JEJAK - JEJAK PENGKHIANATAN
mah terasa sunyi. Namun, ada sesuatu yang mengganggu pikirannya. Sejak beberapa minggu terakhir, ia merasa ada yang berubah dal
tya sedang stres dengan pekerjaannya, atau mungkin ia sendiri yang terlalu sensitif. Namun, setiap kal
u, dan tatapan Aditya seakan
Tapi ketika ia teringat akan beberapa hal yang terjad
l di sekitar rumah. Dia bukanlah tipe yang suka mencurigai, tapi ada hal-hal kecil yang mulai menari
perhatian pada setiap detail
tulisan di pojok kertas yang setengah terlipat. Itu adalah pesan yang terlihat sepe
an yang selalu ada di saat-saat penting dalam hidup mereka. Namun, melihat nama itu muncul di pesan yang tampaknya
. "Apa yang sebenarnya terjadi di sini?" pikirnya.menahannya. Ketakutan akan kenyataan yang mungkin akan dia temui
ani mulai merasa kesepian dalam rumah yang seharusnya menjadi tempat perlindungan. Sering kali Aditya pula
rtanya dalam hati, menahan air mata yang semakin sulit ditahan. Hatinya
ruang tamu, menunggu dengan sabar. Waktu berlalu, namun suaminya tidak ku
ur malam ini. Ada
ermat. Mungkin itu benar, mungkin
awaban yang terlalu cepat? Mengapa Aditya tidak memberinya penje
encari-cari di beberapa tempat yang biasanya tidak ia periksa. Di laci meja kerja Aditya, di bawah bantal sofa, bahkan di dalam tasnya. Itu bukan k
emukan sebuah tiket hotel yang sudah usang. Itu adalah tiket untuk dua orang, tanggalnya menunjukkan beberapa minggu
menginap untuk merayakan ulang tahun pernikahan mereka yang kelima. Itu adalah kenangan
iket hotel itu, ada sebuah catatan kecil yang ditulis tangan. Dea menahan diri lagi.
konfirmasi. Tidak ada lagi keraguan, hanya rasa sakit dan kebingungannya yang mendalam. Suaminy
. Tetapi satu hal yang ia tahu pasti: ia harus menghadapi kenyataan ini. Nam
s menghadapi pengkhianatan yang ia temui, tetapi juga memutu
eman yang selama ini selalu ia anggap seperti saudara. Sejenak, Melani merasakan kepedihan yang mendalam. Bagaimana
baru saja pulang, terlihat kelelahan. Wajahnya sediki
Aditya bertanya sambil melet
k tidak langsung mengungkapkan apa yang baru saja ia temukan. Ia tidak tah
lagi, sedikit cemas. "Kamu
kan diri. "Aditya," katanya perlahan, "Kamu per
ngan pertanyaan itu. "Tentu, sayang. Kita
an itu di atas meja di depan Aditya. "Kecuali
hnya tampak sedikit kaku. "Melani, itu tidak seperti yang kamu pikirkan,
eluar seakan mencari jawaban di luar sana. "Jadi, apa ini? Apa yang s
bisa memandang istrinya. "Melan
etak. Semua yang ia rasa dan duga ternyata
"Kenapa dengan Rina? Sahabatku...
yang semakin tegang. "Aku salah, Melani. Aku tidak tahu apa yang terjadi, aku hanya... a
ernah memberitahuku? Kenapa aku
r mata yang mulai mengalir. "Aku tidak p
Kau tidak bisa kembali. Aku harus tahu semuanya sekarang. Selama ini aku menaruh kepercayaan padamu, da
nya. "Aku tahu aku salah, Melani. Aku benar-benar tahu. Aku tidak ingin menyak
enang, meski ada kebingungannya yang mendalam. "Apakah kamu ingin aku mema
i ruangan itu. Melani merasa seperti terjebak
penyesalan. "Aku tahu tidak ada kata-kata yang bisa memperbaiki semuany
yang sudah lama ia tahan. "Aku tidak tahu, Aditya
na masuk tanpa mengetuk. Wajahnya terlihat t
an nada datar, "kamu dat
di?" tanyanya dengan nada cemas. "Me
m. "Tanya pada Aditya,"
ndangannya. "Melani, ini bukan seperti yang kamu
egera meraih tangan Melani.
ara tajam. "Kamu berdua sudah cukup m
am rumah itu terasa semakin berat. Tak ada kata-kata yang bisa m
ian mulai bercampur aduk dalam hatiny
ambu