Asmara Panas JANDA MUDA
n tumbuh, dan aku berharap bisa menghabiskan lebih banyak waktu dengannya. Hari itu di sungai men
epi sungai. Cahaya pagi yang lembut menyelimuti tubuhnya saat dia mencuci pakaian di atas batu. Tanpa
mintanya untuk menatap len
justru membuatku semakin tergoda untuk menangkap momen tersebut. Ta
ungai. Kamu cantik kok, nggak usah malu dong." Aku ber
alu. Senyumnya, begitu natural, begitu indah, membuat setiap foto yang kuambil terasa istimewa. Ada kehangatan dala
m suasana pagi itu. Aku merasa semakin terhubung dengannya, bukan hanya karena kecantikannya, tapi karena kepribadian Lina yang
i atas batu besar, masih dengan balutan kain sarungnya yang basah, memperlihatkan lekuk tubuhnya yang anggun. Sesekali dia mengguyurkan air sungai
en sekecil apa pun. Setiap kali dia tertawa, suara gemer
onton, mandi juga dong sini!"
empesona dengan kesederhanaannya? Kamera di tanganku terasa seperti alat yang tepat untuk menjaga jarak, sekaligus menangkap keind
arikan fisik, aku merasa nyaman bersamanya, seolah-olah dia adalah bagian dari kehidupan yang selalu kucari. Waktu terus berja
penasaran yang tak bisa dipungkiri, namun aku tahu aku harus menjaga sikapku. Meski dalam hati aku merasa tergoda untuk mencuri pandang, aku tet
embutnya terdengar,"Mas Bayu,
njang, dan meski sederhana, penampilannya tetap terlihat begitu istimewa. Matahari pagi yang semakin tinggi memberikan cahaya hangat
enyembunyikan debaran ja
tan istimewa," ucapku jujur, tan
an pujianku,"Ah, Mas bisa aja. Ayo kita p
mengenal Lina, rasanya seperti aku telah mengenalnya lebih lama. Ada perasaan nyaman yang tumbuh
i mulutnya yang manis. Di sela obrolan, Lina yang semalam menawarkan diri untuk mengantarku mencari tempat-tempat indah di sekitar desa untuk aku potret
aku merasa sedikit
dengan nada prihatin. Bagaimanapun, Lina seorang ibu yang h
u nanti aku tidurin dulu. Biasanya dia tidur lama kalau sudah siang,
ngani kehidupannya yang membuatku kagum. Dia seolah tidak pernah membiarkan ke
banget, Mbak Lina. Aku nggak sabar buat lihat tempat-tempat
Mas. Nanti kita jalan-jalan ya. Di sini banyak kok te
mangatku semakin tumbuh. Ada Lina yang menjadi alasan utama, buk
ung ini begitu segar, membuatku semakin tak sabar untuk mengeksplorasi tempat-tempat indah bersama Lina. Tak lama k
n sekarang, aku udah siap menemani," uca
ebar, merasa se
ra bangkit dari kursi, siap untu
an air sungai mulai terdengar lagi, memberikan kesan tenang yang begitu alami. Kami berjala
kin aku tenang," ucapLina, menunjuk ke arah pe
gangguk
agus untuk diabadikan. Apalagi ada bidadari di sisiku," ba
lembut dengan
arkan hatiku. Melihat
*