icon 0
icon Pengisian Ulang
rightIcon
icon Riwayat Membaca
rightIcon
icon Keluar
rightIcon
icon Unduh Aplikasi
rightIcon

BILANG SAJA KAMU JANDA

Bab 4 Bertahan

Jumlah Kata:1362    |    Dirilis Pada: 02/09/2025

ersengal, sinar matahari pagi menyelinap

i, meski tubuhnya tetap lemah, seola

k di sofa kecil, wajah mereka

jahnya kusut, matanya merah karena

ah cepat mendekat, disertai

amarah. Tas branded di tangannya bergoyang-

Bali, kulitnya sedikit kecokelatan, t

baru balik, eh, udah denge

mir sibuk sama cewek lain, dan k

Rafif dan Hana, yang tersen

t! Kamu bener-bener, ya, Erlang! Kit

hnya mengeras. Ia berdiri, mencoba

tanya, suaranya r

-anak ini nggak salah apa-apa. M

ah Rafif dan Hana, yang kini memeluk satu sama

dah nggak peduli, lihat tuh, asyik sama perempuan lain! Kamu kenapa sih, Erlang, bela-bela

sakan dadanya sesak, bukan karena penyakit, tapi

uhnya tak mampu. Matanya hanya bisa menatap Rafif dan

a pelan, hampir tak terden

k, wajahnya ki

dan Hana keponakanku! Kalau kamu nggak bisa terim

uat perawat di lorong m

pat kata-kata kayak gitu. Dia berjuang sendiri, E

aat, tapi egonya

a! Kita punya rencana, Erlang. Kita mau pindah ke k

g kini menutup mata, mencoba m

erdiri, tangannya

bu!" teriaknya, suaranya k

at! Ibu selalu bilang k

nya basah, tapi ia juga mengangguk

ecil itu berani melawan. Ia membuka m

dekati Rafif, berlut

at, Nak,"

bangga s

pemandangan itu dengan hat

hat Rafif membelanya, melihat Erlang berdir

knya pada Erlang, suar

, matanya penu

at tahu... terlambat bantu. Tapi sekarang aku di

t, wajahnya merah, tapi ia

kah cepat, meninggalkan aroma parfum mahal ya

h suara yang akan memudar, tapi Rafif,

mbawa sebungkus nasi hangat dan beber

mbuh aja," katanya, suaranya lembut namun

in sedikit, buat biaya rumah sakit.

tangannya gemetar saat

semua orang

nyum, mengelus

Rania. Kamu ibu yang

lelap lagi, tubuhnya masih

mentara Rafif dan Hana tertidur di pangkuannya,

erbisik bahwa Rania masih punya waktu, waktu untuk mencintai, waktu

t inap menyala pucat, menciptakan bayang-baya

ofa, wajah mereka masih meme

arung dekat rumah sakit, meninggalkan Rania dalam kehe

sar. Emir masuk, wajahnya merah, matanya l

eh perlahan, jantungnya berdegup kencang, bukan karena cinta, tap

entak Emir, suaranya mengg

di medsos, sekarang masuk rumah sakit, bikin orang-o

ng. Tak ada energi untuk marah

ya serak, mencoba mengingatkan pria itu

a! Kamu yang nggak becus ngurus dir

ngepal, seolah ingin melepaskan semua

uara keras itu, matanya

h sama Ibu..." katan

di depan adiknya, matanya penuh keber

ntak Ibu!

elirik anak-anakn

alian bikin drama! Kalau nggak ada

tangannya gemetar me

, napasnya tersengal. "Per

tangannya memegang kanto

u, melihat Emir yang seda

a ini ia tahan akhirnya meledak. Rafif dan Hana

h marah-marah

anan ke lantai, matan

mir?!" bentaknya, suaran

lin anak-anakmu, sekarang dat

k, wajahnya

ur, Erlang! Ini u

maju, dadanya naik-turun. "

inis, mendoron

an? Kamu nggak

i, Erlang menarik kerah bajunya

mpu neon yang berkedip, Erlang mend

ema, membuat beberapa p

Emir!" teriak Erlang, ta

akmu takut, dan kamu cu

ang pipinya yang meme

nuh kebencian sebelum berbalik dan pergi

la ruang rawat, menyaksikan

ata-kata mereka, tapi i

n karena dingin, tapi karena melihat anak-anakny

a pada Rafif dan Hana, m

asih tersengal. Ia berlutut di depan

a yang sakitin kalian lagi," katany

dari ranjang, air m

gatan, kehangatan dari kehadiran Erlang, dari cinta Rafif dan Hana,

Buka APP dan Klaim Bonus Anda

Buka
1 Bab 1 Aku harus pulang kemana2 Bab 2 Pilihan Yang Masih Tersisa3 Bab 3 Hampir Melayang4 Bab 4 Bertahan5 Bab 5 Ibu Yang Penuh Perjuangan6 Bab 6 Diantara Luka dan Harapan7 Bab 7 Sakit yang Tak Tertulis8 Bab 8 Biaya yang Dibayar dengan Air Mata9 Bab 9 Yang Terlambat Menyembuhkan10 Bab 10 Langit Tanpa Bintang11 Bab 11 Nasi Uduk Penyakit12 Bab 12 Nasi Uduk, Isu Busuk, dan Tamu Tak Terduga13 Bab 13 Surat, dan Sepotong Masa Lalu14 Bab 14 Keadilan Yang Tak Pernah Adil15 Bab 15 Diambang Batas16 Bab 16 Rasa Yang Tak Pernah Tersampaikan17 Bab 17 Cahaya Semangat18 Bab 18 Lawan Rania!19 Bab 19 Aku Pernah, Tapi Aku Pulang20 Bab 20 Semoga Kamu Merdeka, Walaupun Bukan Bersamk21 Bab 21 Surat Yang Membakar Segalanya22 Bab 22 Perang Yang Tak Terlihat23 Bab 23 Emir yang Meledak, Rania yang Tegak24 Bab 24 Rumah Kecil, Langkah Besar25 Bab 25 Malam Yang Menggetarkan Langit26 Bab 26 Sidang Kedua, Harga Diri yang Ditarik Paksa27 Bab 27 Semakin Pelik, Semakin Sayang28 Bab 28 Rumah Baru, Langkah Baru29 Bab 29 Luka Lama30 Bab 30 Hujan, dan Hadiah Yang Jatuh Dari Langit31 Bab 31 Lapangan Yang Masih Menyimpan Memori32 Bab 32 Tawa Jemima33 Bab 33 Campur Tangan Semesta. Untuk apa 34 Bab 34 Semakin Dalam35 Bab 35 Lagu Untuk Ibu36 Bab 36 Luka Lama37 Bab 37 Bimbang Yang Menyesakkan38 Bab 38 Penampilan Baru Viola39 Bab 39 Pria Dalam Foto Lama40 Bab 40 Penjara IA41 Bab 41 Rujakan di Kebun Kecil Rania42 Bab 42 Arisan Yang Membara43 Bab 43 Tawa Dibalik Layar44 Bab 44 Malam Yang Berat45 Bab 45 Lempar Tomat dan Timun46 Bab 46 Gelisah47 Bab 47 Dibalik Pintu Yang Terkunci48 Bab 48 Luka Lama Yang Terbangun Kembali49 Bab 49 Diary Perjalanan Kita50 Bab 50 Mengejar Bayangan