Broken Heart
brayen dengan wajah yang sengaja dia buat galak. Semuanya pun tertawa, kini,
henti di sebuah butik. "Kamu yakin, in sepagi ini mau masuk ke
ira. Elysia pun paham, ia mengikuti Indira masuk ke dalam butik tersebut, di ikuti Brayen di belakangny
ang gw sama El pilih untuk nanti malam, oke!" perintah Indira sembari me
la nafas panjang, ia berjalan gontai menuju arahan Indira. Elysia berusaha menahan tawanya, ketika melihat pemandangan langkah yang di sugukan sahabatnya itu
tnya lucu. "Menarik"gumam Brayen tanpa sadar. Dirinya
ra tampak tak bersemangat. Dirinya hanya melihat sekilas terus di tinggal, begitu terus hingga Indira pun menyadarinya. "El, p
alasan. Namun, bukan Indira namanya jika tidak berhasil membuat Elysia mencoba banyak dres yang menarik. "Gw enggak ingin ta
e, bagus engak?" tanya Indira. Namun, seketika fokus Brayen tertuju pada Elysia. Gadis itu tampak cantik dengan balutan dre
diknya. "Kak Brayen tidak tuli Indira!!" saut Brayen dengan wajah memerah. "Habisnya, di p
jadi boomerang untuk dirinya sendiri. Seketika Indira mengoda Elysia habis-habisan. "Ciye kak Brayen mendapat pembelaan! Gw setuju kok kala
hat konyol karena El dan Brayen sama-sama mengalihkan pandangannya. Senyum licik pun tersirat dari wajah Indira. "Ehem..! well, nanti tolong ya kak, antarkan E
erius
engan cepat pergi meninggalkan keduanya. "Emm kalau kamu kebera
sedikit berdebar, tatkala melihat senyum dari Kakak sahabatnya itu, begitu mempesona. "Baiklah jika itu mau mu, Ka
ysia, El pun turun. "Nanti malam mau Aku jemput?" tanya Brayen, ketika El sudah hampir menutup
a. Pria itu menatap El dari kaca spionnya dan tersenyum hangat. Tak lama dering ponselnya berbunyi, terlihat
matikan ponselnya sebelah pihak. Brayen mendengus. "Benar-benar tidak sopan a
melambaikan tangannya, dan sedetik kemudian, dirinya sudah berada di
tanya ke
Kak, jaw
pa enggak Kakak dekati El, tenang aja, gw dukung kalau Kakak berpacaran dengan El!" imbuh Indira. "Jangan bodoh ka
ak! Selain itu, gw enggak suka sama dia! Lagian ma
ajahnya nampak memerah, ia tak me
ng akan di adakan sahabatnya itu akan di mulai. El terlihat gelisa, ia melihat paperbag yang berisi dress berwarna coklat pilihan Indira. "Harus