Pacarku Seorang Buronan
ng terasa nggegirisi itu telah berlalu
pa, hanya rambut ikal dan lurus yang membedakan itu duduk di sebuah
Jelas sekali kalau ia barusan merekam kebersamaann
DM gue, dong,
Dia tidak terlalu dekat sama Marissa me
. Boleh nggak, nih?" Nadia malah meminta per
a doang, Nad," jawab Nara lebih m
p sahabatnya itu. "Marissa, 'kan teman SMA ki
ok mungil Marissa berseragam putih abu-abu dalam memori. Kepalanya mendadak p
na ada DM kembali masuk. "Katanya
ng sama gue pula, nggak usahlah. Bilang aja udah full, nggak bisa nambah lagi," tolak Nara agak gel
ngan bahasa sehalus mungkin. Dia pikir panjang, lah. Apapu
i. Keburu malam ini," omelnya karena make-up artist langganan para selebriti
pada biasanya. Nadia sudah bilang kalau bisa melakukannya seorang diri. Mendandani diri sendiri adalah hal yang biasa dilakukannya. Tapi, Nara be
club, yang lumayan nge-hits itu. Dua sahabat ini jarang, kok pergi ke club night. Di umur yang baru menginjak dua p
nita ber-dress hitam itu, Nara mendongakkan kepalanya. Heaven, nama night cl
nya Maugi, lalu ikut
g. Masuk, yuk," ajaknya seraya merangkul pinggang ramping Ma
Saskia memilih lanjut kuliah di Boston dan Australia, juga Maugi dan Fajar yang pindah ke luar
memang disuguhkan suasana gelap gulita. Namun kian banyak langkahnya memasuki ruangan itu barulah lampu-lampu sound to light
ah, tampak dua orang lelaki sudah ada
erambut cepak diiringi segelas
sembari berlari kecil. Lalu, mencium pipi kedua lelaki itu bergantian. "
ong," jaw
an segelas vod
yang langsung menyerbu rangkulan
engimbangi kegila
lapor Maugi riang lantas mengangkat
kaosnya itu, tapi kekuatan
barengan begitu melihat tatto be
ghampirinya paling belakang. Yang lain pada semangat me
ng tahun," jawabnya sambil melempa
amping mereka, saling bertukar pandang. Kode yang hanya dimengerti
a menuju dance floor. Mereka menikmati dent
ti dance floor, mereka berkumpul kembali di sofa merah itu dengan meja bundar di b
il berada dala
ik Fajar ketika Nara kembali sembari melirik
bertemu, dia hanya memberikan senyuman sembari mengang
berusaha mengalahkan suara musik seraya
nutupi ucapan terima kasihnya. Setelah menegak habis vodka-nya, dia melirik
yang balik menatapinya. Bibirnya pun tertarik ke atas, s
lang gelas teman-temannya. Sahabat me
ung yang lan sudah pada jauh. Sahabat yang selalu ngingetin kalau gua salah.
kalau mereka tidak akan lagi menjadi sahabat yang selalu
k ada yang ia perlukan selain m
loki berdenting kal
r di sudut bibirnya. Sangking sema
ra kembali ke tengah lantai dansa, mengaj
ja dengan wajah
na itu. Pikirannya ringan, tubuhnya pun seraya melayang. Seharusnya cocktail tidak me
ga lupa akan kesendiriannya di rumah. Wajah Papa, Mama, dan Kak Oliv perlahan me
wajahnya, kini terpatri jelas. Ia suka peras
ambu