icon 0
icon Pengisian Ulang
rightIcon
icon Riwayat Membaca
rightIcon
icon Keluar
rightIcon
icon Unduh Aplikasi
rightIcon

KAU SATU UNTUK SELAMANYA

Bab 3 Keterasingan yang Terjadi

Jumlah Kata:1611    |    Dirilis Pada: 15/11/2024

rja lembur, sering kali pulang larut malam, dan bahkan saat berada di rumah, ia lebih memilih untuk duduk di depan komputer atau menatap layar ponselnya, sibuk dengan e

ercakapan panjang tentang hari-hari mereka, tidak ada lagi momen kebersamaan yang dulu mereka nikmati. Setiap kali Sita mencoba membuka percakapan, Raka selalu menj

ekerjaan Raka semakin menumpuk, dan Sita sudah terbiasa dengan keheningan yang datang dengan rutin

aku ingin bic

nya, tetapi kemudian kembali

waktu, Sita. Aku harus menan

di dadanya. Ia mencoba menahan diri, tetapi

ma, Raka? Setiap kali aku mengajakmu bicara, kamu selalu sibuk denga

presi wajahnya datar, tidak ada tan

berusaha keras untuk masa depan kita. Kamu ta

in di sepanjang jalan, Raka? Apa gunanya uang, karier, atau masa de

menatap Sita dengan wa

asa aku harus fokus pada pekerjaan ini. Aku merasa terteka

tahu lagi bagaimana menghadapinya. Dalam kebisuan yang panjang itu, Sita merasa seperti b

uah bayangan baginya sekarang? Apakah a

ng tamu. Sita duduk di sofa dengan sebuah buku di tangan, tetapi pikirannya melayang

rlalu membuatnya semakin yakin bahwa ada yang tidak beres dalam hubungan mereka. Ketegangan itu sem

ut dari sebelumnya. Sita sudah menunggu di ruang tamu, duduk di sofa dengan secangkir teh di

u kelelahan, tapi hatinya tidak bisa mena

rus bicara. Aku mera

jang, lalu mengerang pe

u tidak punya energi lagi untuk

tan dalam suara Raka, tidak ada lagi perhatian dalam tatapannya. Ia merasa seperti

i meragukan apakah kita bis

saha, Raka. Tapi aku rasa aku sudah

dur mereka. Sita menatap punggungnya, merasa semakin kecil. Ai

u, kita selalu bisa mengatasi apapun bersama. Tapi kini.

an sepi. Tidak ada lagi pelukan hangat dari Raka, tidak ada lagi percakapan ri

rasa sunyi dan berat. Ia tahu, sesuatu yang sangat penting dalam pernikahan mer

limut tebal, terlihat lelah seperti biasa. Sita menatap wajah suaminya yang tampak tenang, tetapi hatinya terasa hancur. Ia ingin membangunkan Raka, berbicara, menca

untuk tidak melanjutkan percakapan yang terbengkalai malam kemarin. Sita tahu, ada kalanya kata-kata tak lagi mampu me

ak kusut, namun matanya terbelalak lelah. Ia berjalan

Apa ada

annya, lalu duduk di seberang meja, mencoba berbica

kamu sedang sibuk dan aku mengerti itu, tapi... ak

esi di wajahnya tidak banyak berubah. Ia mena

ntuk pekerjaan ini. Kamu tahu betul ini bukan so

Kamu tidak melihatnya? Aku merasakannya setiap hari. Semua yang kamu

kopinya, menatap Sita

rja keras untuk kita, bukan? Untuk memberi yang terbai

tuhkan. Apa gunanya semua yang kamu berikan jika kita hidup bersama hanya dalam tubuh yang t

perasaan yang menumpuk. Air mata mulai menggenang di sudut matanya, meskipun ia b

i dulu, Raka. Aku ingin kita saling mendukung, saling berb

, seakan mencari kata-kata yang tepat untuk merespons. Namun, kata-kata

ngat panjang, Raka akhirnya berkata d

seperti dulu, Sita. Tapi aku

Tetapi di balik pengakuan itu, ia merasakan kebingungannya yang mendalam. Raka t

"Kita bisa cari cara, Raka. Aku tidak akan p

. Ada secercah kebingungan di matanya, seolah ia berjuang untuk mencari

enar ingin itu. Tapi aku takut... aku takut jika kita mencob

dari suaminya begitu menyentuh hatinya, namun di saat yang sama, ia juga merasa sema

ita tidak bisa terus hidup dalam ketakutan. Kita sudah pernah

ertimbangkan kata-katanya. Akhirnya, ia mengangguk

untuk kita. Tapi aku tidak bisa janjikan semuanya akan ke

ipun rasa khawatir masih t

. Kita berdua berusaha bersa

asih ada, meskipun sudah ada pengakuan dari Raka untuk berusaha. Sita tahu, perjalanan ini belum berakhir-justru ini adalah awal dari perjuan

alan untuk kembali menemukan satu sama lain, meskipun itu me

ambu

Buka APP dan Klaim Bonus Anda

Buka