Pengantin Pengganti Mafia Berdarah Dingin
oo
sementara Vincenzo dengan refleks c
r
ncenzo sempat bereaksi, seorang pria bertopeng menerjang masuk, pistol
oo
berhasil menghindar dengan sigap. Dengan napas mem
n kau tidak keluar hidup-hidup malam ini," sahut pria ber
Dia melirik lampu meja yang ada di dekatnya, dengan cepat merebutnya dan melemparkannya ke arah penyerang. Ger
membelalak ke arah Vincenzo, sambil
menyesal!" bentaknya
Doorr!
ng yang memegang pistol. Tegak lurus di depan matanya, terlihat pria itu mengejan karena sakit ketika Vincenzo memelintir perg
Nafas Vincenzo terengah-engah, wajahnya memerah karena usahanya menahan serangan sambil mengangkat lengan ki
Bugh
ar kencang, tak tahu harus berbuat apa. Haruskah ia menolong Vincenzo, sang suami, atau
anya melotot tak berkedip saat ia berpikir, 'Siapa sebe
ssia bermonolog pada dirinya sendiri, matanya tetap terpaku
huh?" tanya Vincenzo, wa
ng dan akhirnya jatuh terduduk. Penyerang itu segera meraih pisau yang tersembunyi di pinggangnya dan meluncu
o menyapu kaki penyerang dengan cepat dan membuatnya terjatuh jug
ng berbicara sambil mengejek, "Uca
Pria bertopeng itu terpental ke samping hingga ter
ngga melihat keberanian istrinya yang m
ia sembunyikan di balik paha mulusnya. Dengan sigap, ia m
rsebut, ia berbalik bersamaan dengan pri
l
perut salah satu diantara mereka. Alessi
a mata perlahan. "Rupanya kau sudah menyiapkan senjata, hm," ujar
di depan wajahnya. Vincenzo mengangkat lingerie Alessia dan meny
ya Alessia, mencoba me
ngambil sepotong kue dan melahapnya dengan santai. "Seper
ntai itu?" tanya Ales
u sudah terbiasa menerima h
ersama suaminya? Ia sendiri, meski lahir dan tumbuh di keluarga mafia, belum pernah merasakan hidupnya terancam seperti saat ini. Dahulu
lihat itu, Vincenzo tersenyum dan mendekat, meraih dagu istri cantiknya yang tampak berkeringat karena teg
ahaya, tapi aku tidak mengizinkanmu menggunakannya untukku," bisik V
ah waspada, "Aku hanya berjaga-jaga dari baha
ertawa lepas. "Tenang saja, Sayang. Kau
Berikan aku alasan
enyentuh wajahnya yang sedikit pucat. "Karena aku tidak akan per
stikan tatapan mereka bertemu. "D
lena oleh ucapan manis suaminya yang terdengar begitu meyakinkan sesaa
incenzo lantas menyuruh is
ada, Vincenzo memandanginya pergi, se
*
inap masuk melalui celah jendela, membangunkan Alessia yang terlelap dalam tidurnya. Perlahan ia membuka matanya d
olak belakang dengan reputasi yang diberikan orang-orang bahwa Vincenzo adalah seorang pembunuh berdarah dingin.
Drrtt
s nakas, membuatnya terkejut. Ia meraih p
da saudara laki-lakinya, anak
s lega, "Syukurlah kamu baik-baik
gilanku?" cecar Marco dengan cem
wab, "Maaf, aku sepertinya tertidur sangat l
suasana
hit! Aku lupa ada acara makan siang
a? Apa acaranya sudah dim
an masalah utaman
malam dan dia berhasil di tangkap oleh anak buah Papa." Wajah Marco tampak
ak karena kedua orang tuanya cenderung memihak pada anak yang memberika
Papa lakukan pada Elena," la
*