Istri Kedua Tuan Gio
a, namun tidak melihat apapun. Semuanya terasa kabur, seperti bayangan yang tidak jelas. Angin yang b
ui setiap detik yang berlalu. Istri kedua. Itu adalah kata yang tidak pernah ia bayangkan akan menjadi bagian dari hidu
semakin kurus karena penyakit yang tidak kunjung sembuh, Liana merasa hatinya terhimpit. Ibunya yang dulu penuh semangat, kini hanya
ada pilihan selain menerima kenyataan yang ada di hadapannya. Jika ia tidak berbuat sesuatu sekarang, ibuny
sejak lama tertahan kini mulai jatuh. Ia merasakan betapa berat beban y
lirihnya, seperti berbicara pada ibu
gan wajah penuh keheranan. "Mama?" tanya Clara pelan,
, berusaha tersenyum. "Mama hanya sediki
etap penuh pertanyaan. "Mama kenap
a hanya butuh sedikit waktu untuk berp
t. "Mama nggak usah khawatir, aku akan bantu
anaknya. Clara tidak tahu apa yang sedang dihadapinya. Anak kecil itu ti
an dari kamu, sayang," bisik Liana, menco
nya. Pikirannya berputar-putar tanpa henti, menimbang-nimbang segala kemungkinan. Apa yang sebena
iapa yang datang tanpa perlu melihat. Langkah kaki Rafael yang berat dan pasti, suara itu sudah
hitam dengan sikap yang selalu penuh kendali. Matanya yan
ara tenang namun menekan. "Kamu tidak bisa terus berlarut-larut dalam kebin
ranya pecah, dan meskipun ia berusaha terlihat kuat, ia merasa begitu rapuh
adi jika kamu tidak melakukannya. Anakmu dan ibumu tidak akan mendapatkan apa-apa. Hidup ini memang tidak adil, dan aku bukan or
putusan yang tak terhindarkan. Semua yang ada di dunia ini tampaknya sudah dijual dengan har
nya. Matanya yang merah dan penuh air mata bertemu dengan mata Rafael. Ia menghel
elan, hampir tidak terdengar. "Aku
ebahagiaan. "Kamu tidak akan menyesal, Liana. Aku akan memastikan
r. Ia telah terjebak dalam keputusan yang tak bisa diubah. Sebuah jalan yan