Asmara Panas JANDA MUDA
rasakan masih segar dalam ingatan, aku bermimpi berduaan dengan Lina. Entah bagaimana, mimpi itu terasa begitu nyata, seolah aku bisa merasakan k
u adalah sosok yang penuh perhatian dan rajin, meski usianya sudah tidak muda lagi. Selain nenek, di rumah ini aku juga tinggal bersama sepupuku, Sari.
masih terasa dingin, aku berjalan menuju dapur untuk membuat secangkir kopi. Aku butuh
a di dapur, ambil sendiri, ya,
dan bubuk kopi. Aroma kopi yang harum segera memenuhi dapur, dan r
, tapi secangkir kopi hangat di tanganku membuatnya terasa lebih ringan. Mataku memandang ke arah rumah Lina, yang terlihat samar di balik
apa hari kami bertemu, tapi sudah ada perasaan yang kuat tumbuh dalam diriku. Lina begitu memikat, wajah begitu cantik, kulitnya putih bersih, tubuhnya pu
lnya, semakin aku merasa tertarik. Ada sesuatu tentang ketegarannya, kelembutan dalam sikapnya, yang membuatku ja
, saat kami berdua menjelajahi kampung ini bersama. Ini lebih dari sekadar kesempatan untuk mengambil foto, ini adalah kesempatan unt
an kesempatan untuk membuatnya menjadi bagian dari hidupku. Mungkin, di antara perjalanan kami nanti, aku akan mencari momen yang tepa
n seperti sarung di tubuhnya, tampak begitu santai namun tetap terlihat menawan. Di tangannya, dia membawa ember yang sepertinya
adalah ketika dia tiba-tib
engan nada menggoda. Aku hampir tidak percaya dengan ajakannya. Mendengar tawa
ayu belum mandi kan? Ke sana y
di sungai, tapi ada rasa penasaran dan keinginan untuk mencoba. Apalagi, bisa lebih l
ketawa kalau aku canggung ya, ini pertama k
ja, Mas. Nanti aku tunjukin t
ah yang bisa kuabadikan di perjalanan menuju sungai. Selain itu, kesempatan untuk m
. Sepanjang jalan, Lina terus berbicara dengan santai, bercerita tentang kampung ini dan masa kecilnya yang sering bermain di sungai. A
but kami. Tempatnya sepi, dikelilingi pepohonan dan batu-batu besar. Suas
an," ucapnya sambil menunjuk
tuk pengalaman baru ini. Rasanya aneh, tapi juga menyenangka
di rumahnya pasti ada air. Ketika aku menanyakan hal itu, Dia tersenyum menj
an tangan di air sungai yang segar. Suasana di sekitar begitu tenang, dengan gemericik air mengalir di antara bebatuan, dan
sadar aku tersenyum sambil memperhatikannya. Lina, dengan penampilan sederhana dan apa adanya, terlihat begitu indah. Ca
pada kesederhanaan dan keteguhan hidupnya. Dia menjalani hari-harinya dengan tenang, mesk
i tersenyum ketika dia menoleh d
a yang aneh?" tanyany
um di wajah,"Nggak ada yang aneh, Mbak.
malu, tapi aku bisa melihat ada rona m