icon 0
icon Pengisian Ulang
rightIcon
icon Riwayat Membaca
rightIcon
icon Keluar
rightIcon
icon Unduh Aplikasi
rightIcon

Gairah Liar Perselingkuhan

Bab 4 Peringatan Mertua

Jumlah Kata:1693    |    Dirilis Pada: 17/12/2024

erusaha menunjukkan ekspresi tenang seolah tidak ada yang terjadi. Meski

melayang kembali ke saat pertama kali aku bertemu deng

harus kupelajari memenuhi mejaku. Saat itu aku menjabat sebagai Sales Development Represe

lku keras, memecah konsentr

gak dengar! Bos manggil ke ruangannya," katany

gi, Fi?" tanyaku

uan ke sana," balas

ruangan Pak Desmond, CEO perusahaan ini

ngar suara teg

a yang duduk santai di depan meja besar Pak Desmond. Dia sibuk dengan ponselnya, meman

ku. Dia anggun, dengan rambut hitam yang tergerai rapi. Gayanya menunjukkan kelas dan kemewahan

ap produk apa aja?" tanya Pa

VitaShield, ActiMax, dan NeuroPlus. Saya

atian ekstra. Saya nggak tahu apa yang salah dengan tim sebelumnya

coba maksimalkan," j

i Tanika. Anak tunggal saya. Dia baru saja pulang dari studi di Singapura. Say

ya mengangkat pandangan dari ponselnya dan

nggak tertarik sama farmasi," katany

Dia anaknya pintar, otaknya cepat nyerap. Umurnya juga cuma lebih tua

ulurkan tangan. "Kaind

tangannya. "Tanika Putri Wijaya," jawabnya si

temu dengan Tanika-wanita yang k

suara Pak Desmond me

rusaha mengendalikan diriku. "Kami nggak ribut kok.

uh tanya. "Kalau gitu, kenapa wajah kamu kayak pe

. Aku memang sengaja datang ke kantor pagi-pagi supaya b

jam namun penuh perhatian. "Hmm," gumamnya pelan. "Papa udah kenal kamu cukup lama,

a mempertahankan

an, meskipun kamu bukan anak kandung Papa, tapi Papa sayang

"Enggak ada apa-apa kok, Pa. Aku cuma kecapekan aja

amu minum-minum. Kenapa, ada masalah apa? Kalau ada, bil

erjalan lancar, tanpa celah yang bisa merusak reputasi keluarga atau bisnisnya. Selain itu, pernikahan ini juga menjadi pengikat

pa-apa, Pa. Kemarin ada yang kasih Hennessy, aku udah lama nggak minum itu. Ya, aku coba beberapa sh

ya. Papa tahu kamu nggak macam-macam. Tapi lain kali, kalau mau minum yang enak,

it lega. "Boleh tuh, Pa.

gan serius. "Ngomong-ngomong, gimana? Kamu masih betah di divisi BD

ggak jauh beda, kok. Lagian, menurutku posisi yang sekarang lebih pas buatku. Aku bisa lebih fokus me

guan. "Kamu ini memang beda, ya. Tapi Papa nggak pernah ragu sama ke

ih, Pa," ja

Aku bangkit dari kursi, siap untuk berpamitan. Tapi sebelum aku sempat

a, membuatku ber

gan jelas. "Papa mau ingetin, Papa nggak mau ada kejadian aneh-aneh di p

uk dengan tegas. "Saya mengerti,

enak sebelum mengangguk pel

dering. Dia melambaikan tangannya, isyarat aga

r. Ucapannya barusan seperti peringatan terselubung-halus, ta

n, tapi kata-kata Pak Desmond terus terngiang-ngiang

menjadi jingga gelap. Ketika aku melihat jam, angka digital di sudut laptop menunjukkan pukul 17.52

api tidak ada apapun darinya. Perutku mulai terasa lapar, membuatku berpikir untuk meme

. Penampilannya sudah rapi, jel

ng bisa saya bant

lang, ya?" tanyaku sam

au Pak Kai ada keperluan, saya bisa bantu kok

nasi. Lagi laper banget nih. Tapi kalau kamu udah ma

saya beliin. Pak Kai kaya sama siapa aja." Dia menepuk dadanya.

tku, lalu memberikannya padanya. "Kalau gitu, tolong beliin

!" jawabny

ruanganku terbuka lagi. Fiona muncul di sana dengan

melangkah masuk, menaruh kotak pizza itu di mejaku. "Tadi aku ada me

. Matanya bolak-balik memandangku dan Fiona. Ekspresin

saya. Kamu langsung pulang aja

uarkan uang seratus ribu yang tadi kube

ulang sana," kataku sambi

as membungkuk hormat seb

janya. "Kok tau aku belum pulang? Kalau ternyata aku udah pulang gimana? Tadi kamu

menyelipkan rambut panjangnya ke belakang telinga, gerakan kecil yang terlihat begitu diseng

il menunjuk ke luar jendela. "Lihat

n namun penuh niat, setiap gerakannya terasa seperti perencanaan yang cermat. "Iya, maaf deh," ucapnya dengan suara lembut, sep

a yang panjang dan hitam terurai, membingkai wajahnya yang cantik dengan sempurna. Tangan kanannya memegang kabel laptop, "Colokan d

itung, terencana, dan menggoda. Saat dia membungkuk, blusnya sedikit tertarik lagi, memperlihatkan belahan dadanya yang jelas disengaja. S

Buka APP dan Klaim Bonus Anda

Buka
1 Bab 1 Prolog2 Bab 2 Malam yang Suram3 Bab 3 Senyuman Penghibur4 Bab 4 Peringatan Mertua5 Bab 5 Bukan Sekedar Laporan6 Bab 6 Aku Pengen Kamu7 Bab 7 Masukin Kai8 Bab 8 Belum Keluar9 Bab 9 Hisapan Maut10 Bab 10 Menjebol Pertahanan11 Bab 11 Cinta Pertama Fiona12 Bab 12 Isvara Sahabat Tanika13 Bab 13 Lebih Dari Sekedar Lunch14 Bab 14 Undangan Yang Menggoda15 Bab 15 Apartemen Isvana16 Bab 16 Godaan Maut Isvara17 Bab 17 Siapa Pria Itu 18 Bab 18 Titik Balik Kaindra19 Bab 19 Staff Penggoda20 Bab 20 Tantangan Serenity21 Bab 21 Terhanyut Gairah Fiona22 Bab 22 Kenangan Itu23 Bab 23 Pesan Aneh Tanika24 Bab 24 Hasrat di Pagi itu25 Bab 25 Narnia Asisten Pribadi Mertua26 Bab 26 Apartemen Narnia27 Bab 27 Ancaman Narnia28 Bab 28 Nikmatnya Narnia29 Bab 29 Permintaan Narnia30 Bab 30 Dibawah Kendali Isvana31 Bab 31 FFM Isvara & Rayna32 Bab 32 Kepedihan Rayna33 Bab 33 FFM Isvara & Rayna II34 Bab 34 Kenyataan Pahit 35 Bab 35 Setengah Sadar36 Bab 36 Bisikan Iblis Birahi37 Bab 37 Sejumput Rahasia dan Tipu Daya38 Bab 38 Lorong Waktu39 Bab 39 Serpihan Masa Lalu40 Bab 40 Janji di Bawah Bintang41 Bab 41 Livia dan Kenangan Masa Lalu42 Bab 42 Kejutan dari Livia43 Bab 43 Kenangan Bersama Livia44 Bab 44 Cinta yang Terhalang45 Bab 45 Panti Asuhan46 Bab 46 Mengupas Masa lalu47 Bab 47 Gairah Yang Terpendam48 Bab 48 Puncak Livia49 Bab 49 Panggilan Mendadak50 Bab 50 Kecanduan51 Bab 51 Meeting Dadakan52 Bab 52 Cekcok53 Bab 53 Solusi54 Bab 54 Kantor Mertua55 Bab 55 Godaan Narnia56 Bab 56 Bisikan Liar Serenity57 Bab 57 Sahabat atau Musuh 58 Bab 58 Jari Sakti Kai