PENGANTIN PILIHAN TUAN XANDER
n putih yang melekat di tubuhnya terasa seperti terkurung. Hatinya be
ga berjaga ketat, memasti
nya, Vienna. Kalau tidak,
ingin untuk penolakan. Sejak kecil, Vienna tahu bahwa dirinya hanya catur dalam per
ang wanita masuk de
ilik Miranda, kepala pelayan yang seja
nya, tangannya mengepa
lak?" tanyanya pel
pandangan penuh belas kasi
id
Punggungnya tegang saat Miranda me
h," tambah Miranda pelan. "Dia b
Ada ketakutan di sorot matanya. 'Siapa sebenarnya
dengan pria yang baru pertama kali
r Adr
yang membalut tubuhnya yang sempurna. Garis rahangnya tegas, r
g penuh
saat pria itu menatapnya seola
nyaris tak bisa mendengarnya. Tubuh
a te
eheningan. Tanpa kerag
rhenti. Saat tiba giliran
eseorang di belak
n itu tersirat jelas
lu menghela napas dalam
amar pengantin mereka dengan tangan gemeta
tahan, dia membu
menghadap Vienna. Dia tidak bergerak, hanya b
asuk, menutup pint
n," suara Xander terdengar dingin, membuat Vienna menega
mendengarnya. "Mengapa h
temu dengan mata Vienna, penuh den
harus dibayar
ka aku
alan mendekat, membuat Vienna tanpa sadar mela
akan bisa
mengangkat tangannya, dengan me
ah milikku, Vienna. Tak p
tidak ada jalan keluar dari ne
tanya yang tajam sesekali meliriknya, membuat udara di ruangan itu terasa mencek
kamar lain. Rumah
sedikit hentakan. "Dan membiarkan orang-orang di luar sana ber
alas Vienna, berusaha terdengar tenang. "Tida
gulang ucapan ini, Vienna. Aku tidak peduli kau nyaman atau tidak, kau tetap is
angkah. "Jangan p
yentuhmu. Aku hanya memastikan kau tetap pada posisimu.
seorang yang terbiasa mengendalikan segalanya. Jika dia m
ranjang dan duduk di ujung,
er sebelum berjalan
ibirnya untuk menahan gejolak di dadanya.
mandi berhenti, lalu tak lama kemudian Xander keluar, hanya mengenaka
lu buru-buru menga
itu," sindir Xander sambil
atapmu," sahut
hnya bersandar santai di divan. "Kalau kau tid
Jangan khawatir, aku juga tidak ingi
na menarik selimut dan membalikk
merasakan ranjang bergoyang sedikit. Xander bergerak, tet
ekatkannya dengan mudah seolah Vie
tak, tetapi genggaman
suaranya terdengar berat karena kantuk. "Aku
n ke mana-mana
dan
ekapan pria itu. Napas Xander yang hangat terasa di tengk
sih terasa lelah. Dia hampir tidak bisa tidur sema
uka sepenuhnya, dia
sudah t
osong. Selimut di sisi ranjangnya berantakan, tan
ekarang. "Pergi tanpa menga
Langkahnya membawanya ke lantai bawah, tempat meja m
"Nyonya, Tuan Xander sudah berangkat pagi-pagi seka
erkejut. "Dia me
nggeleng. "Tid
na. Pria itu bahkan tidak akan p