icon 0
icon Pengisian Ulang
rightIcon
icon Riwayat Membaca
rightIcon
icon Keluar
rightIcon
icon Unduh Aplikasi
rightIcon

BILANG SAJA KAMU JANDA

Bab 5 Ibu Yang Penuh Perjuangan

Jumlah Kata:1331    |    Dirilis Pada: 02/09/2025

ni ramai seperti biasa, tap

edagang dan tetangga desa berkumpul, mende

masih memegang pisau untuk memotong sayuran, tapi

arin, pasti ikut nangis," kat

nak-anaknya. Rafif sama Hana cuma punya dia. Emir? Huh, laki-laki itu cuma b

k pelan, beberapa menun

ik, berbagi cerita tentang Rania yang pernah

ual ayam potong

ari pasar, tapi ajak tetangga lain.

gangguk, hat

anyak. Untuk obat, untuk anak-anak

esa. Tetangga dari gang-gang kecil, tukang ojek, b

yang dua puluh ribu, tapi setiap ru

buku tulis lusuhnya, berjanji akan

linga Elsa, yang sedang minum

merah, tangannya men

da Bu Tuti, tetangga yang tanp

a-minta ke orang desa, sekarang malah

Bu Siti, dengan wajah masih panas. Ia menge

a di rumah sakit, sekarang desa pada urunan buat dia. Emir? Huh, laki-laki ngga

dengar dalam diam

tak pernah bisa diandalkan. Tapi mendenga

dah lama tak terurus, Emir pulang den

Di dalam, seorang perempuan muda dengan pakaian ket

ir?" tanyanya,

ra-gara Rania!" teriak Emir, tangan

ma bikin masalah, sekarang Erlan

pi Emir tak peduli. Ia menarik tangan perempuan

uh tawa dan bisik-bisik yang tak

kup lama, tak mempedulika

ncang rumah. Pak RT, dengan wajah tegang dan beberap

" teriaknya, suara

Ini rumah keluarga, b

masam, perempuan di belakangny

g dengan jijik, bisik-bisi

sakit di rumah sakit. Anak-anak kamu butuh

perempuan itu dengan sorot mata y

gambil tasnya, tapi tatapannya menyim

tubuh lelah, wajahnya masih memerah karena

n menyapa hidungnya, tapi suasana

l dengan gerakan kesal, sementara di sudut ruangan,

, mulutnya miring akibat stroke ya

berbicara, penuh kepedihan meny

aranya langsung tinggi beg

a? Urusin Rania sama anak-anaknya? Kamu p

yang ngelapin air liurnya tiap hari! Sekarang kam

mencoba menahan amarah yang k

memandang dengan mata berkaca-kaca,

tanya, suaranya r

ma punya dia. Emir... kamu tahu sendiri

gannya menunjuk-nun

juga capek! Semua aku yang urus! Ibu kamu ini lumpuh, nggak b

yang brengsek, dan kamu malah nambahi

gking, penuh keluh kes

Aku juga pengen libur, pengen santai, buk

oba menahan diri agar tak memba

undak ibunya yang rapuh, seolah mencari

rawat. Tapi Rania... dia keluarga. Anak-anak itu

tertawa sinis, m

Aku bukan panti asuhan! Kamu pi

ana, Rania penyakitan, ibu kamu stroke

penuhnya salah, beban keluarga ini memang berat, tapi kata-

rlayar lagi," katanya pel

mereka setiap hari, cuma... tolong bantu sesekali. Bu Murni

sa membanting ponselnya ke

tis? Aku udah bilang, Erlang, aku n

edsos, sekarang malah nyaris mati! Biarin

, menutup mata, air matanya jatuh

tapi tubuhnya tak lagi mematuhinya.

aknya dan menantunya bertengkar, tapi ia juga tak

mu," kata Erlang akhirnya, sua

un yang kamu bilang. Kalau kamu n

bil jaketnya, dan m

Ibu, maafkan aku kalau n

nuh amarah, tapi tak ada kata l

sulungnya pergi, matanya penu

mir, suasana masih tegang

da di sana, duduk di sudut ruangan, memandan

alu, Mir!" katany

a ngomongin a

matanya penu

benci mereka semua, Erlang, Ran

guknya dengan kasar. Perempuan itu menatapnya

ya dengan Emir, tetap menjadi bayang-bayang

Buka APP dan Klaim Bonus Anda

Buka
1 Bab 1 Aku harus pulang kemana2 Bab 2 Pilihan Yang Masih Tersisa3 Bab 3 Hampir Melayang4 Bab 4 Bertahan5 Bab 5 Ibu Yang Penuh Perjuangan6 Bab 6 Diantara Luka dan Harapan7 Bab 7 Sakit yang Tak Tertulis8 Bab 8 Biaya yang Dibayar dengan Air Mata9 Bab 9 Yang Terlambat Menyembuhkan10 Bab 10 Langit Tanpa Bintang11 Bab 11 Nasi Uduk Penyakit12 Bab 12 Nasi Uduk, Isu Busuk, dan Tamu Tak Terduga13 Bab 13 Surat, dan Sepotong Masa Lalu14 Bab 14 Keadilan Yang Tak Pernah Adil15 Bab 15 Diambang Batas16 Bab 16 Rasa Yang Tak Pernah Tersampaikan17 Bab 17 Cahaya Semangat18 Bab 18 Lawan Rania!19 Bab 19 Aku Pernah, Tapi Aku Pulang20 Bab 20 Semoga Kamu Merdeka, Walaupun Bukan Bersamk21 Bab 21 Surat Yang Membakar Segalanya22 Bab 22 Perang Yang Tak Terlihat23 Bab 23 Emir yang Meledak, Rania yang Tegak24 Bab 24 Rumah Kecil, Langkah Besar25 Bab 25 Malam Yang Menggetarkan Langit26 Bab 26 Sidang Kedua, Harga Diri yang Ditarik Paksa27 Bab 27 Semakin Pelik, Semakin Sayang28 Bab 28 Rumah Baru, Langkah Baru29 Bab 29 Luka Lama30 Bab 30 Hujan, dan Hadiah Yang Jatuh Dari Langit31 Bab 31 Lapangan Yang Masih Menyimpan Memori32 Bab 32 Tawa Jemima33 Bab 33 Campur Tangan Semesta. Untuk apa 34 Bab 34 Semakin Dalam35 Bab 35 Lagu Untuk Ibu36 Bab 36 Luka Lama37 Bab 37 Bimbang Yang Menyesakkan38 Bab 38 Penampilan Baru Viola39 Bab 39 Pria Dalam Foto Lama40 Bab 40 Penjara IA41 Bab 41 Rujakan di Kebun Kecil Rania42 Bab 42 Arisan Yang Membara43 Bab 43 Tawa Dibalik Layar44 Bab 44 Malam Yang Berat45 Bab 45 Lempar Tomat dan Timun46 Bab 46 Gelisah47 Bab 47 Dibalik Pintu Yang Terkunci48 Bab 48 Luka Lama Yang Terbangun Kembali49 Bab 49 Diary Perjalanan Kita50 Bab 50 Mengejar Bayangan