SEBERKAS ASA YANG PUDAR
rcakapan mereka tetap ringan, seputar hal-hal kecil dan rutinitas sehari-hari, seperti cuaca atau cerita-cerita te
nyi karena Maya dan anak-anak sudah tidur, Ardi
u, Bayu, semakin jarang menghabiskan waktu di rumah. Rasanya kami hidu
Rani juga menghadapi masalah yang mirip dengannya. Ia mengetik balasan,
a di rumah, tapi rasanya kami sudah seperti dua orang asing. Sepertinya,
semakin larut dalam percakapan yang berlanjut dari satu topik ke topik lainnya. Malam itu
ulu berpikir bahwa menikah berarti punya teman untuk
Mungkin kita hanya kehilangan s
g selama ini tersimpan di dalam hati, rasa lelah, kekecewaan, bahkan harapan-harapan yang mulai pudar.
ntang percakapan mereka semalam. Ketika ia kembali memer
u terlalu banyak cerita. Aku hanya merasa nyaman bis
mengalir di dadanya. Ia merasa dibut
senang bisa jadi tempat kamu berbagi. Kadang, ki
an dan aman dalam percakapan mereka, seperti menemukan teman lama di tengah kesendirian. Namun, di balik itu, Ardi
obrol melalui pesan, Rani tiba-tiba menuli
gkin di dunia ini ada orang yang bisa benar-benar mem
ng tepat untuk membalas. Ia tahu betul ke mana arah pembicaraan ini, dan tanpa ia sadari, jantungnya berde
. Kadang, mungkin jawabannya ada di depan mata
akna lebih di baliknya. Percakapan malam itu menjadi titik awal ba
agi sekadar pesan tentang cuaca atau rutinitas harian, tetapi semakin mendalam da
mereka, Rani mengungkapkan sesuatu yan
a sesuatu yang berbeda sejak kita mulai berbicara lebih seri
berubah menjadi sesuatu yang lebih. Sesuatu yang berbahaya, tapi juga sangat menggoda. Ia men
asakannya... sesuatu yang tak
satu hal ia sadari: ia telah melewati batas yang semestinya. Namun, ia tidak menyesa
a. Mereka berdua tahu bahwa langkah ini berbahaya, namun seperti api kecil yang mula
g terselubung. Hubungan mereka kini bukan lagi sekadar percakapan kosong. Simpati yang dulu mereka angg
n, ia sadar bahwa perasaannya kepada Rani adalah langkah yang keliru, terutama karena Rani adalah sahabat Maya, istrinya. Namun, pikirannya selalu kembali k
gisi keheningan dengan suara-suara kecil dari peralatan makan. Ardi berusaha mencari topik pembicaraan, tetapi setiap kali
kolah, Ardi menarik napas panjang dan mengambil po
rlalu banyak mengungkapkan perasaanku. Kadang
gkin itu adalah peringatan bagi mereka berdua untuk menghentikan semua ini. Namun, ia juga
lebih hidup setelah kita mulai berbicara. Aku tahu ini salah, tapi
mudian, Ran
hatikanku lagi, dan aku bahkan merasa seperti hantu di rumahku
rhubung dengan rasa kesepian Ra
ri sesuatu yang membuat kita merasa dihargai. Aku juga bertanya-tanya
ta, seolah-olah mereka sudah saling memahami. Meskipun ada keraguan dalam hati mereka, rasa nyaman itu begi
dan para tamu mulai berdatangan dengan tawa dan obrolan hangat. Ardi berusaha mengikuti suasana dengan tersenyum dan menyapa orang-orang, namun p
aun sederhana namun elegan, dan senyumannya masih sama menenangkan seperti biasa. Ardi merasakan jantungnya berdebar lebih cepa
kat di tempat yang agak sepi. Mereka berdiri di samping
u... terus terang, aku merasa ini kesempa
is, namun ada rasa
, Ardi... kamu yakin ini bukan masalah? M
kembali sadar akan risiko yang mereka ha
erasa tak bisa kembali lagi sekarang. Aku merasa
gi wajah Ardi yang pen
Ardi. Tapi aku takut. Takut melukai oran
lam tatapan itu, ada sebuah janji tak terucapkan, sebuah ikatan yang semakin kuat. Mereka tahu bahwa perasa
juga harapan. Mereka menyadari bahwa simpati yang berawal dari kedekatan ini tel
ambu