KESETIAAN DI TENGAH BADAI
as dari perhatian publik. Di mana pun ia berada-di pasar, saat menjemput anak-anak dari sekolah, atau bahkan ketika s
nnya berdering. Nama di layar menunjukkan panggilan dari Tante Rini, bibiny
ante Rini terdengar langsung tanpa ba
. "Iya, Tante. Aku
mu mau hidupmu hancur? Ini bukan lagi gosip biasa, Lil
ketenangan. "Aku tahu, Tante. Tapi Arya bila
nak-anakmu tumbuh dengan beban nama buruk ayah mereka?" Tante Rini terus
oyahkan keyakinannya. Tapi ia tetap berusaha mempertahankan ketenangan suaranya. "Aku tahu kamu peduli, Tante,
ggak pernah memperingatkan kamu," uc
nya sejak SMA. Mereka bertemu di sebuah kafe kecil yang tenang, jauh dari keramaian, tempat mereka bisa
i-hati. "Lila, aku dengar berita ten
mpak letih. "Sebisanya, Ambar. Ini ng
amu nggak perlu berkorban terlalu banyak untuk Arya, Lila. Kalau dia benar-benar bersala
Ambar. Semua orang berkata begitu. Tapi aku masi
kamu juga harus jujur dengan dirimu sendiri. Apa kamu yakin ini bukan sekadar rasa takut? Takut
rtanyaan itu. Pertanyaan yang menyusup ke ce
ti aku harus memulai dari awal lagi. Tapi aku juga takut kalau keputusan
i untuk mendukungmu, apa pun keputusanmu. Tapi kamu harus yakin, Lil
yang ia buat. Namun, ucapan sahabatnya itu juga membuat Lila semakin bingung. Ia mulai bertanya-tanya, apakah kesetiaannya
saha menemukan bukti-bukti yang bisa membantunya terbebas dari tuduhan. Lila menatap foto keluarga mere
ri ruang kerja, duduk di samping Lila. Ia mena
nghadapi semua ini," ucap Arya
yum meskipun hatinya dipenuhi dengan
hela napas. "Kalau kamu merasa sudah nggak kuat lagi... aku nggak akan memaks
ta teman-temannya, keluarganya, dan orang-orang di sekitarnya terngiang-ngiang di benaknya. Tapi saat ia m
la akhirnya. "Aku bertahan di sini karena aku percaya sama kamu. Aku tahu ini nggak
a kasih, Lila. Aku janji akan berusaha keras untuk keluar dari semua ini.
an yang ia miliki. "Kita akan menghadapi ini bersama. Me
pada Arya adalah satu-satunya alasan yang membuatnya bertahan. Dan meskipun badai terus menghantam, ia
, malam itu, ia tak bisa tidur. Pikirannya terus melayang pada segala perkataan yang ia dengar hari itu, baik dari T
ia yang dulu selalu penuh semangat itu terlihat letih. Melihat suaminya seperti itu, hati Lila terasa sakit. Dalam diam, ia mengingat
ila terkejut dan segera bangkit, membukakan pintu. Anak sulun
suara kecil. "Aku dengar teman-temanku ngomon
sa mendengar gosip tersebut dari teman-temannya. Dengan lembut, ia
Papa kamu bukan orang jahat. Terkadang, ada orang yang s
tanya. "Tapi, kenapa teman-temanku bilang
Raka dan mengangkatnya ke pangkuannya. "Papa tahu mungkin kamu bingung sekarang. Tapi Papa mau kamu tahu satu hal. Pa
percaya, Pa," gumamnya pelan, sebelum menyandarkan kep
ahnya. Namun, ia juga sadar bahwa menjaga kepercayaan itu akan menjadi perjuangan yang lebih besar
Namun, seolah semesta tak mengizinkannya untuk melupakan sejenak masalah ini, setiap ia bertem
alah satu temannya, Dina, yang mendeka
dengan nada lembut. "Aku dengar kabar tentang Arya...
meskipun hatinya lelah. "Terima ka
Tapi jujur, aku harap kamu bisa mempertimbangkan kembali keputusanmu. Jangan sampai kamu men
mengambil jalan yang sama. Namun, ia juga merasa ada sesua
atku, cinta dan kesetiaan bukan sesuatu yang bisa ditinggalkan hanya karena masalah. A
dan mengangguk. "Kalau begitu, aku akan sel
top. Ia menulis sesuatu yang sudah lama ingin ia keluarkan dari hatinya. Ia tahu tak ada ya
pernah tahu perjalanan kami. Mereka tak pernah tahu bagaimana Arya dan aku saling berjuang bersama dari awal. Mereka tak tahu apa yang ada di balik setiap keputusan y
kit lega. Tulisan itu baginya adalah pen
napas, merasa tersentuh oleh kata-kata istrinya. "Lila, kamu tahu kalau aku
u tahu. Dan aku nggak butuh terima kasih. Aku hanya butuh kamu
wa jalan yang mereka tempuh akan semakin terjal. Namun, dengan kekuatan yang mereka dapatkan d
ambu