DIGILIR BESAN DAN MENANTU - Rahasia Birahi Kampung
a segar dari kebun milik Bah Akin yang
bunnya yang melimpah. Di tangannya, ada sekeranjang sayuran segar, buah-
g dari wajahnya yang keriput, menandakan betapa kebiasaannya membawa hasil per
pisahkan dalam hidup Ratna. Setiap kali panen, lelaki tua ini selalu datang membawa rezeki,
kadar memberi, tetapi juga menunjukkan kedeka
alu rapi, dan wibawa sebagai mantan pegawai desa yang sudah pensiun, masih terasa dalam setiap langkahnya. Wajahnya menunjukkan
jaan yang telah ia lakukan selama bertahun-tahun. Bah Akin masih memiliki semangat yang tinggi. Berbeda
tai. Sekalian cuci matanya yang sudah tua. Penampilan Ratna yang saat di rumah kadang agak sedikit santai, dengan
sosok suami dan ayah yang benar-benar bisa diandalkan. Walau kadang sikapnya terlihat sedikit kaku, namun hati
menyelimuti hatinya, seakan segala persoalan di dunia ini bisa disel
but ke datangan Bah Ak
hasil kebun kan? Terima kasih
akkan keranjan
ur, jadi hasilnya harus dibagi-bagi. Nanti bagi dua aja ya, ki
ke sini, atau saya titip aja sa
sehat-sehat aja, ya?" tanya Bah Akin tentang kabar menantu dan c
aru punya bayi kan nggak ada berhentinya, sibuk dengan urusan rumah dan bayinya. Tapi dia seh
"Si bujang pada kemana, ko
adang tidur juga di mana aja gak jelas, heheheh. Boro-boro bantu kerjaan orang t
perempuan. Untungnya sekarang semua sudah dewasa dan hidup tenang dengan keluarganya masin
antu abah ke sawah?" Ratna bertanya basa-basi,
Tapi ya, sudah mulai sedikit ringkih, boro-boro ke sawah. Kalau dulu, dia bisa
Alhamdulillah, Abah masih gagah. Masih terlihat
las. Selalu bergerak, agar tetap tegak hidupnya. Seperti kebun a
cara Abah mengolah kebun, sawah dan tanah lainnya. Kalau Ba
ersenyum b
rbuai oleh rutinitas dan nggak melihat apa yang lebih penting. Tapi sabar a
batin apalagi. Tapi mungkin ini sudah nasib saya. Gak mungkin juga nuntut macem-m
t dari Mak Siti. Tapi ya mau gimana lagi, udah sama-sama tua,
i sudah pulang, ya senang. Kalau nggak, ya saya cum
nepuk bahu
an terlewati. Ratna kalau perlu bantuan apa saja, bilang aja sama Abah. Kalau ada
a kasih banyak, Bah. Saya tahu
sudah seperti keluarga sendiri. Semoga selalu d
a,
gu ini?" tanya Bah Ak
ur, pas bangun pergi lagi, gak tahu kemana. Saya
tanya ada gorong royong, kan dia mau haj
sini, sama sodaranya aja, mana pernah dia mau bantu-bantu. Abah kaya gak tahu a
Tapi buat ongkos sekolah Adna
kan sama Dina, alhamduliah kakakn
ng buah alpuket abah, harganya lumayan bagus, karena memang sedang bagus di pasarnya," uc
a sudah sering dilakukan Bah Akin, walau jumlahnya tidak tentu. Sering juga dia ber
bantuan sama RT Juhari, walau sedang kepe
udang dibalik batu. Kan kata abah tadi mending minta bantuan
uga dengan ngojek dan bantu-bantu keluarga Pak Darma. Nanti juga buat kebutuhan
ngucapkan rasa terima kasihnya pada Bah Akin, besan yang sudah b
membantu pekerjaan Bah Akin di sawah a
san nyangkul atau bercocok tanam sih, walau sudah tua, abah masih
ntung aja Ratnanya setia. Heuh Romiiii, kalau Abah punya istri kaya Ratna, pastinya dijilatin tiap
Bah Akin sambil terkekeh dan membayangkan kedua kaki
Kamu bener-bener gak bersyukur Rom. Mas Romi, Mas Romi." Bah Akin
*