Terjebak Dalam Perjanjian Cinta
ancap dalam, menyayat setiap harapan yang ia miliki untuk mempertahankan bisnisnya. Usaha butik yang ia bangun dengan susah payah selama tiga tahun terakhir kin
menyelesaikan pesanan kecil dari seorang pelanggan lama. Pesanan itu, sebuah gaun sederhana untuk pesta, tidak cukup untuk menut
ukan?" gumamnya pelan,
Ia bekerja siang dan malam, merancang pakaian, menjahit sendiri, dan bahkan mengantar pesanan langsung ke pelanggan. Awalnya, segalanya berjalan lancar. Bisnis berkembang, pelanggan datang, dan Naura meras
n, terutama untuk gaun pesta atau pakaian formal. Naura tidak cukup siap menghadapi perubahan ini. Sementara it
ngagetkannya. Ia menatap layar ponselnya y
erja sama dengan Naura. Tapi, beberapa bulan terakhir,
aura mengangka
sapanya dengan suara yang
iga bulan kamu belum membayar tagihan. Kita sudah bicara sebelumnya, dan saya sudah memberikan wa
perti palu godam yang menghancurkan harapannya. Jika p
ba mencari solusi untuk masalah ini. Saya benar-benar tidakkeras. Tapi saya juga punya tanggung jawab kepada bisnis saya. Saya hanya bisa menung
ingan yang menyiksa. Ia menatap kalender di meja
kukan sekarang? Semuanya sudah hancur, aku tidak
*
i bersama orang tuanya terasa lebih sunyi dari biasanya. Ibunya, Bu Siti, sedang m
sapa Bu Salwa sambil melirik ke a
s dan menggeleng. "B
mendekat pada putrinya. "Kamu terlihat
pelan. "Iya, Ma. Bisnis sedang sulit. A
butik? Tapi itu impianmu, Na
gkat bicara. "Naura, kalau kamu butuh bantua
emiliki banyak uang untuk membantunya. Ayahnya adalah pensiunan, sementara ibunya hany
g jawabku. Aku yang harus menemukan sol
di, lalu kita makan malam bersama. Mama t
a,
ungkin bisa membantunya mendapatkan dana tambahan. Namun, semakin lama ia mencari, semakin ia mera
a yang harus
*
ra menerima pesan dar
nis di bidang fashion. Aku bisa mengenalkanmu padanya kalau k
empatan yang ia butuhkan. Tapi di sisi lain, ia merasa ragu. Bisakah ia mey
itu. "Aku akan coba. Kapan
"Besok malam di sebuah acara pameran
yang bisa ia ambil. Jika gagal, ia harus menghadapi keny
impan sedikit harapan. Meski kecil, harap
*
elihat gambar tersebut. Bagaimana tidak, menjadi desainer adalah mimpinya sejak kecil. Sejak dulu ia sangat suka sekali menggambar apa saja,
enatap miris coretan
.! To
g, kamu sudah ban
rdengar suara ibun
sih tertutup. Kemudian dia bangkit berdir
Ma. Ini sedang bersiap untu
a bisa doain yang terbaik untuk kamu dan butikmu. Tapi ibu mohon sa
guk. "Naura ngerti kok, Ma.
h, ayo s
a,
ng makan. Pak Haryo, ayah Naura k
agi, Pa,"
seraya menoleh ke arah putrin
pergi ke butik untuk b
ertahankan butik itu, kamu tidak boleh memaksa
a sudah tahu apa yang akan Naura laku
sama keluarga, Naura pamit beran
pa rasanya kaki Naura berat sekali untuk melangk
i ke butik. Sesampainya di sana, dia menyapa Fitri, kar
sapa Naura bersikap r
uga, Mbak Naura
lam ruangannya, ruangan ya
atap sekeliling ruangan tersebut. "Apa aku ha
tiba-tiba saja pintu ru
aget saja!" Seru
kah masuk. "Makanya kalau
melamun, e
i kursi yang ada
masuk ketok pintu dulu
intu tadi, kamunya saja yang kagak d
habatnya yang suka usil. "
itkan kening
berat. "Butik ini, sepert
kenapa?" Tany
pupunya. Mulai dari hutang kain yang harus di
si lain selag
ra menggel
tuhkan, mungkin
banyak uang untuk bayar karyawan, bayar hutang kain, b
ku akan bilang ke Papa agar dia me
negeri, karena ada bisnis di sana. Sedangkan keluarga Naura hanyalah orang biasa. Ayah
li lubang tutup lubang, itu hanya a
a pendiriannya. Tidak mau meng
menatap priha