Pacarku Seorang Buronan
is modern itu dilengkapi kingbed, televisi, dan bahkan wine. Dua gelas wine menyisaka
juga highheels tampak berserakan di lantai berkarpet. Namu
adapan dengan tempat tidur terbuka. S
alu jelas, hanya siluetnya yang nampak. Tapi, ketika pintu
ukanya yang sangat mulus nan flawless itu. Umurnya diperkirakan tidak lebih tua dari Oliv, tapi tidak j
us putih. Pria paruh baya yang hanya mengenakan pakaian dalam itu sedari tadi sudah tidak sabar menunggu
n senyum penuh kharismatiknya. Yang ada hanya
Itu hanya suara dari smartphone dimana pemiliknya terlalu asyik mengobrol hingga dibiarkan begitu saja. A
uk di hadapan wanita berjemari gemuk itu. Sebenarnya dia itu jengah melihat tingkah temannya ini
a tas branded-nya. "Ah, Oliv yang menelepon," tambahnya dengan suara agak keras se
ng itu tersenyum tipis, namun langsung
duduk paling ujung disamb
angat dan menyegarkan. Sesungguhnya ia ingin terli
n di wajah mereka. Bukan pula hanya dari hiasan menumpuk di telinga, leher, pergelangan tanga
ma. Iya. Habis ini Mama langsung pulang, kok.
h, tapi ya sudahlah. Oliv juga tidak akan marah. Dia pasti mengerti kalau Mama-nya ini sibuk. Ma
an ya?" Wanita itu kembali mengobrol
merah ikal menyodorkan
an ya. Duitnya kan banyak,' benak wanita itu seraya memandangi jemari ka
i mungkin. Dia harus menunjukkan kalau uang bukanlah masalah. Kare
mpus, pasti jatuhnya ke Na, deh," seru Nara berusaha meyakinkan kakak satu-
dalah impiannya yang tersudutkan. Terkalahkan oleh impiannya menjadi selebriti yang lebih
panjang dari Seoul, Kakak mau la
ngerti akan pertanyaan menggantung ad
bing, lah." Nara melirik ke arah sisi kanannya, lantas menjauhkan wajah ke arah kir
ahun besok. Tapi, hari ini kado dari Kakak p
suara apa-apa. Itu karena dia sedang b
in bisik-bisik?" protes N
anya dengan gerakan bi
N
Kak
v. Entah kenapa perasaan tidak enak menyelimuti benaknya. Nam
sahabat terdekat Nara. Kebayang betapa marahnya Nadia jikalau sahabat terdekatnya
iv. Kakak is
setelah Oliv berpamitan lantas
percaya. Bisa-bisa ganggu dia ku
Ibu Ma
Kembali akan puas dirinya memandangi langit cerah sece
adi mendung kecewa kalau Oliv melihat a
but panjang lurus sebahu itu menyo
sekitar Nadia, melainkan sebuah toko des
k, ah.Gue lebih suka ga
a mendekap gaun itu lebih erat,
yang gue chat saban hari pas dia mau bera
? Yakin udah sampai
a Mama," jawab Nadia enteng
akai gaun apa aja cocok kali." Nara
s menatap sahabatnya. "Emangnya ma
dipan mata saat memamerkan black card sang kakak. Nara menerima itu sebelum Oliv berangkat kare
andang, lalu tawa itu keluar dar
elebriti, sementara Nadia merasa beruntung memiliki sahabat yang kakakn
ambu