Bunga Dahaga
h makan malam yang sederhana namun mewah. Henry sudah kembali ke kamarnya, pria itu terli
masih menyelimuti pikirannya. Namun, di balik itu semua, ada sesuatu yang mendesaknya untuk mencari ketenangan di te
ah tunjukkan kepadanya sebelumnya. Irish merasa tertarik untuk menyelami ruangan itu-s
u menciptakan keheningan yang menenangkan. Ketika dia membuka pintu, dia disambut oleh suasana yang akrab namun hangat. Ru
ar di tengah ruangan dikelilingi oleh kursi-kursi empuk, seolah mengundang siapa saja untuk duduk dan tenggelam dalam bacaan mereka. Irish
yang memudar di sampulnya. Tanpa berpikir panjang, Irish menarik buku itu dari rak dan membawanya ke meja
ingungan dan perasaan asing yang menyelimutinya sejak tiba di Novara. Dalam sekejap, perpustakaan ini menjadi tempat
terasa lebih damai. Di luar, angin malam bertiup pelan, tetapi di dalam, Irish merasakan kehangatan yang
ada semua kebingungan yang menghantui sejak kedatangannya di Novara. Hanya suara lembut halaman yang dibalik dan desiran
i ambang pintu. Ekspresi ceria di wajah Clara kini beruba
lembut. "Saya disuruh menyampaikan pesan dari Ludwig
i kamar? Segera pikiran-pikiran tentang apa yang mungkin akan terjadi membanjiri benaknya. Apa
an Henry, hubungan mereka masih terasa canggung, dan Irish belum merasa sepenuhnya nyaman. Dia mencoba me
icara dengan lembut. "Jika Anda mau, saya bisa mempersiapkan pakaian yan
. mungkin itu ide yang bagus," jawabnya pelan, meskipun di dalam hati
n langkah berikutnya. Irish menarik napas dalam, menutup bukunya, dan berdiri dengan perlahan. Apakah benar ini adalah
tersipu namun mereka akhirnya memilih pakaian yang cocok-pakaian yang lembut dan elegan-Irish berusaha untuk tetap tenang. Dia tah
ta Clara sambil meletakkan pakaian di atas tem
enangkan hatinya yang berdebar. "Terima
kaian yang telah dipersiapkan Clara dan bersiap untukastel pada gaun itu tampak kontras dengan kulit Irish yang berkilau dalam cahaya lembut kamarnya. Gaun ini dirancang dengan sempurna untuk memberikan kenyamanan,
nada meyakinkan, membantu Irish mengenakan gaun ters
t karena gugup, tetapi gaun itu membuatnya terlihat anggun. "Te
berikan dorongan terakhir sebelum meningga
kah dari sini, tetapi jarak itu terasa jauh. Jantungnya berdetak semakin cepat saat dia melangkah menu
enenangkan dirinya sebelum mengetuk pintu. Suara ketukan itu terdengar ringan, hampir tak terdengar di korlah mempersiapkan diri untuk saat seperti ini, tetapi sa
han, dan Irish menahan napas, m