PERMEN MANIS UNTUK DIKA
an dan tawa yang sering mereka bagi, ada sesuatu yang mengganjal di hati Rina. Ketika melihat Dika berbagi pe
an-teman sekelas. Dengan gembira, Dika membagikan permen warna-warni yang Rina ber
u lagi!" teriak Tia sambil menjulurk
ab sambil tersenyum, membe
en itu padaku? Ia mengira permen yang diberikan adalah sesuatu yang spesial di antara
elas. Rina berusaha tersenyum, tetapi matanya tetap tertuju pa
asakan ada yang tidak beres. "Kamu baik-baik
amun, dalam hati, dia merasakan sebaliknya. Melihat Dika membuatnya senang,
teman-teman lainnya. Apa Dika lebih suka bersama mereka daripada bersamaku? pertanyaan itu terus ber
ekati Dika. "Dika, kita akan berlatih untuk lomba kan?" ta
Dika menjawab dengan semangat. Namun, Rina meras
permen. "Ini enak banget! Rina yang buat!" Dika berkata bangga. Rina mendengarnya,
kankah kita seharusnya menikmatinya bersama?" Rina tak bi
membuat mereka senang juga. Tapi, kamu tahu, permen i
mat itu justru semakin memperkuat rasa sakit di dalam hatinya. Apakah a
nghancurkan hari yang seharusnya menyenangkan. Namun, setiap kali Dika tertawa dan
"Rina, kamu terlihat tidak senang. A
pa dia tidak hanya membagikannya kepadaku?"
gkin dia tidak menyadari perasaanmu. Kamu harus b
semua ini?" Rina merasa bingung. "Jika aku memberi
arus berani mengambil ris
gunya. Saat latihan berlanjut, dia berusaha mengalihkan
n perasaanku? Dia tahu bahwa Dika tidak pernah bermaksud menyakiti, tetapi p
i oleh teman-teman. Aku harus melakukan sesuatu. Rina bertekad untuk berjuang agar bisa mengekspres
untuan yang ada di antara mereka. Jika aku tidak mengatakannya sekarang, mungkin aku akan menyesal sel
Dia berbaring di tempat tidurnya, menatap langit-langit yang gelap. Pikirannya dipenuhi dengan bayangan senyum Dika yan
ang lebih besar dari biasanya, berharap Dika akan menyadari bahwa permen tersebut istimewa dan hanya untuknya. Dengan
tanya ibunya yang tiba-t
ermen untuk Dika," jawab Ri
ingat, tidak hanya permen yang penting. Terkadang,
an masih menggelayuti pikirann
Rina menaruhnya dalam kotak cantik dan membawanya ke sekolah den
a. Dia duduk bersama teman-teman di bangku depan kelas. Rina
eluarkan kotak permen dari tasny
saat melihat permen berbentuk hati. "Wow, R
na sambil tersenyum, meskip
a mengambil satu permen dan men
ihat teman-teman Dika yang melirik dengan rasa
teman-temannya, rasa cemburu Rina muncul kembali. Ke
? Bukankah ini permen spesial?" Rina t
rus merasakannya! Perasaan mani
menyadari perasaan yang lebih dalam? Dia ingin berteriak bahwa permen it
na. "Apa kamu mau berbagi permen dengan aku di tempat yang lebih t
, meskipun keraguan masih men
n kelas. Rina merasakan kehadiran Dika yang membuatnya t
mu untuk lomba?" tanya Dika samb
berlatih. Tapi aku lebih
uga! Kamu pasti jadi
ng tepat. "Dika, ada sesuatu yang ingin aku katakan." Dia
h perhatian, seolah siap mendenga
na aku suka padamu," Rina akhirnya bisa mengatakannya. Su
k, matanya melebar.
n aneh. Tapi setiap kali aku melihatmu tersenyum, aku meras
bukan hal yang aneh. Aku juga merasa ada sesuatu yang lebih dari sekadar
g. "Jadi, kita... kita bi
akan berbagi semua hal manis, termasuk
adanya terangkat. "Terima kas
, di antara permen-permen manis dan tawa yang tulus, Rina tahu bahwa perasaannya tidak sia-sia. Cinta y
na masih merasakan cemburu sesekali ketika Dika bergaul dengan teman-teman lain, dia belajar bahwa cinta yang tulus
ambu