia mengetahuinya. "Ya Tuhan, badai...
baran awan-awan badai itu cukup luas. Jika terpaksa harus memilih menghindar, maka pesawat akan berputar terlalu jauh. Dengan kondisi kehilangan dua mesin pendorong 'propeller' sekaligus, kekuatan daya doron
ma puluh mil menjelang pantai." Je
gkin lebih aman Kep." Usul Sukhairi b
ngkinkan, lihat....! masih terus drop, seper
ta terob
isk, energi yang terkump
cy landing ap
memungkinkan, kita cari pertimbangan lain
ar-benar
dulu, kita coba temukan jalur denga
erapa bagian dia 'zoom' diperbesar beberapa kali agar dapat menganalisa lebih jelas. Ada beberapa bagian
epan sana, itu mungk
ihat indikasi warnanya, rute
memutar. Lihat warna merah yang ada di depannya ma
at kawin Kep, bagaimana nasib ku ini nanti....?" Suara
n itu Let!" Tunjuk Adam pada tumpukan dua awan
lagi aku Kep!" Sukhairi meng
ati Let.?" Ad
Kep....!" Sukhai
ya belum kawin?" Ada
tidak akan meninggalkan seorang janda!
embesarkan matanya meliha
*
rapa lokasi. Sebahagian terdeteksi meluas begitu cepat, namun ada juga terliha
mendekat satu sama lain, sekitar 11 mil laut jaraknya dari pesawat. Jika pesawat berhasil melewa
k dan itu lebih aman." Tunjuk Adam pada celah kosong yang terdeteksi di layar radar. "Kelihatannya mengambil rute
saja, masih sebelas mi
derajat ke kiri memilih rute terbang di antara dua kumpulan awan bad
*
lat berliku-liku tampak berhamburan, tersembur berkali-kali dari gumpalan-gumpalan awan hitam yang menakutkan. Bunyi dentum
terlonjak. Kedua bola matanya terbelala
*
at di depan pesawat. Lalu disambut oleh suara dentuman yang leb
elinga, luar biasa getarannya terasa. Bayangkan...., jin dan kuntilanak yang lagi bobok siang saja ikut
rus saja menghadang. Adam dan Sukhairi tetap maju
ir spee
"250
Altitu
sekarang di le
am memberi aba-aba bersiap-siap
ra....! huuh....!" Pekik Sukhairi mengep
cangan, jangan
copy Ke
s getting
Siap K
angat besar, sekitar enam mil lagi jaraknya dari pesawat. Detik-detik
suki celah hutan buas di malam nan gelap. Kemudian menyusup pelan me
alah, apalagi sampai berbuat lengah, jika mereka tiba-tiba saja terjaga, seketika itu juga mereka akan menerkam. Se
*
janjikan kematian. Sisa dua mesin baling-baling 'turbo proppeler' tertatih-tatih meraung kepayahan menantang angin kencang d
n kanan pesawat kini terjaga. Sekonyong-konyong mereka langsung menyergap. Seperti sergapan halilintar yang terlihat berlompatan dari salah satu sisi gumpalan a
erian. Napas seolah-olah tertahan di kerongkongan. Kedua perwira muda itu membisu dalam pen
i tembakan sporadis terlihat jelas meleset tepat di depan pesawat. S
ukan hanya sekali dua kali terjadi, tapi berkali-kali. Cahaya kilat bak peluru panas simpang siur mele
ihat ada perang di depan....! kita tertembak
listrik ringan, all is under control,
a terlihat indikasi ker
clear, sem
nya makin
i pesawat akan keluar dari tumpukan a
0 akhirnya terbebas dari perangkap yang mematikan. Dua kubu tumpukan aw
usap dada. Kepalanya kemudian melongok kiri kanan menyaksikan
*
ilang serta-merta. Kekagetan yang lebi
ng menimpa pesawat Hecules Lockheed C-130 itu. Di penghujung badai, dengan tak terduga pesawat itu di hadiahi sebuah serudukan 'cross-
terjerembab. Kemiringan pesawat secara berlebihan hingga melampaui ambang batas yang diizinkan telah memicu tak memadainy
espon dengan cepat. Lampu warna seketika menyala, lalu berkedip-kedip diikuti
pesawat di seruduk setan....!" Sukhairi yang
erjebak" Adam ikut berteriak tak mendu
ude allert aktif....!" Su
dak....! pertahankan ketinggian....!" Pekik Adam dengan mata terbelalak. "Pert
ukhairi yang mendengar
terus terperosok ke bawah. Semampu yang dia bisa, Perwira itu menarik stick kemudi ke arahnya berharap sirip-sirip elevat
*
berjuang, badai yang lebih garang tiba-tiba saja kembali menghadang. Belum sempat jantung Sukhairi yang mencak-mencak itu adem, dia menyaksikan l
atas permukaan laut dalam keadaan gelap tertutup kumpulan kabut hita
khairi bersorak terbelalak. "Ada sebuah pulau hantu Kep,
kut terbelalak diserang kekagetan menyaksikan suat
wat itu benar-benar menyeramkan. Selama menjadi seorang pilot di angkatan udara, baru kali ini Adam men
la mata perwira itu seketika tersengat melihat, kulit jidat ikut b
engan kepala. Bagaimana mungkin hal itu bisa terjadi, badai yang sebeg
a orang perwira itu dengan sigap membelokkan pesawat agar terhindar dari jebakan
is stuck....!" Ad
erjadi ini Kapten....!" S
im....! Allahuakbar....!"
pten....!" Lagi-lagi
gagal melakukan rolling untuk menghindar. Rudder yang ada pada trailling edge vertical stabilizer di bahagian ekor pes
pai awan badai cumulonimbus itu tiba-tiba saja berubah bentuk. Sepertinya terjadi suatu pusaran angin yang besar menerpa kabut asap itu hingga membentuk lengkungan yang sangat besar ka
30 itu seolah-olah terjebak dalam sebuah mangkok raksasa berwarna hitam. Mirip gambar sebuah tangan dengan kelima jari mencengkeram ke b
*