icon 0
icon Pengisian Ulang
rightIcon
icon Riwayat Membaca
rightIcon
icon Keluar
rightIcon
icon Unduh Aplikasi
rightIcon
Demi Anak, Kuterima Hinaan Mertua

Demi Anak, Kuterima Hinaan Mertua

Penulis: reger
icon

Bab 1 Sial, Itu Bosku!

Jumlah Kata:1554    |    Dirilis Pada: 11/12/2025

yang benar-benar asing. Kepalanya berdenyut, seolah ada sekelompok penabuh genderang di dalamnya. Ia menarik napas dalam, berusaha menginga

ngit tinggi berwarna broken white dengan ukiran minimalis yang

angsung melompa

uknya kebangetan. Selimut sutra tipis menu

dang naik turun teratur. Wajahnya yang tegas tertutup sebagian oleh lengan, tapi lekukan

k mu

ntikan gelombang kengerian yang dingin. Ia menarik selimut lebih tinggi, meras

dalah Akse

, si Tangan Besi yang bisa memecat seribu karyaw

a Korea sebelum tidur. Ia mencoba berhitung, dari satu sampai sepuluh. Ketika ia membuk

anget!" bisiknya pada diri

u mencari pakaiannya yang berserakan di lantai marmer. Rok hitamnya tergeletak di dekat

a dengan tergesa-gesa, pergerakann

berd

sel bergerak, perlahan membuka matanya. Tatapannya yang tajam dan dingin-

g baru bangun untuk memproses apa yang ia lihat: seorang w

am yang Tak Terduga d

enuh otoritas meski baru bangun tidur

ek itu di dadanya. "Aku... aku minta maaf, Pak Aksel. Aku... semala

rlihat jijik dan marah. Ia meraih seprai untuk menutupi

ksel menyandarkan diri ke sandaran r

nangis. "Aku juga tidak mau ini terjadi! Aku benar-b

ti kalian selalu punya skenario yang sama.

ya. Wanita seperti kalian? Ia datang ke kelab hanya karena hidupn

ir mata sudah menggenang. "Aku sudah bilang, aku tidak ingat. Tapi yan

bajunya, berusaha agar

olakan Dingin dan Taw

a yang tergantung di belakang pintu, dan memakainya. Ia b

erbahaya. "Kamu adalah karyawan saya. Perusahaan sedang berada di masa yang sangat

nya dan mengambil beberapa lembar uang kertas seratus ribuan yang

di nakas, di de

knyamananmu. Dan sebagai imbalannya, kamu lupa pernah melihat kamar ini, p

rinya, yang sudah remuk sejak ditinggal tunangan, kini benar-be

ta Keira, mendorong gepokan uang

an itu. "Jangan main-main, Keira. Berapa yang kam

mbasahi pipi. "Aku datang ke kelab karena aku depresi, bukan karena aku mencar

akan bicara dengan siapa pun. Anggap saja ini kesalaha

ra berlari keluar dari kamar mewah itu, melewati lorong yang sunyi, dan mencari lift menuju

mendengar Aksel memanggil namanya, lebih

harus pergi sebelum ia m

ilan Tugas dan Ancaman

an menginjak trotoar yang ramai, ia menarik napas lega, meskipun ud

membuka ponselnya. Ada n

ruh staf PT

Konsolidasi Keuangan dan Tinjauan Ulang Anggaran Masa Depan. Kehadiran wajib. Ini

ulang kali: Rapat Darurat. Konsolida

yataan pahit. Inilah alasan utama kenapa ia harus kabur ke kelab tadi malam. Perus

arus datang,

08.00. Masih ada waktu

Di satu sisi, ia baru saja tidur dengan CEO-nya yang dingin, menolak uangnya, dan lari seperti pengecut. Di sisi lain, ia

ati. Aku harus fokus pada pekerjaan. Jika perus

at berbeda. Biasanya ramai dan energik, kini sunyi dan t

ft. Ia berpapasan denga

ng? Mata lo kenapa bengkak

emalam aku nggak bisa

mumkan, kalau nggak bangkrut, ya minimal PHK

sudah mendengar desas-desus itu. Tapi mendenga

k, termasuk petinggi-petinggi yang wajahnya tampak kusut.

ia tidak tidur semalam, seolah ia baru saja menyelesaikan transaks

mereka

, matanya seolah mengirim pesan hanya untuk Keira: Kamu tid

ahnya tetap datar. Di depan semua orang, ia adalah Keira,

ya yang mematikan, menjabarkan kegagalan besar dalam

ngin, memecah kesunyian tegang. "Tapi kita harus melakuk

k, tetapi benaknya terbagi. Ini adalah pria yang baru saja ia cium, pria yang me

eluar, ingin segera kembali ke meja kerja

intu, ia mendengar panggilan yang

ei

l. Semua mata

mpirinya, tidak peduli dengan tatapan

r saya," kata Aksel, suaranya rendah dan tegas, ti

us berjuang untuk tidak menyerah pada tekanan CEO yang sekarang adalah mantan one-night stand-nya. Dan semua ini harus ia l

Buka APP dan Klaim Bonus Anda

Buka