icon 0
icon Pengisian Ulang
rightIcon
icon Riwayat Membaca
rightIcon
icon Keluar
rightIcon
icon Unduh Aplikasi
rightIcon
Cinta, Pengkhianatan dan Dendam: Godaan Mantan Istri yang Tak Tertahankan

Cinta, Pengkhianatan dan Dendam: Godaan Mantan Istri yang Tak Tertahankan

Penulis: LARK COLE
icon

Bab 1 Kembalinya Sang Dewi

Jumlah Kata:1452    |    Dirilis Pada: 03/12/2021

Hotel Singa Emas bintang lima di Kota Harapan.

Tuan Sanjaya dijadwalkan untuk menghadiri pesta makan malam. Sebelum dia tiba di pesta itu, rumor mengenai pasangan kencannya yang sangat cantik sudah tersebar luas. Seluruh dunia sudah tahu mengenai hal itu. Wanita itu adalah wanita yang dijuluki memiliki kecantikan surgawi.

Di bawah harapan besar semua orang, pintu ruang jamuan kembali terbuka ketika acara pesta sudah mulai berlangsung. Terjadi kehebohan di depan pintu yang disebabkan oleh kemunculan pasangan pria dan wanita yang memasuki ruangan.

Saat mereka berdua perlahan-lahan melangkah masuk ke ruang perjamuan, hiruk-pikuk semakin terdengar jelas. Para tamu yang hadir mulai saling bergosip.

Orang yang datang memang adalah Tuan Sanjaya. Dia mengenakan setelan jas hitam dengan pola garis-garis gelap serta memakai sepasang sepatu kulit berwarna coklat tua. Lengannya juga menggandeng seorang wanita yang cantik.

Wanita itu mengenakan gaun malam sepanjang mata kaki berwarna hitam dan memakai satu set perhiasan safir. Terdapat riasan tipis di wajahnya yang berbentuk oval. Para tamu bisa merasakan kehadiran wanita itu di tengah ruangan, tidak ada seorang pun yang bisa mengabaikannya.

Banyak tamu pesta yang terkesiap saat mereka melihat wajah wanita itu dengan jelas. Mereka melirik sekilas ke arah Alina Kurniawan, sang tuan rumah dari acara pesta ulang tahun malam ini, dan juga James Wijaya, pria yang berada di sisinya.

Kemunculan sang wanita cantik di perjamuan membuat banyak tamu mulai saling berbisik. "Apa kalian melihat wanita itu? Bukankah dia adalah Maria Setiadi?" kata salah satu tamu pesta.

"Iya, kamu benar. Itu adalah Maria!" orang lainnya berkata membenarkan.

"Astaga! Bukankah dia itu sudah meninggal? Kenapa dia masih hidup? Dia itu seorang pembunuh! Berani-beraninya dia menunjukkan wajahnya lagi?" tamu lain ikut menimpali.

"Membicarakan mengenai wajahnya, apa dia melakukan operasi plastik? Sejak kapan dia berubah menjadi begitu cantik dan seksi?"

"Siapa yang tahu? Ternyata dia adalah pasangan kencan Tuan Sanjaya, malam ini pasti sangat seru!"

Seru atau tidak, semua itu tergantung pada pemikiran seseorang mengenai rasa seru. Setidaknya, beberapa hal yang menarik akan terjadi.

Kembalinya Maria yang tiba-tiba tidak hanya membuat semua orang yang hadir di perjamuan merasa kagum, tetapi juga membuat mereka semua takut. Semua itu karena Norman Sanjaya, pria yang datang bersama Maria merupakan saingan bisnis James!

Tidak hanya itu saja, Maria juga merupakan mantan istri James, sang CEO dari Grup HL.

Baik James maupun Norman tidak terlalu suka menonjolkan diri, mereka membatasi kemunculan mereka di depan publik. Mereka berdua jarang muncul di pesta semacam ini. Masuk akal bagi James untuk hadir dalam acara pesta ini. Lagi pula, gosip mengenai pertunangannya dengan Alina telah tersebar luas. Sedangkan bagi Norman, dia tidak mungkin hadir di perjamuan ini hanya untuk merayakan ulang tahun Alina, 'kan?

James adalah seorang tokoh besar di dunia keuangan yang sangat disegani. Sekarang, saingannya malah muncul di pesta bersama mantan istrinya. Para tamu yang hadir menjadi sangat antusias. Entah apa yang akan terjadi malam ini?

Senyum anggun terus terulas di wajah Maria sepanjang waktu. Maria merangkul lengan Norman sambil berjalan anggun menuju ke arah Alina dengan memakai sepatu hak tinggi kristal setinggi tujuh sentimeter.

Alina adalah kakak sepupu Maria. Enam tahun yang lalu, Alina menghancurkan pita suara Maria dan membuatnya menjadi bisu.

Enam tahun kemudian, mereka berdua dipertemukan lagi dan berdiri saling berhadapan.

Alina yang sedang memegang sampanye terpesona pada perubahan dramatis Maria. Jantungnya sedikit berdetak dengan liar. Tangan kanan Alina yang sedang merangkul lengan James mengepal semakin erat, sedangkan gelas wine yang ada di tangan kirinya hampir saja hancur dicengkram olehnya.

Norman mengambil dua gelas wine dari pelayan di bawah tatapan mata para tamu lainnya. Dia memberikan satu gelas untuk Maria dan satu lagi untuk dirinya sendiri.

Norman melirik ke arah wanita yang sedang tersenyum di sebelahnya, kemudian mengalihkan tatapannya ke arah pria tanpa ekspresi di hadapannya. Norman menyapa James dengan hangat sambil mengulas senyum tipis di sudut bibirnya. "Tuan Wijaya, lama tidak bertemu! Apa kamu mengenal pasanganku?"

Meskipun kedua pria itu pernah berseteru sebelumnya, tapi di acara formal seperti ini, mereka masih memiliki sikap seorang pria sejati untuk berinsiatif menyapa lebih dulu. Terlebih lagi, di dunia bisnis hanya keuntunganlah yang abadi, tidak ada musuh yang abadi.

Akan tetapi, James tidak menunjukkan ketertarikan pada topik pembicaraan Norman. Ekspresi wajahnya tidak berubah sedikit pun. Dia bahkan tidak melihat ke arah wanita yang berada di samping Norman. James mengangkat gelasnya lalu bersulang dengan Norman, bibir tipisnya mengulas senyum tipis, "Hanya orang asing saja."

James sudah bekerja di dunia bisnis selama puluhan tahun, dia juga sudah lama menjabat sebagai CEO dan berada di posisi tinggi. Tidak ada yang bisa menyangkal bahwa James adalah sosok yang mengesankan.

Sudah enam tahun berlalu, tetapi Maria masih saja merasa sulit bernapas ketika dia berada di hadapan James lagi. Pria ini tidak hanya menjadi semakin dewasa, sepasang matanya yang dalam itu bahkan menjadi semakin sulit untuk ditebak.

Masyarakat di Kota Harapan sangat menghormati Norman. Dia mungkin tidak memiliki kuasa sebesar James, tapi Norman juga tidak jauh berbeda dengan James.

Jika James adalah orang yang kejam dan egois, maka Norman adalah orang yang licik dan tidak memiliki belas kasihan. Sebenarnya, kedua pria itu jauh lebih mirip dibanding yang mereka duga.

James terlihat begitu mulia dan sulit untuk didekati, sementara Norman tampak lembut dan elegan.

"Orang asing?" Norman menyesap wine miliknya, merasa terhibur dengan jawaban yang diberikan oleh James. Terdapat sedikit kelicikan yang melintas di matanya yang tampak tersenyum, tetapi Norman tidak mengatakan apa-apa lagi.

Senyum di wajah Maria masih tidak berubah saat dia mendengar jawaban James. Tidak masalah, dia akan menaklukkan pria ini cepat atau lambat!

"Tolong bawakan kemari hadiah ulang tahun untuk Nona Alina," Norman memberi perintah pada asisten yang berada di belakangnya.

"Baik, Tuan Sanjaya!"

Asisten tersebut segera menyerahkan kotak hadiah kepada Alina. "Selamat ulang tahun, Nona Kurniawan."

Alina tersenyum dengan anggun padanya. "Terima kasih Tuan Sanjaya."

Norman mengangguk padanya tanpa mengucapkan apa pun.

Sebagai tuan rumah perjamuan, Alina menyerahkan hadiah itu kepada pengurus rumah tangga yang berada di belakangnya, setelah itu Alina menyapa wanita pendiam yang ada di sebelahnya. "Maria, kamu sudah kembali? Kamu bersembunyi di mana selama ini? Kami semua sangat mengkhawatirkanmu! Bagaimana kabarmu?"

Maria mengulas senyum dan menatap mata Alina, "Terima kasih atas perhatianmu, Alina. Aku baik-baik saja. Aku hanya pergi ke suatu tempat untuk bersantai."

Nada suara Maria terdengar sangat santai. Tidak ada yang bisa menebak apa yang dirasakan oleh Maria.

Alina terperanjat saat mendengar suara Maria, 'Dia bisa bicara?'

Alina adalah seorang selebriti terkemuka di Kota Harapan, jadi dia bisa mengontrol kembali emosinya dalam sekejap.

"Aku baik-baik saja, semua ini berkat Tuan Sanjaya." Suara Maria terdengar begitu lembut dan tatapan matanya juga tampak berkabut. Maria seolah-olah tampak tersentuh oleh perhatian yang diberikan oleh Alina.

Namun, itu hanya di permukaan saja. Kedua sepupu ini seolah-olah ingin menghidupkan kembali hubungan mereka seperti dulu, tetapi nada bicara mereka tidak terdengar demikian. Nada bicara mereka terdengar datar, perkataan mereka pun asal-asalan.

Alina mengangguk lalu berbalik untuk menatap ke arah James. Dia memberikan saran dengan penuh pertimbangan, "James, karena Maria sudah kembali, apa kalian butuh waktu untuk mengobrol?"

Alis tebal pria itu tampak berkerut. Dia langsung menolak tanpa ragu, terdapat rasa jijik di tatapan matanya. "Tidak," kata James. Suara James bahkan terdengar lebih arogan dan dingin dibanding sebelumnya.

Alina memperhatikan reaksi James, suasana hatinya menjadi jauh lebih baik sekarang. "Baiklah, aku sudah lama tidak bertemu dengan Maria. Ada banyak hal yang ingin kukatakan padanya. James, Tuan Sanjaya, kami permisi dulu."

Setelah mengatakan itu, Alina lalu meraih pergelangan tangan Maria sebelum Maria bisa bereaksi.

Norman melepaskan Maria lalu mengangguk dan berkata, "Pergilah."

Maria dibawa pergi oleh Alina. Sebelum pergi, Maria menatap kembali ke arah Norman. Terdapat kilatan cahaya di tatapan matanya. Maria akan bersenang-senang terkait hal ini.

Norman melambai pada Maria, mengisyaratkan agar Maria tidak perlu khawatir mengenai dirinya.

Maria berbalik lalu berlari kecil untuk mengimbangi langkah Alina. "Hei, Alina, sepatuku terlalu tinggi untuk berjalan cepat seperti ini, apa kamu bisa berjalan sedikit lebih pelan?" Maria bertanya dengan hati-hati, tetapi malah tidak mendapat tanggapan.

Kedua wanita itu pergi meninggalkan pasangan mereka masing-masing dengan pemikiran yang berbeda. James meletakkan satu tangan di dalam sakunya, sementara tangan lainnya mengguncang wine yang ada di dalam gelas.

Norman menatap pria itu sambil tersenyum dan bertanya, "Bagaimana menurutmu? Perubahan Maria sangat besar, bukan?"

James menatapnya dengan dingin lalu bertanya, "Tuan Sanjaya, kamu pasti bosan. Apa tidak ada orang lain yang bisa kamu ganggu?" Mereka biasanya memang tidak ramah pada satu sama lain. James juga tidak suka berbasa-basi.

"Tidak juga." Norman mendentingkan gelasnya pada gelas James, kemudian menyesap wine di gelasnya, "Kudengar kamu akan bertunangan dengan Alina?"

Belakangan ini ada gosip yang beredar di Kota Harapan yang berkata bahwa James dan Alina akan bertunangan. Sepertinya gosip itu benar karena James hadir di pesta ini.

"Ya." James melihat tidak ada untungnya berbohong mengenai hal itu.

Norman lalu mengangguk. Beberapa saat kemudian, dia lalu berkata, "Kebetulan sekali! Aku juga sedang berpikir untuk menikahi Maria."

Buka APP dan Klaim Bonus Anda

Buka
1 Bab 1 Kembalinya Sang Dewi2 Bab 2 Berhubungan Dengan Tuan Sanjaya3 Bab 3 Arthur4 Bab 4 Permainan dan James5 Bab 5 Aku Punya Kekasih Baru6 Bab 6 Hukuman7 Bab 7 Mantan Istri James8 Bab 8 Keluar dari Rumah Sakit9 Bab 9 Bajingan Sombong10 Bab 10 Kenangan di Vila11 Bab 11 Masuk Tanpa Izin12 Bab 12 Janji dengan Alina Dibatalkan13 Bab 13 Aku Adalah Sang Pemilik Toko14 Bab 14 Pengumuman yang Mengejutkan15 Bab 15 Dipecat16 Bab 16 Penghinaan dari James17 Bab 17 Aku Akan Membuat Hidupmu Menderita18 Bab 18 Berpura-Pura Menjadi Sepupu Dekat19 Bab 19 Akuisisi Gedung20 Bab 20 Dua Tamparan21 Bab 21 Berkelahi Sendirian22 Bab 22 Hentikan Akuisisinya23 Bab 23 Dewasa dan Mempesona24 Bab 24 Tak Akan Pernah Menimbulkan Drama25 Bab 25 Kesombongan26 Bab 26 Seorang Pria Licik dan Kekanak-kanakan27 Bab 27 Penderitaan Para Tuan28 Bab 28 Menjadi Sama29 Bab 29 Meminta Bantuan30 Bab 30 Wanita Cantik Pembawa Bencana31 Bab 31 Alasan Tersembunyi Lainnya32 Bab 32 Melayani Secara Pribadi33 Bab 33 Sengaja Mempersulitnya34 Bab 34 Rasa Malu yang Membara35 Bab 35 Ceroboh36 Bab 36 Memohon Sambil Berlutut37 Bab 37 Dia Harus Dihukum38 Bab 38 Kamu Itu Brengsek39 Bab 39 Ulurkan Tanganmu40 Bab 40 Jatuh Cinta Lagi41 Bab 41 Aku Hamil42 Bab 42 Pertemuan Keluarga43 Bab 43 Pertemuan di Bandara44 Bab 44 Tatapan Kematian45 Bab 45 Cengkraman Kematian46 Bab 46 Pria yang Tangguh47 Bab 47 Menghajar Tuan Wildan48 Bab 48 Memata-matai Dia49 Bab 49 Aku Tidak Menyukai Wanita50 Bab 50 Serangan Balik51 Bab 51 Gerakan Mematikan52 Bab 52 Pergi ke Neraka53 Bab 53 Aku Ingin Menikah Denganmu54 Bab 54 Mengungkap Sebuah Kebohongan55 Bab 55 Terlahir Kembali56 Bab 56 Mempermalukan Diri Sendiri57 Bab 57 Putus Hubungan58 Bab 58 Kenangan59 Bab 59 Penyakit yang Tak Dapat Disembuhkan60 Bab 60 Sangat Tersanjung61 Bab 61 Menggunakan Cara Lembut dan Keras62 Bab 62 Cincin Pertunangan63 Bab 63 Pernikahan Bisnis64 Bab 64 Mendapat Kelemahan Keluarga Kurniawan65 Bab 65 Memohon Bantuan66 Bab 66 Dia Tidak Mencintaimu67 Bab 67 Ukuran Cincin68 Bab 68 Informasi Orang Dalam69 Bab 69 Dokumen Rahasia70 Bab 70 Sebuah Apel di Tanganku71 Bab 71 Anting-Anting Zamrud72 Bab 72 Ethan yang Naif dan Polos73 Bab 73 Aku Tidak Peduli Jika Kamu Mati74 Bab 74 Kehilangan Kendali75 Bab 75 Rencana B76 Bab 76 Pelindung Tanpa Kasih Karunia77 Bab 77 Bos Kami78 Bab 78 Aku Sangat Mencintaimu79 Bab 79 Seorang Ibu Rumah Tangga80 Bab 80 Melampaui Penebusan81 Bab 81 James Ditampar82 Bab 82 Dia Tidak Boleh Mati83 Bab 83 Bekas Cakaran Wanita84 Bab 84 Duri yang Konstan Di Sisinya85 Bab 85 Kafe Miracle Dihancurkan86 Bab 86 Berikan Aku Buktinya87 Bab 87 Tidak Ada Kemajuan88 Bab 88 Sebuah Kambing Hitam89 Bab 89 Tawar Menawar90 Bab 90 Sang Pelaku91 Bab 91 Hamil Dengan Udara92 Bab 92 Bayar Tagihannya93 Bab 93 Mendapatkan Secara Gratis94 Bab 94 Situasi yang Saling Menguntungkan95 Bab 95 Cepat Selesaikan Itu96 Bab 96 Bingung Entah Kenapa97 Bab 97 Persetan!98 Bab 98 Jangan Sentuh Dia99 Bab 99 Seorang Pria Tak Berperasaan100 Bab 100 Bersama dengan Arthur