CINTA YANG SALAH
nenangkan pikirannya. Arif, suaminya yang selalu perhatian, sudah pergi bekerja. Maya merasa hidupnya sempurna, setidaknya begit
gkali menyimpan kejutan y
at rumah, dunia seperti berhenti berputar sejenak. D
m sekejap, kenangan-kenangan indah d
ri kehidupannya, kini berdiri tepat di depannya, t
r, seolah kata itu keluar beg
ngan untuk menyapa. "Maya? Tidak per
ng tiba-tiba berdetak lebih cepat. "Kamu... kamu baru kembali
untuk pekerjaan," jawab Dimas santai, seolah tidak ad
un dalam hatinya ada peras
enyum tipis. "Aku baik-baik saja, menikah
embuat Maya merasa tidak nyaman. "Arif, ya... Aku mendenga
uaranya sedikit ragu. Ada bagian dari dirinya
engarnya. Tapi, aku rasa... ada banyak
bih keras. "Apa maksudmu?" tany
ens. "Aku tidak bisa lupa tentang kita, Maya. Aku tahu sudah lama,
apan Dimas yang begitu dalam. "Dimas, itu masa lalu. A
tu, Maya. Aku tahu kamu bahagia dengan Arif, tapi aku juga tahu kamu masih
menikah. Kamu tidak bisa datang dan me
ya. Aku hanya ingin memberi tahu kamu, bahwa aku masih ada di sin
pikirannya. Apa yang sebenarnya ia rasakan? Apa
bih yang menghubung
ganmu," Dimas berkata, menambahkan beban di hati May
ya terburu-buru, berusaha menjaga kestabilan e
dai, berusaha menenangkan diri. Namun, di luar, dunia terasa b
u pulang lebih cepat hari ini," kata Arif dengan se
ngganggu: Apakah pertemuan dengan Dimas ini hanya kebe
"Iya, aku hanya merasa ingin pulang lebih aw
Kamu terlihat sedikit lelah. Ada apa? Atau
g nasi dan lauk yang sudah disiapkan Arif. Suam
un, hari ini, Maya merasa seperti ada bayangan ge
gai balasan. Hatinya masih bergejolak, berputar-putar antara
tanya, menatap Maya dengan penuh perhatian. Ia selal
"Aku hanya sedikit lelah, Arif. Aku baru saj
tidak menanyakan lebih lanjut. Ia hanya menggenggam tangan Maya, mengusapnya dengan lembu
itu semakin menguasai dirinya. Dimas tidak bisa keluar dari pikirannya. Setiap kali ia menutup ma
saat ia sedang berjalan pulang dari kantor. Kali ini, Dimas lebih te
i," katanya dengan suara re
lengannya. "Dimas, ini tidak baik.
berbicara seperti ini. Aku tahu kamu masih merasa ada sesuatu di antara kita.
perasaan itu tidak pernah benar-benar hilang. "Aku sudah menikah,
Tapi hati tidak bisa dipaksakan, kan? Aku hanya ingin kamu tahu bahwa aku masih me
ar, tapi ia tahu ia harus
gaman Dimas. "Ini sudah cukup, Dimas. Aku tidak b
n dalam dirinya. "Aku akan menunggumu, Maya. T
empatnya, seolah tidak tergoyahkan oleh kata-kata Maya. Dalam ha
, Arif yang selalu bisa membaca ekspresi Maya, tahu ada yang tidak beres. Ia m
gi, kan?" tanya Arif, suarany
am hatinya. "Apa maksudmu?" jawab Maya, berusaha terden
mengatakannya, tapi aku bisa merasakan ada yang berubah
selalu tahu kapan ia berbohong, kini menunggu jawaban.
Maya mengaku, suaranya hampir berbisik. "Tapi Arif, i
kah denganku. Apa kamu tidak melihat betapa besar kepercayaanku padamu? Tapi aku tidak bisa
apinya. "Aku merasa bingung, Arif. Aku m
bisa mengerti, Maya. Aku sudah memberi segalanya untuk kamu. Aku tidak p
n ia berusaha menahan semuanya. "Aku tidak t
"Jadi, ini tentang cinta yang dulu? Kamu m
mbuat Arif merasa seperti ini. "Arif, aku... aku tidak tahu apa yang harus aku
kekecewaan. "Aku akan memberimu waktu, Maya. Tapi aku tidak ak
lih, dan pilihan itu tidak akan mudah. Kenangan bersama Dimas semakin membebani p
Maya harus memutuskan apakah ia akan melangkah maju be
ambu