Istri Kedua Tuan Gio
setiap langkah yang diambilnya seolah membawa dirinya lebih jauh dari dirinya yang dulu. Keluarganya, ibunya, dan Clara-mereka
tu, segala sesuatu berubah dalam sekejap. Liana merasa dirinya seakan menjadi bagian dari
nya. Sebuah rumah besar yang megah, yang terasa asing dan menakutkan. Rumah yang akan menjadi tempat baru bagi Liana, tempat di man
mulai dengan sebuah pertemuan formal. Semua orang di rumah besar itu sudah menunggu, mengenali perannya masing-masing dalam permainan yang
g ia tahu adalah bah
penuh tanya, dan beberapa anggota keluarga lainnya yang terlihat tidak terlalu tertarik, tetapi cukup waspada terhada
engarahkan perhatian pada wanita di sebelahnya. Livia duduk di sana dengan sikap angkuh, matanya
a jauh lebih tajam dari yang bisa ia sembunyikan. "Senang bertemu dengan Anda
a dengan suara datar, "Saya harap kamu tahu posisi k
engkeraman seseorang yang tak pernah ia pilih. Rafael mungkin memberinya semua yang ia butuhkan, tetapi dia juga membe
dalam kamar itu terasa asing, lebih seperti sel penjara daripada tempat tinggal yang nyaman. Ia duduk di samping jendela, memandangi malam yang gela
dungi, masa depan yang begitu tak pasti, dan kini, dirinya yang terpe
munan. Liana mengangkat kepalanya, terkejut
kipun tetap penuh kendali, kali ini menunjukkan sedikit kerentanan. "Liana," ka
wabnya, suaranya hampir tak terdengar. "Saya merasa seperti bagia
tidurnya. "Aku tahu ini sulit. Aku tid
yembunyikan kenyataan ini. Saya harus hidup dengan ini-dengan segala
a tunjukkan. "Aku tidak bisa mengubah apa yang sudah terjadi, Liana. Tetapi aku aka
bih terdengar seperti tangisan tertahan. "Kamu pikir
b Rafael, suaranya lebih rendah, lebih serius. "Tapi aku berjanji,
hanya sebuah kebohongan yang terselubung rapat? Atau apakah i
ang penuh kebingungannya menatap Rafael. "Saya
etiap inci perasaan Liana. "Terkadang, kita tida
dak tahu apakah ia akan bertahan dalam keadaan ini. Tetapi satu hal yang