icon 0
icon Pengisian Ulang
rightIcon
icon Riwayat Membaca
rightIcon
icon Keluar
rightIcon
icon Unduh Aplikasi
rightIcon
Escape

Escape

Penulis: Ari Kurnia
icon

Bab 1 Escape: 1

Jumlah Kata:2339    |    Dirilis Pada: 03/04/2022

unia. Tanpa tahu apa yang dirinya inginkan. Sejauh dirinya berlari dari kehidupannya di masa lalu, seakan kian membuatnya meras

ia. Menghabiskan sisa umurnya bersama hingga ajal datang menjemput. Sali

ah menjadi seorang pengajar dengan prestasi yang hebat, hingga ia memutuskan untuk menghilang dari dunia akademisi, yang Emily sendiri jug

elas pada sikapnya. Namun bagi Emily, biar bagaimanapun Mercy tetap ibunya, yang melahirkannya ke dunia. Sedangkan C

u ke pargelaran lainnya. Dari pesta ke pesta. Bertemu banyak orang. Berbenturan dengan persaingan. Yang terkadang h

Ia butuh untuk hidup di tengah kejamnya kehidupan kota London yang terkenal mahal dan kompetitif. Selain semua alasan itu, ia melakukan hal itu untuk menuntaskan p

tetap kesepian. Ia tetap tidak mendapatkan yang bers

a muncul dari arah belakang, dalam sekejap mata se

memperbaiki posisi duduknya sementara Alec menunjukan beberapa foto hasil pemotretan sore ini. Kedu

y dan Alec Dorantes. Jerry menghilang di balik pintu lift yang membawanya turun. Emily hanya m

ampak terdiam sambil tetap menatap ke arah deretan foto yang dihasilkan Alec. P

lec yang ada di sampingnya. Keduanya bertatapan. "Aku s

Emily perlu untuk mengangguk. Alec memonyongkan

tersenyum, meski Alec masih bergeming. "Apakah masih ada yang perlu aku lakukan?" tanya Emily yang te

an kamera nya

Ia hanya tersenyum masam, seirama dengan yang ia rasakan pada dirinya. Merasakan kebosanan yang tidak ia ket

utuhkannya. Sebelum pergelaran London fashion week lima minggu lagi." Alec mengatakannya sebelum tersenyum pada Emily, menampilkan deretan gigi pu

ku ikut?" t

k sebelah sec

Kau sudah menandatangani kontraknya s

as dengan berat, sebelum manik mata

seraya meraih tas di hadapannya lalu ber

ah," ujar Alec yang dilengkapi dengan senyuman menawan di wajah tampan nya.

h mengapa Emily merasakan hidupnya mulai terasa membosankan. Ada lelah yang b

kian larut. Jalanan mulai sepi, hanya satu dua buah mobil melintas. Cuaca malam kian dingin menggigit. H

pria yang muncul secara tib

Emily coba mengabaikan. Ia bergerak selangkah ke ka

aku a

kirkan tangan pria itu dari lengannya. Emily beranjak

baikannya dan terus berjalan sementara pria itu mengikutinya. Mereka mengekor di belakang langkah Emily. Du

dak tepat. Ia masih mengenakan heels. Tak ada pilihan lain selain memperlebar langkahnya dan pria itu

gkeram Emily dengan kuat. Dengan usaha yang mencoba melepaskan diri dengan menyingkirkan cengkeraman pada le

y kencang yang berhasi

uka. Dengan sekuat tenaga Emily mencoba menjauhkan diri dari tubuh pria itu. Dadanya terasa sesak, namun apa yang ia l

ernya. Terjangan angin malam yang dingin terasa berbanding ter

ga. Tangan pria itu kokoh mencengkram tangan Emily dengan begitu kuat. Tu

mily di sela napasnya

pria itu tepat di leher Emily lagi. Panas terasa menerjang kulitnya yang bercampu

tang di sisa keberaniannya. Emily tak mampu berpi

yang datang tiba-tiba disusul denga

gemetar dan menempel pada dinding. Emily merasakan kepalanya berat, pusing seakan ingin meledak. Ia tak ingin melihat baku ha

ing, berusaha untuk bangkit, hingga bayang menyilaukan yan

esis Emily sambil memegangi

a berputar cepat di porosnya. Hidung Emily menangkap aroma wangi dari pengharum.

ada jawaban, selain keheningan sampai manik matanya mendapati dashboard dan menyadari saat ini ia

udah s

pun untuk melindungi dirinya. Napasnya memburu sambil menatap lurus ke pria di hadapannya. Tatapan yang menyalang dan

ekat. Pria itu menatapnya dengan tatapan lurus dan menghujam, tapi terasa lembut. Emily menarik na

pria itu yang ditujukan padanya. Pertanyaan terdengar penuh penek

tertahan, ada jeda seb

p pria jahat itu melintasi kembali di dalam kepalanya. Kedua

berbuat tidak

ngat mengundang, Nona," seloroh pria itu dengan tatapan sinis dan s

yang dikatakan pria itu benar dengan penilaian nya. Seharusnya ia mengganti pakaiannya dengan t-shirt dan jins

atanya kian melebar, dan tenggorokan nya terasa kering hingga tak d

enatap. "Aku tak ingin kau sakit karena pakaian seksi mu itu." Pria itu seak

sebelum ia menghidupkan mesin mobilnya. Emily mencoba untuk melepaskan jaket yang ia

ripada melepaskan jaketmu," ujar pria itu si

ap

i, tatapan tajam yang membuat napas Emily terasa tersekat, tersedak di teng

rdiam, menatapnya beberapa detik

kan tatapan matanya keluar jendela mobil yang mulai beranjak. Tanpa mengatakan apa pun, mencoba mengatur dirinya agar duduk lebih nya

lik kemudi. Ia tampak tenang. Tak menunjukan sosok yang memiliki niat j

ku

sampai satu blo

keliling, keluar kaca jendela, dan apa yang pr

k mata yang kian melebar karena terkejut. Terdenga

al rem di kaki pria itu. "Yup. Kau sudah sampai, Miss." Ia mengatakannya dengan santai. Pria itu menggeser sedikit posisi duduknya untuk berhadapan langsung de

seraya menatap Emily dengan

u..

ng dengan alis te

alu menghela napas dalam dan menghembuskan-nya dengan kasar disusul dengan melirik-nya sambil mendengus. "Terima kasih untuk tumpangannya, Sir," kata E

ak menoleh, perasaannya be

berbintang, bulan bergelantung rendah. Jarum jam menunjukan pukul satu malam dan hari telah berganti. Matanya tak juga merasakan kantuk. Ia terus terjaga, bahkan

," desis Emily seorang dir

ia membaringkan tubuh lelahnya. Menghela napas panjang, lalu menghembuskannya perlahan. Mata hijaunya menatap

baik denganmu. Dan itu wajar,

Emily lagi dan lengkap dengan

sakit karena paka

an bagai cibiran yang ditujukan padanya. Pria itu j

sabuk pengamanmu, daripa

yang terngiang

"Benar-benar menyebalkan. Dasar pria mata keranjang

*

Buka APP dan Klaim Bonus Anda

Buka