Lentera Rindu
m. Itu memang sengaja saya bawa pulang untuk Kakak, ko
a, tetapi ia tidak mungk
oleh makan ini. Kasian na
gan apa yang diucapkan Rima, tetapi Bar
ary. "Saya cuci muka
andi yang berada di tanah, bagian belakang gubuk. Ba
yang sudah tak lagi utuh, t
sudah, tolong bantu Ka
t duduk, bersila di depan piring kaleng berisi Lapa-Lapa, da
ggal tulangnya saja, Bary belum bisa memastikan. Apalagi, tampaknya Rima
udah tersentuh najis 'mughalazzah', serta memohon agar dibebaskan dari tipes apabila ia telah pun terkont
masih ada sedikit daging yang menem
ima yang duduk di bagian tengah gub
alam hati. Bayi Rima masih hidup, t
ma di tengah kesibuka
tah untuk yang mana satu ungkapan ra
siapa yang kasi,
lalbihalallah, Kak! Ken
? Halalbihalal, ya?" ulang
sahut
cuci ayamnya." Rima mengucap berdasarkan apa yang ia ras
g mengerut, Bary menjeda ku
ngomong begitu?"
ya asal-asalan saja! Tadi terpaksa kakak
Masih enak, kok!"
ima tidak menambahkan lagi, meskipun ia merasa ada yang a
mengurusi bayinya, Bary p
mengakhiri sarapan dan beralih menanyai Kakak,
i tadi," j
g minta bantu, bantu apa
r Rima tanpa menole
an Rima yang masih sibuk mengganti
kok, dibilang sakit
menjadi bebat bayi. Rasa kagum sekaligus sedih semakin tidak b
bisa Rima yang secerdas ini divonis mengala
di malam. Kamu simpan di mana?
a, tuh, Kak! Saya taruh d
long tan
am di mana?" tambah Bary sembari berancang-anca
ima. "Tapi tunggulah sampa
ja, biar saya bisa cari kerjaan
buk gubuk, yang berlantaikan bilah bambu, dan berdindingkan jelaja ini, dengan menggunakan Tembilang, mulailah
mengebumikan tembuninya, Bary pun b
ntip dari celah-celah lantai gubuk. Rima dari
us,
gentongnya
ikan sembari mulai meraih
alawat, atau apalah gitu! Pokoknya tanam s
eperti orang yang sedang mengidap k
adatkan tanah galiannya. Setelah itu, barulah Bary bertanya apakah masih ada yang perlu dikerjakan
suara tangis bayi Rima. Buru-bur
an, Kak?" tanya Bary apabila ia s
n suara tangis bayinya yang kian melengkin
nya' ke mulut mungil sang bayi, b
enit lamanya. Namun, alih-alih reda,
yang menjadi panik dibu
k ... diamlah,
saat kemudian, bukan hanya berkaca-kaca
ary tidak bisa lagi
lancar, Dek!" jawab Ri
an Rima. "Apa karena Kakak yan
r kakak sudah delapan belas, m
masih bisa menyahut, meskipun
ak kacang tanah biar setu genggam. Kamu
da lagi yang dikerjakan d
i turunlah! Bawa uang kakak
u?" sel
abut kalau ad
a l
tu yang merek R*ta. Sama sabun mandinya.
inn
m pulangnya, ya! Maaf kakak
dak apa-
ia pikul dengan menggunakan pikulan belahan bambu, Bary pun turun ke desa. Des
desa tempat dimana mereka dilahi
ah per batanya adalah pekerjaan Bary semen
harga yang tidak sesuai, tidak sama rata dengan pe
hasilan membuat batu bata tersebutlah ia dan Rim
a ini dialah Pak Haji Gofur, orang
rupiah yang Bary utang untuk biaya ijab kabul tempo hari, Bary mengangsurn
buat Mereka kekuran