Pacarku Seorang Buronan
a keriuhan malah makin menjadi di depan night club dengan papan akrili
ada tiang lampu trotoar. Salah satu tangannya tergenggam di balik kantong jaket karena hawa dingin malam menyer
telunjuk dan tengah. Lelaki itu lantas mengikhlaskan rokok itu setelah cukup menghisap dalam nikotin, tar, sianida, benzene, cadmium, metanol, as
g dengan floodlight, yang dimiliki dua mobil hitam itu. Satu mobil lelaki itu kenali sebagai mobil yan
dari mobil pertama, begitu
inim. Semuanya mengenakan dress tanpa lengan dan hanya sebatas paha. Lelaki itu sebenarnya sudah terbiasa me
rangan, yang keluar dari mobil ke-dua. Begitu turun dia langsung me
at mungkin. "Ini 'kan limited edition desainer Yuke itu? Ya, 'kan
pendek itu tidak kalah elegan, kok dengan black dress karya desainer Yuke itu. 'Mungkin hanya berb
, tinggal lilit aja di badan. Apanya yang bagus banget? Dasar per
Ini, kan hari ulang tahunnya. Yang paling cantik itu ya
h?" tanya Nadia. "Ja
u cantik banget," jawab wanita mu
m Nara bentar." Dia menarik pergelangan tangan lalu m
ena dua wanita muda itu malah berjalan mend
nggak cukup. Gue nggak tahu kalau tempatnya
rmisi segala. Iya, tenang aja. Kalau perlu, gue
balikin ke
ma manajernya," jawab Nara s
ung Nara yang duluan meninggalkannya. Sejak awal,
alau kena lampu," puji Maugi tidak mau kalah sama Saskia begit
giginya. Pokoknya malam
mpat wanita itu memasuki Heaven. Seringai muncul di wajah berahan
yang gelap seperti memastikan sesuatu. Lalu, ikut masuk ke night club
u melepaskan pandangan barang sedetik pun. Sama sekali tidak peduli dengan angin kencang yang mencoba menghempaskan nia
hkan, terus memantau ketika wanita muda itu berada di dance floor. Kemudian, tanpa sengaja ia melihat salah
li ini lelaki itu terus menatapi waiter yang menunjukkan pe
dari tadi menyadari sedang dipandangi namun pura-
k bartender, yang
rambutnya dicepol itu, 'k
u mengang
od
tidak merasa melakukan sesuatu yang besar.
lelaki itu seraya mema
bertukar pandang dengan bartender, yang berkespresi
ertukaran pandang kedua orang ini. Mereka jelas-j
n itu, gue tinggal menjentikkan jari." Donne mempraktekkan teorinya dengan
i sama Dewi, Don?" t
Mentang-mentang istrinya nyeremin,
tu mengangguk seraya menyodorkan cocktail perpaduan waena b
tipis dari kantong celananya. Lalu, membukanya dan serbuk-serbuk putih bagai kristal
pan elu be
ntrasinya saja. "Ambil, nih," perintahnya seraya menggeser tubu
e arah mana waiter menyerahkan cocktail itu. Tahu kalau dicuekin, bartender be
angannya melihat bartender itu yang tampaknya menga
" tanya Donne
ance floor. Cocktail tadi sud
n. Masa depan yang akan elu hancurkan," ucap barten
lease, Panca. Sekali aja dalam hidup gue jangan bawel." Ia hendak meminum vo
elu salah," balas Panca. Seingatnya tidak ada orang lain yang bisa dikata
am sekali tenggakan, lalu kembali meliha
putih itu terlihat 'nge-fly', barulah ia bisa tersenyum lebar sekaligus menikmati dentuman musik. Kepalanya menghant
s dalam seraya menggeleng. Kehadirannya di sana belum membuahkan hasi
ambu