Asa di Ujung Senja
bahwa sudah ada pendonor mata yang cocok untukmu dan kamu harus segera menceraikannya!" kata sang mama memperinga
aja diajak ke sana oleh mamanya Abian untuk mengambil hasil diagnosis milik sang putra, sekaligus untuk mengecek sendiri bagaimana kondisi mata Abian. Dokter itu pun m
ar kalian bisa lebih dekat. Dokter Tyas ini cantik, Bian. Lebih cantik dari maminya, Tante Dena. C
dipuji sedemikian rupa oleh sang calon mama mertua. Berbanding terbalik dengan
askan, ya, Ma. Bian tidak akan mencera
h sebuah lelucon semata. Sementara Dokter Tyas seketika cemberut. Dia tidak suka ditolak karena seda
utra mama yang paling tampan ini,
bisa saja beru
tu, maka kamu harus bisa membuktikan pada dunia bahwa kamu bisa mendapatkan wanita yang lebih segala-galanya dari dia. Ya, seperti Dokter Ty
as itu seumuran sama Ma
u, apa masalahnya jika d
eperti Dokter Tyas?" Abian tersenyum seringai, setelah mengatakan demikian. Dia sangat yakin, p
ng dalam pembicaraan tersebut. "Lagi pula, wajah Nak Tyas ini awet muda, kok, dan masih terlihat s
lih beranjak untuk segera kembali ke kamar dan menemui sang istri yang tadi tidak diizinkan mamanya untuk ikut bergabung bersam
Abian membuka pintu kamarnya, pemuda itu suda
asuk melalui pintu samping, mencoba untuk berkata dengan tenang. Buru-buru dia s
h menghadapi ocehan anggota keluarga Ndoro Brata. Setelah semua pergi dari sana dan sikap Abian semakin baik padanya, Nada serin
kok, aneh g
" Tergagap, Nada menjawab de
angannya terulur mencari-cari sang istri. Nada lalu m
is," lanjut Abian sembari mengusap-us
kenapa jadi sengau seperti ini, barusan Nada minum air dingin di kulkas, Kak. Nada lupa kalau punya
u yang sholehah ini
ya setelah pemuda itu mendengar suaranya. Sebab, orang yang tak da
? Apa kamu mendengar pembi
merengkuh tubuh sang istri lalu mendekapnya dengan erat. P
inta di hati hamba untuk pemuda ini jika
dak sengaja Nada mendengar pembicaraan mereka ketika wanita belia itu hend
ikap Abian yang sangat manis, Nada harus mendengar kenyataan jika sang suami disuruh mencerai
pernah menceraikan kamu. Kamu istriku satu-satunya, Sayang. Hanya kamu y
ang, Abian lalu mengurai pelukan. "Kamu
um,
at berjama
ya. Sebab, selama ini jika dia mengajak suaminya untuk sholat, Abian
hingga Abian mau melaksanakan ibadah wajib tersebut. Nada lalu segera mengajak sang sua
gaji dengan baik, meski bacaannya tak sebagus teman-teman Nada di pesantren. Yang membuat Nada bertanya-tanya, kenapa se
ulurkan tangan. Nada pun menyambutnya dan mencium punggung tangan sa
g. Karena kehadiranmu, a
terakhir Kakak mel
, ya? Ah, aku
up
lama sekali. Sewaktu ak
ian tak ingat lagi akan Tuhannya. Bahkan kecelakaan yang menimpa pemuda itu beberapa waktu lalu hingga menyebabkan kebutaan di
rena kamu telah menuntunku menuju jalan ke
suaminya. "Nada berharap, Kakak a
mengeratkan pelukan. "Kita takkan te
m hatinya, Nad
ggil Abian de
ap wajah tampan sang
tru terulur lalu menyusuri setiap lekuk
r Nada, mengusap dengan lembut bibir itu.
ik Kak Bian. Dan selayaknya pemilik, Kakak tidak perlu meminta iz
erius,
ahui itu karena saat ini, tangan
n jika aku mengambil
. Pemuda itu pun mulai mengikis jarak. Dekat dan semakin dekat. Ketika baru
rubah pikiran?" Raut wajah A
ambu