SEKEPING CINTA YANG TAK PUDAR
, Dewa. Pemandangan luar jendela, langit yang tampak kelabu, seolah mencerminkan perasaannya
mbali, Maya.
negeri untuk pekerjaan yang ia ambil dengan berat hati. Maya tahu itu, namun ia tak bisa menahan perasaan berat
bang pintu, mengenakan jas hujan dan wajah yang tampak lelah. Ia baru saja
menghela napas panjang. Ia menutup pint
tegangan yang terpendam di matanya. "Aku tahu," jawabnya, mencoba te
. "Kamu harus siap. Aku tidak bisa menunda kesempatan ini." Suaran
hu. Aku hanya... aku hanya takut kehilanganmu. Seperti ini
dah bertahan selama ini, Maya. Cinta kita bukan soal jar
n mata sejenak. "Berapa lama? Semi
a untuk proyek besar, Maya. Tidak ada yang tahu berapa lama. Tapi
. Cinta memang tidak mengenal jarak, tetapi Maya merasa ada yang hilang setiap kali
gumu. Seperti ya
terdengar. Tapi itu adalah janji yang ia buat untuk dirin
ngan tatapan yang dalam. "Kamu selalu bisa mengandalkanku, Maya. Kamu ti
aku," bisik Maya
lebih lembut dari biasanya. "Aku pergi bukan karena aku tidak mencintaimu
at tangan Dewa. "Aku akan menunggumu, Dew
eperti menanggung beban yang sama besarnya dengan yang dirasakan Maya. Dewa melangkah mundur ke pintu, la
n selalu mencintaimu, meskip
an lagi. Ia berdiri, menatap suaminya yang perlahan meninggalkan rumah mereka.
perti ada bagian dari dirinya yang hilang, tak bisa ia temukan. Namun, ia tah
gumu, Dewa. Samp
n kembali, May
u. Tapi aku ti
p. Aku tidak bisa men
bertahan, Dewa? Jarak ini... t
ma ini, Maya. Cinta kita bukan
Seminggu? Sebulan? A
n kembali, May
u akan me
mencintaimu, meskipun k
enunggu, Dewa. Sa
Dewa yang terakhir kali ia lihat-wajah yang penuh harapan-terbayang jelas dalam benaknya. Ia tahu perpisahan ini bukanlah perpisahan selamanya, namun entah mengapa, ada r
amu haru
rgi. Namun, apakah ia benar-benar bis
eka. Ia kembali bekerja di kantornya, menyibukkan diri dengan proyek-proyek baru. Namun, setiap kali ia pulang, rumah itu terasa semak
Namun, di malam-malam sepi, saat ia duduk sendiri di meja makan, rasa rindu itu datang menghantui. Ia membuka kotak kecil di meja kerjanya-
yang abadi. Jauh dari sin
alanya keraguan datang begitu saja. Apakah Dewa merasakan
sahabat lama yang selalu ada di setiap momen penting dalam hidupnya. Arman adalah sosok yang baik hati, selalu memberikan dukungan saat i
aya memang
"Maya! Apa kabar?" Ia berjalan mendekat, matanya penuh dengan perhatian.
s. "Dewa masih di luar negeri. Dia sibuk dengan pekerja
dalam. "Aku tahu betapa beratnya kamu menjalani ini, Maya," Arman berkata dengan suara yang lebih serius.
s dinding pertahanannya. "Aku janji akan menunggunya," jawab Maya, sedikit r
itu. "Maya, kamu adalah wanita yang luar biasa. Aku tahu kamu kuat. Tapi, kadang, menunggu juga bi
ang selama ini ia rasakan. Namun, ia kembali mengingat janji yang ia buat pada Dewa, dan rasa bersalah itu munc
"Aku mengerti. Aku hanya ingin kamu bahagia, Maya. Jika menu
da Arman. Ia tahu, persahabatan mereka sudah terjalin begitu lama, da
eka. Wajahnya yang lelah tercermin dengan jelas. Ia tahu ia sedang berada di persimpangan jalan-an
aya merasa sedikit tenang. Cinta mereka mungkin terhalang jarak, namun itu tida
un ia tahu suaminya tidak ada di sana. "Aku akan menunggumu," bisiknya
it lebih damai. Ia tahu, meskipun jalan ini penuh dengan ketidakpastian,
ambu