icon 0
icon Pengisian Ulang
rightIcon
icon Riwayat Membaca
rightIcon
icon Keluar
rightIcon
icon Unduh Aplikasi
rightIcon

BILANG SAJA KAMU JANDA

Bab 3 Hampir Melayang

Jumlah Kata:1417    |    Dirilis Pada: 01/09/2025

a menggenggam erat tanga

awa aroma rumput basah, tapi tak mam

yang familiar, namun asing. Seperti kenangan yang terkubur terlalu dalam,

Hana, suaranya lembut, hampir ta

nyum tipis,

k. Seben

atanya penuh pertanyaan y

api cukup besar untuk merasakan beban yang Rania pi

bus yang mereka tump

menahan batuk yang kembali

pelan di tulang-tulangnya yang rapuh. Ia men

gkin? Tapi kenangan itu te

menggambar sesuatu di buku lusuhnya, gambar rumah dengan

tebal menumpuk, seolah siap mencurahkan d

dari sisa kangkung dan t

ring, sementara Rafif men

m, hanya suara sendok

wajah mereka yang polos, dan hatin

gi aku bisa be

mbuka ponselnya. Ia cek Saweria, masih sepi. Transfer R

engirim anonim itu: Jangan b

ti pegangan terakhirnya,

ntuk tetap hidup, ketika tub

ng tak kunjung dibaca. Ia menulis lagi, jari-j

alian tahu: anak-anakku adalah dunia. Kalau aku pergi, tolong ingatkan me

el. Air matanya jatuh pelan, membas

n lagi, mengetuk atap sen

ngun dengan tubuh yang le

umnya. Ia mencoba bangun, tapi kepalanya

a bangun lebih awal, mema

yanya, suaranya kecil

maksakan

sayang. Bantu Ibu

kembali, ia menemukan Rania terd

un karena suara, dan matanya lan

erlari mendekat, tangannya

i tenggorokannya. Ia hanya bisa meraih tangan a

" bisiknya, meski suaranya

r demam. Ini adalah tubu

t, atau mungkin kankernya sud

ingin anak-anaknya me

rangkak ke ponselnya, men

bol panggil, ponsel itu jatuh da

ur!" teriak Rafif, m

k kaki ibunya. "Ibu,

annya, Rania mendengar

sepatu kulit di lantai kayu. Ia mencoba membuka ma

kejutan dan sesuatu yang sulit d

an tolong bant

ng" bisik Rania, ha

bar terkini adik iparnya. Ia terkejut melihat pintu ruma

hnya pucat melihat Rania yang terkulai di la

han, R

ngangkat tubuh Rani

ke rumah sak

hanya mengg

nya seperti daun kering yang

... Harus. Aku akan me

a, tak tahu tentang Emir yang pergi, tentang kanker yang menggerogoti, tentang pe

. Kamu harus bertahan,"

rsenyum, senyum yan

u... Jangan biarkan

. Erlang menggendong Rania, berlari ke mobilnya, sementa

knya, menatap mereka dengan cinta yang tak aka

t, tapi wajah mereka penuh keraguan.

berdiri di samping, memegang tangannya, berbisik tentang ma

Maafkan Emir yang tida

k lemah, tak punya te

ng berdiri di sudut ruangan, memandan

suaranya hampir hilang, namun pe

a lebih erat, matanya basah

k mereka," katanya, suaranya penuh harap me

memeluk satu sama lain, wajah mereka puca

ah serius, membawa hasi

t dan terapi suportif. Kondisinya kritis, tapi masih

ania hanya menatap langit-langit, napasnya pelan, seolah ia

lat sesekali menyelinap, menyinari

tapi kehadiran Rafif dan Hana di sisiny

a di taman, berlari di bawah sinar matahari, b

ik Rania, matanya setenga

a, jaga mereka. Jangan

ng, air matanya

nia. Aku janji akan bantu, tapi k

s, senyum yang rapuh

a... dem

stik berisi makanan hangat dan beberapa lem

ari pedagang pasar d

uh kamu," katanya, suaranya bergetar saat

rlelap dalam pengaw

membawa obat yang menj

cil di sudut ruang rawat, tertidur

alam hati untuk menebus waktu yang hilang, untuk menjadi paman yang lebih b

inar matahari tipis

asih lemah, tapi matanya menangkap baya

nya, seolah tubuhnya mendengar doa-doa

pada dirinya sendiri. "Aku

um kecil melih

katanya lembut. "Tapi i

mandang anak-anaknya dengan

inggalkan genangan yang

, masih berjuang, masih menjad

detik yang ia perjuangkan adalah

Buka APP dan Klaim Bonus Anda

Buka
1 Bab 1 Aku harus pulang kemana2 Bab 2 Pilihan Yang Masih Tersisa3 Bab 3 Hampir Melayang4 Bab 4 Bertahan5 Bab 5 Ibu Yang Penuh Perjuangan6 Bab 6 Diantara Luka dan Harapan7 Bab 7 Sakit yang Tak Tertulis8 Bab 8 Biaya yang Dibayar dengan Air Mata9 Bab 9 Yang Terlambat Menyembuhkan10 Bab 10 Langit Tanpa Bintang11 Bab 11 Nasi Uduk Penyakit12 Bab 12 Nasi Uduk, Isu Busuk, dan Tamu Tak Terduga13 Bab 13 Surat, dan Sepotong Masa Lalu14 Bab 14 Keadilan Yang Tak Pernah Adil15 Bab 15 Diambang Batas16 Bab 16 Rasa Yang Tak Pernah Tersampaikan17 Bab 17 Cahaya Semangat18 Bab 18 Lawan Rania!19 Bab 19 Aku Pernah, Tapi Aku Pulang20 Bab 20 Semoga Kamu Merdeka, Walaupun Bukan Bersamk21 Bab 21 Surat Yang Membakar Segalanya22 Bab 22 Perang Yang Tak Terlihat23 Bab 23 Emir yang Meledak, Rania yang Tegak24 Bab 24 Rumah Kecil, Langkah Besar25 Bab 25 Malam Yang Menggetarkan Langit26 Bab 26 Sidang Kedua, Harga Diri yang Ditarik Paksa27 Bab 27 Semakin Pelik, Semakin Sayang28 Bab 28 Rumah Baru, Langkah Baru29 Bab 29 Luka Lama30 Bab 30 Hujan, dan Hadiah Yang Jatuh Dari Langit31 Bab 31 Lapangan Yang Masih Menyimpan Memori32 Bab 32 Tawa Jemima33 Bab 33 Campur Tangan Semesta. Untuk apa 34 Bab 34 Semakin Dalam35 Bab 35 Lagu Untuk Ibu36 Bab 36 Luka Lama37 Bab 37 Bimbang Yang Menyesakkan38 Bab 38 Penampilan Baru Viola39 Bab 39 Pria Dalam Foto Lama40 Bab 40 Penjara IA41 Bab 41 Rujakan di Kebun Kecil Rania42 Bab 42 Arisan Yang Membara43 Bab 43 Tawa Dibalik Layar44 Bab 44 Malam Yang Berat45 Bab 45 Lempar Tomat dan Timun46 Bab 46 Gelisah47 Bab 47 Dibalik Pintu Yang Terkunci48 Bab 48 Luka Lama Yang Terbangun Kembali49 Bab 49 Diary Perjalanan Kita50 Bab 50 Mengejar Bayangan