Gairah Liar Perselingkuhan
erusaha menunjukkan ekspresi tenang seolah tidak ada yang terjadi. Meski
ada masalah," jawabku sambil tersenyum tipis. "Aku memang sengaja datang k
jam namun penuh perhatian. "Hmm," gumamnya pelan. "Papa udah kenal kamu cukup lama,
a mempertahankan
an, meskipun kamu bukan anak kandung Papa, tapi Papa sayang
"Enggak ada apa-apa kok, Pa. Aku cuma kecapekan aja
amu minum-minum. Kenapa, ada masalah apa? Kalau ada, bil
erjalan lancar, tanpa celah yang bisa merusak reputasi keluarga atau bisnisnya. Selain itu, pernikahan ini juga menjadi pengikat
a-apa, Pa. Kemarin ada yang kasih Hennessy, aku udah lama enggak minum itu. Ya, aku coba beberapa sho
ya. Papa tahu kamu enggak macam-macam. Tapi lain kali, kalau mau minum yang enak,
it lega. "Boleh tuh, Pa.
gan serius. "Ngomong-ngomong, gimana? Kamu masih betah di divisi BD
enggak jauh beda, kok. Lagian, menurutku posisi yang sekarang lebih pas buatku. Aku bisa lebih fokus
guan. "Kamu ini memang beda, ya. Tapi Papa enggak pernah ragu sama k
ih, Pa," ja
Aku bangkit dari kursi, siap untuk berpamitan. Tapi sebelum aku sempat
a, membuatku ber
gan jelas. "Papa mau ingetin, Papa enggak mau ada kejadian aneh-aneh di
uk dengan tegas. "Saya mengerti,
enak sebelum mengangguk pel
dering. Dia melambaikan tangannya, isyarat aga
r. Ucapannya barusan seperti peringatan terselubung-halus, ta
n, tapi kata-kata Pak Desmond terus terngiang-ngiang
menjadi jingga gelap. Ketika aku melihat jam, angka digital di sudut laptop menunjukkan pukul 17.52
api tidak ada apa pun darinya. Perutku mulai terasa lapar, membuatku berpikir untuk mem
. Penampilannya sudah rapi, jel
ng bisa saya bant
lang, ya?" tanyaku sam
au Pak Kai ada keperluan, saya bisa bantu kok
nasi. Lagi laper banget nih. Tapi kalau kamu udah ma
saya beliin. Pak Kai kaya sama siapa aja." Dia menepuk dadanya.
tku, lalu memberikannya padanya. "Kalau gitu, tolong beliin
!" jawabny
ruanganku terbuka lagi. Fiona muncul di sana dengan
melangkah masuk, menaruh kotak pizza itu di mejaku. "Tadi aku ada me
. Matanya bolak-balik memandangku dan Fiona. Ekspresin
saya. Kamu langsung pulang aja
uarkan uang seratus ribu yang tadi kube
ulang sana," kataku sambi
as membungkuk hormat seb
janya. "Kok tau aku belum pulang? Kalau ternyata aku udah pulang gimana? Tadi kamu
menyelipkan rambut panjangnya ke belakang telinga, gerakan kecil yang terlihat begitu diseng
il menunjuk ke luar jendela. "Lihat
n namun penuh niat, setiap gerakannya terasa seperti perencanaan yang cermat. "Iya, maaf deh," ucapnya dengan suara lembut, sep
ya yang panjang dan hitam terurai, membingkai wajahnya yang cantik dengan sempurna. Tangan kanannya memegang kabel laptop, "Colokan d
itung, terencana, dan menggoda. Saat dia membungkuk, blusnya sedikit tertarik lagi, memperlihatkan belahan dadanya yang jelas disengaja. S