Catatan Luka Istri Rahasia
ang
itu menyapa telinga. Aku memaksakan tersenyum pada sosok
subuh,
emutar posisi berbaring menjadi berhadapan dengan Mas Satya,
ang
ingi dengan cekikikan geli. Memang, aku sengaja
subuh dulu, yuk?" pinta Mas
giba, dan memeluk punggungnya. Me
f ..
berapa kalinya sungguh menggelitik te
k?" Aku mengangkat wajah dan membuka mata, menemukan senyuman ma
mbalas perlakuanku tadi dengan hal lebih. Jika aku hanya mengecup, dia malah melumat. Lembut, menghanyutkan. "Setelah sho
menelusupkan wajah di
Aku suka
aku bisa lupa dengan se
aksakan. Kesehatan kam
i ... dua kali ... berkali-kali ... sampai aku kegelian. Apalagi
u terkikik geli, sembari
olat!" pintanya, d
duduk. Selimut juga aku tarik hingga dada a
n, atau bare
ngun, lalu menciu
as. Kan Mas ma
arik hidung minimalis milikku, sampai aku meringis
rjalan ke kamar mandi sambil bersenandung ringan. Sepertinya
isa
agi setelah salat subuh nantinya, Mas Satya akan lan
ans Mas Satya, tetapi tidak bisa dijamin bahwa semuanya baik. Jika h
pai kapan. Tapi aku tetap selalu berharap, nanti
>
yesapnya. Hanya beberapa kali hisapan, aku meletakkannya lagi di
yang diwakilkan pada seorang iblis wanita bernama Lisa. Di tempat ini, aku memiliki teman. Z
ah di tangan, Zia berceletuk tida
ngnya kebangetan. Hatiku ... ya Allah, meleleh.
ia. Aku hanya menggeleng b
orang. Nanti susah move o
h suka sama Mas Satya yang manis ... ugh! Ra
a lagi? Aktor dan dikagumi oleh semua perempuan adala
Nanti kalau dia udah nik
an aku tidak ingin dia kecewa nantinya setelah tahu pujaan h
u Mas Satya udah
angan baru mau move on, na
Lagian, aku nggak puny
n adalah, dia belum
Din? Bukannya dulu kam
ja apa kata aku, supaya
ia memutar bola
A AZ Z
ar bentakan dari suara cempreng milik s
apa,
ku berusaha bersikap sopan. Meski dalam ha
k? Saya dari tadi panggil kamu. Kenapa
ngin menutup gendang telin
apku setelah m
la Mutia. Dia tadi telpon saya, dia sedang ada di lokasi s
ima bunga itu, dan segera menjalankan tugas de
i seluruh penjuru negeri, pasti mengenal Mas Satya. Dan dia hanya memilihku sebagai seorang istri. Padahal, bisa saja
aku be
t macet. Sampai akhirnya tiba di sebuah tempat yang terdapat ratusa
lautan manusia. Sesekali berjinjit untuk
ukan. Sepertinya ini tugas berat, apalagi deng
an. Ditambah lagi dengan keadaan sesak seperti ini. Kep
r melewati garis pembatas. Aku meringis. Perih di kedua tela
penjaga berbadan besa
anku, saat dia langsung mendorong hingga aku menabrak ke
ni terasa berat untuk dikendalikan. Un
la
>
ang
l. Mas Satya. Aku menoleh ke arahnya. Sesekali, aku
kenapa ngotot banget, sih? Jaga kesehatan kamu! Itu penting! Ap
Aku segera memalimgkan wajah ke arah lain, agar tetesan cair
emanggil, dengan nada leb
ggung tangan, kemudian terang
sampai harus ninggalin acara tadi karena khawatir sama kamu. Kamu tau sendiri k
menghentakkan tangan Mas Satya
agi aja sana! Aku
ngan mara
ak marah
i! Acara aku jadi berantakan demi nolong kamu! Dan kamu kayak
ksa untu
a! Aku nggak papa! Aku nggak
NGAN BENT
bagaimana Mas Satya berteriak sa
Muncul suara bar
erima yang kayak begitu. Selfie boleh, peluk ja
ecih dal
lik yuk, Sat. Orang-orang lagi nungguin kita. Kamu juga dipuji
s, yang kubalas dengan mengalih
, aku me
tidak terla
>