The Secret Of Love
engan kedua bola mata yang tak berkedip. "Udah sadar, Elo? Di kelas bukannya belaj
i ke perpustakaan, sementara yang lainnya ke laboratorium kompu
rus ke depan dengan pandangan kosong. Dia sama sekal
oleh ke arah sahabatnya. Dia mengucek kedua bola matanya dengan punggung tang
bnya dengan
m berapa sih, Liana?"
n telunjuknya di kening. "Jam 1," celetuknya dengan raut wajah memel
gguk sambil tersenyum tanpa dosa. "Liana sayang...." panggilan itu membuat gadis berinisial L terpaksa
belum selesai ngomong?" Cibirnya dengan ekspresi yang membuat Liana bergidik ngeri.
kamar mandi bentar," ijinnya be
gapain
t, setelahnya tertawa lepas tanpa batas. Dia tau jawabannya adalah bentuk kekesalan Liana terh
ut ruangan itu. "Tak ada siapapun," gumamnya sam
u ngapain?" Ta
, Rifa dibuat bingung dengan suasana yang ada. "Kok sepi?" ucapnya. Pandangannya fokus pada sebuah kursi panjang yang d
ke arah sahabatnya. Nadanya terdengar serius, b
ngung, setelahnya tertawa lepas ke arah Liana seraya memukul pundaknya pelan. "Halu, Elo? Udah
rcaya dengan ucapannya. Padahal jelas-jelas kalau itu semua
ening Liana sambil bertanya, "Elo s
"Enggak!" Jawabnya singkat. "Elo kenapa enggak mau per
gak mau Elo sakit lagi. Ingat ya, Li? Jatuh cinta sama patah hati itu satu paket. Enggak terpi
yang berada tak jauh darinya. Tatapannya kosong
i Elo," ucap Rifa terdengar serius. Liana yang se
kenapa?"
akhirnya, dia pun buka suara. "Elo barusan mimpi lagi makan sama Ari, ya? Sumpah Gue sedih banget liatnya, Li? Elo sampai segitunya suka sama Ari sa
ya," tegasnya kemudian mengambil ponsel dari dalam sa
elang beberapa menit, pencarian Rifa berhasil
habatnya memberikan ponselnya kepada Lia
anya dan meng-klik tanda pause
sam