Di Balik Kabut Petualang
atan mengejutkan, meski tubuhnya besar dan berat. Arkana melompat ke samping untuk menghindari cakar
Nayara!" teriak Arkana sambil mengh
esek batu kasar, tapi ia tidak berhenti. Monolit yang besar itu ternyata memiliki ruang kecila!" serunya deng
untuh. Monolit berguncang, dan kabut di sekitar menjadi semakin te
lah dari sana!"
dari batu tersebut, mengalihkan perhatian dari Arkana dan berbalik ke arah Nayara. Matanya yang merah
atunya ke sini!"
a. Dengan tangkas, Arkana menangkapnya dan segera berlari ke monol
memancarkan cahaya yang begitu terang hingga menyilaukan. Cahaya itu menyebar ke seluru
mpat melakukannya, tubuhnya mulai memudar. Bayangan gelap yang menyelubunginya perlah
mandangan lembah yang sebenarnya-sebuah tempat indah dengan pep
, masih mencoba mencerna
Nayara pelan, suaran
masih terengah-engah. "Tentu saja.
lit mulai bergetar sekali lagi. Batu-batu pada pola itu perl
jadi?" tanya
tampak seperti batu biasa. "Sepertinya...
agi memerlukan Penjaga atau kabut untuk meli
tapak yang jelas terlihat di kejauhan
tkan perjalanan?" tanya
an pisaunya kembali ke sarung. "Selama masih
ya menguji keberanian, tetapi juga mempererat ikatan di antara mereka. Namun, jauh di dalam hati Arkana, ia t
apa lagi yang akan ditemukan Arkana dan Nayara dalam perjalanan mereka berikutny
g terbuka menuju kaki pegunungan. Kabut telah menghilang, tetapi udara masih terasa dingi
suatu ter
tanya Arkana sambil m
suri hutan di sekitar mereka. "
eka waspada terhadap setiap suara yang mencurigakan. Tapi tidak ada ba
um sepenuhnya melepaskan
at mereka keluar, pola di peta itu berubah. Lembah Asrana kini digantikan ole
ana sambil menunjukka
mendengar cerita tentangnya. Penduduk desa menyebutnya Gunung Azhara, temp
tengah mengejek. "Orang-orang sepertinya
at yang dipercaya menyimpan energi besar, tetapi juga membawa ke
. "Itu kedengarannya s
pergi ke sana, ini bukan lagi tentang petualangan biasa. Kita bicara tentang sesuatu yang
as. "Jika peta ini membawa kita ke Gunung Azhara, b
i. "Baiklah, tapi kali ini, kita harus lebih siap. Aku
"Jangan khawatir. Ak
*
belum melanjutkan perjalanan ke gunung. Sambil duduk di dekat api unggun,
merasa lelah, Arkana?"
aunya, menatap Nayara dengan ali
pa henti, mengejar sesuatu yang mungkin tidak ada. Tidakkah kau
lu. Tapi itu bukan aku. Setiap tempat baru yang kutemukan, setiap teka-teki yang kusel
m, merenungka
Kenapa kau ikut denganku? Kau bisa saja men
"Mungkin aku juga mencari sesuatu. Aku tidak tahu apa itu, tapi aku me
ipis. "Maka kita t
iisi oleh suara kayu yang terb
neh terdengar dari hutan. Suara gemerisik dedaunan,
unus. Nayara memegang obor, menatap ke
sana?" ter
muncul sesosok pria tua dengan jubah hitam yang compang-camping. Wajahnya dipenuh
seimbangan," katanya deng
aling bertukar pand
au?" tan
ah penjaga dari apa yang kalian coba temukan. Gunu
ana tegas. "Kami hanya ingin
ara. "Peta itu adalah kutukan sekaligus petunjuk. Jika ka
api apa pun," bala
rasa sedih dalam tatapannya. "Kalau
ain lusuh. Nayara membuka kain itu dan menemukan s
ra," jelas pria itu. "Tapi ingat, kunci itu
alikkan badan dan menghilang begitu saja ke dalam bayang
nya Nayara deng
i tempat pria itu menghilang. "Tapi satu hal yang past
an perjalanan mereka menuju Gunung Azhara. Apa yang sebenarnya menanti di sana, d