The Last Hug
gantarmu untuk kontrol ke rumah sakit," kata seorang wa
jadi waktu beristirahat kamu lebih ban
Mas sepulang kerja. Aku tidak akan pulang ke rum
mengantarku ke rumah sakit. Aku diantar sama
dengan tegas lalu menutup sambungan telepon dengan pria yang disebut Mas. Ia kem
menarik nafas panjang-panjang lalu menghembuskan melalui mulut dengan sangat tenang.
berjalan mengendap dengan sangat hati-hati di belakang kursi yang sedang di
elihat tingkah lakunya. Orang-orang tersebut sepertinya su
an kakinya terus melangkah. Tapi baru saja dirinya menggerakkan tangan untuk menyentuh wanita terse
anya bergerak seperti mau jatuh. Ia kemudian melirik ke arah kanan kiri
pria bertubuh tinggi yang sedang menatap ke arahnya. Tata
ndengar pertanyaan seperti itu membuat wanita tersebut membelakakan mata. Ia takut j
gan tegas namun suara yang pelan. Matanya melotot memb
anya lelak
terpaksa. Ia tahu jika temannya itu akan
mudian pergi ke mejanya dan duduk dengan manis sambil memandang ke
ari tengah lalu mengarahkannya pada kedua mata indah miliknya dan diarahkan lagi ke mata pria yang ber
ernai berbicara pad atasannya tentang kejadian tadi, maka ia tidak ak
aknya pria itu sudah kebal dengan ancamannya. Mungkin hal tersebut sudah terjadi beruang kali h
elesai?" suara seroang pria membuat wanita ter
baik?" tanya wanita yang dipanggi Nuri tersebut. Ia mengeluarkan
ab suasana hatiku kurang baik ini kenapa?" t
Ia kemudian menoleh ke kanan dan ke kiri karena takut dengan tatapan at
an atas pertanyaan saya dengan menggunak
inganya. Kini, mata atasannya itu terlihat begitu menyeramkan. Matanya yang emmang lebar dan bulat d
ng? Atau masalah pekerjaan?" tanya atasan ter
erjaa
jaan. Apa kalian mengerti?" tanya pria paruh baya terhadap Nuri dan temann
sing, pria yang dipanggil bos tersebut melangkahkan kaki ke arah se
mereka berdua melakukan hal tersebut, tapi karena Nuri mencoba memberikan ancaman
rjanya. Kertas-kertas yang berserakan di mejanya itu ia susun dengan rapi d
g diberikan padanya, ia jadi bergerak cepat dalam membereskan semua tugasnya. Karena semaki
'kan?" tanya pria bertubuh tinggi yang berdiri d
kata Nuri kemudian berjalan melewati pria tersebut. Tapi sayang, belum juga Nuri
tapan mata yang seakan mengisyaratkan sebuah kebencian. Entah benci itu dil
sanku untuk yang satu ini karena kau tidak punya hak untuk