TAKDIR PENGKHIANAT
dan tak pernah kehabisan alasan untuk tertawa. Namun, waktu berlalu, dan bunga cinta yang dulu mekar di hat
sudah mendingin. Dimas datang ke ruang makan sambil mengecek ponselnya, t
ngumpulkan keberanian u
a jarang ngobrol. Aku merasa...
menatap layar ponselnya. Dia mengh
sih tinggal serumah, tidur di ran
rasaan sakit hati yang perlahan muncul. Jaw
Aku merasa... kita seperti dua orang asing yang
etakkan ponselnya di meja. Waja
n lagi. Tanggung jawab semakin banyak, kerjaan makin berat.
, Dimas adalah pria yang selalu membuatnya merasa spesial. Tapi kini, kata-k
selalu menanyakan kabarku, yang pedul
s berkata apa. Ia menghela napas pa
bekerja keras supaya kita bisa h
mana datangnya perubahan ini. Namun, pertanya
pada kita, Mas? Apa aku kurang beru
a sejenak, lalu berdiri dan mengambil tas kerjany
nya butuh waktu. Aku ha
meja makan. Lisa hanya bisa menatap pintu yang tertutup di de
erharap Dimas akan menyukainya. Namun, ketika Dimas pulang, ia hanya mengambil makananny
ngetuk pintu ruang kerja, dan Dimas mem
, kita har
-kertasnya dan menatap
ekarang, Lisa? Aku
u selalu merasa kamu lebih peduli
alam diam, lalu meng
lebih penting. Ini soal tanggung jawab.
putus asa dengan jawaban
butuh semua itu jika kita kehil
, tatapannya
Lisa. Mungkin kamu yang
hampa. Malam itu, Lisa hanya bisa merenung, bertanya-tanya apakah cinta mereka yang dulu i
nya terasa lebih sederhana dan cinta mereka masih kuat. Dulu, ia dan Dimas selalu bersemangat untuk menghabiskan waktu bersama.
gkir teh hangat, berharap bisa menenangkan pikirannya. Ketika dia sedang mengaduk teh dengan pelan, suar
Kamu bel
ap teh, mencoba untuk tersenyum wal
bisa tidur. B
Akhirnya, ia menarik kursi di samping meja dapur dan duduk di hadapan Lisa. Ini adalah salah satu m
ang bikin kam
ini kesempatan untuk berbicara, untuk membuka di
, Mas. Dulu kita selalu bisa bicara tentang apa saja
nya bergerak mengusap
rjaan semakin berat, tuntutan makin besar. Mungkin aku nggak seper
Dimas bawa. Tapi tetap saja, perasa
sedikit waktu bersamamu. Mungkin aku terdengar egois, tap
as panjang, tatapa
endirian, Lisa. Hanya saja... mungkin aku terlalu fokus sam
atinya. Ia tersenyum kecil, walaup
nyak, hanya ingin kita seperti dulu. Mungkin nggak sa
menyentuh tangan L
mbuatmu merasa kesepian. Aku aka
ng menyusup di antara hubungan mereka yang retak. Namun, saat Lisa hendak mengucapkan sesuatu lagi, telepon Dimas be
baru saja terasa membaik kembali memudar. Begitu Dimas selesa
ku harus ke kantor.
dalam, namun ia hanya
"Sek
itunda. Kamu tidur duluan
menatap kepergiannya dengan perasaan yang berkecamuk. Janji-janji manis barusan s
ti Dimas. Rasa hampa kembali menyergap hatinya, membuatnya bertanya-tanya, apakah ia
hampa yang terus menggerogoti hatinya. Lisa tak bisa mengel
ambu