Asmara Panas JANDA MUDA
ada waktu luang, aku memutuskan pergi ke kampung nenek di lereng gunung. Udara di sini sejuk,
mandangan pegunungan atau ladang-ladang hijau yang terhampar luas di depan rumah. Ternyata, di sebelah rumah nenekku, tinggal seora
ihatnya bermain dengan anaknya di halaman depan rumahnya yang sederhana, sambil tersenyum lebar meski dengan wajah letih. Sesuatu dalam dirinya menggug
hatnya, rasanya ada dorongan untuk mendekat, untuk mengenal dia lebih dalam. Aku tak tahu pasti kenapa aku merasakan ini. Mungkin karena cara dia ter
aku berjalan di sekitar kampung untuk mengambil foto. Enta
na jingga yang lembut di langit. Aku melihat Lina duduk di depan rumahnya, memangku anak kecilny
p dekat, Lina mengangkat kepalanya, menyadari kehadiranku. Senyum l
ku membuka percakapan, berusaha
gguk sambil
ya?" tanyanya dengan suara lemb
sebelah, rumah nenek," jawabku s
lagi libura
Darti?" Lina ter
ang kukira,"Iya, aku baru ke sini lagi, Mbakmu. Lagi cari suas
nya sambil mengelus kepala anaknya
pemandangan ba
h di sini." Aku terdiam sebentar, l
keberatan, suatu waktu m
egitu lembut,"Aku? Aduh, enggak pa
rhanaan dan kealamian itu yang paling indah buat difot
senyumnya tetap ramah,"Wah, bisa saja Mas Bayu. T
dan meskipun ada kesedihan di matanya, dia tetap tampak kuat. Anak kecilnya yang duduk di pangkuannya
it lebih dekat. Aku pamit karena hari sudah mulai gel
Mbak" ucapku se
pa-apa, jangan
apan matanya hangat,"Iya
hana itu membuatku merasa ada sesuatu yang berubah. Aku ingin mengenal Lina lebih dalam, bukan sekadar pere
papan kayu, menikmati secangkir kopi hangat sambil menghisap rokok. Malam itu angin berhembus lembut, membawa
gannya. Senyumnya yang manis memancarkan kehangatan malam yang dingin. Dia tampak anggun dengan pakaian sederhan
" sapaku, berusaha
endekat, wajahnya cerah d
agi ng
esapi suasana. Kampung ini benar-ben
a, memang enak sekali.
ningan malam. Aku melihat dia menyesap tehn
carakan tentang kampung ini
rsenyum, lalu duduk di ba
punya banya
ngkit,"Cerita yang menarik?
, tantangan yang dihadapi sebagai seorang janda muda, dan segala hal yang menyertainya. Sua
epian," ucapnya, menatap ja
tuk terus berjuang. Dia sumber
alaman dalam setiap k
entu bukan hal yang mudah," uca
runtung punya ibu sepertimu, Mbak,"
mata yang bersinar,"T
lama. Setiap tawa dan cerita dari Lina membuatku semakin tertarik padanya. R
isa membantu Mbak Lina dengan fotografi, atau apa pun yang bisa sa
awaranku,"Itu ide yang bagus, Mas. Aku s
h kukira akan terjadi. Perasaan di dalam diriku tumbuh lebih kuat, aku ingin menjadi bagian dari hidupn
eh aku tan
tanya apaan?" balasnya, terlihat tidak kebe