CINTA YANG BERPALING
di ruang kerja, Lia duduk di sofa dengan ponsel di tangan. Jemarinya bergerak r
a, kamu l
lama sebelum pes
aku bebas. Kam
l panggil. Dalam beberapa detik, suara Bima yang dalam dan hangat
ama sejak terakhir kali a
merasa nyaman, seperti kembali ke masa-masa SMA mereka, ketika ta
lagi seperti ini. Aku bahkan lupa kapan terakh
. ada yang hilang selama ini, d
, dan itu membuatnya semakin merasakan kehadiran lelaki itu, meski hanya lewat suara. Perlahan, ia merasa bahwa perc
adang merasa terjebak dalam rutinitas. Setiap hari, bangun, ngurus rumah, ana
ngkan bagian dari diri kita yang paling murni. Aku senang kalau
Arya akhir-akhir ini. Arya selalu pulang terlambat, sering kali terlelap sebelum mereka sempat bi
ak benar-benar didengar di rumah ini. Arya semakin sibuk dengan pekerjaan
a dihargai, merasa diperhatikan. Dan kalau Arya nggak bisa memb
kan. Tapi, ia juga merasakan ada rasa bersalah yang perlahan merayap. Ini tak seharusnya terjadi-Bima ha
ntang pekerjaannya, tentang kehidupannya yang kadang juga terasa sepi. Mereka berbicara tentang hal-hal keci
lau suatu saat kita akan keliling dunia bareng-bar
terasa begitu jauh tetapi masih
ulu punya mimpi besar sekali
esempatan kedua, kamu mau
ertanyaan itu lebih dalam daripada yang terlihat. Ada har
auh berbeda sekarang. Tapi, bicara denganmu... en
h jalan yang berbeda. Tapi selama masih ada ruang untu
sakan. Meski hatinya bercampur dengan perasaan bersalah, ia tak ingin menghentikan
apan itu akhirnya berakhir d
Kamu benar-benar sudah m
mbuatmu tersenyum lag
lamat ma
kencang. Sebagian dirinya tahu bahwa ini salah, namun ia tak bisa menghentikan dirinya untuk menginginkan lebih. Ia menatap lan
lam hidup Lia yang kesepian menjadi seperti pelarian, tetapi juga tempat di mana ia merasa berharga.
epalanya, membuatnya merasa bahagia sekaligus bersalah. Ia tahu, perhatian yang diberikan Bima membuatnya mera
ke dapur, masih setengah tertidur, namun seger
a: P
Mas. Mau k
ja. Banyak ke
antara mereka, meski Arya berada di ruangan yang sama. Pikirannya kembali teringat pada Bima, ya
kopi pada Arya, Lia men
buk sekali ya? Kadang... aku kange
lalu kembali menyesap ko
banget proyek. Nanti kalau sudah selesai
seakan menutup pintu untuk percakapan lebih lanjut. Selalu ada "nanti" untuk Ar
bicara melalui telepon atau pesan singkat. Bima selalu ada untuk mendengarkan cerita-cerita keci
a seperti biasa terfokus di ruang kerja, ponsel
a kita dulu suka duduk. Rasanya masih sama,
dangi pesan itu cukup lama
Anak-anak sudah tidur, dan
sana, mendengar cerita kamu samb
e kecil tempat mereka biasa bertemu semasa SMA. Ia tahu, imajinasi
tapi aku senang bisa menjadi tempat kamu berbagi. Aku s
, sesuatu yang sudah lama hilang dari kehidupannya bersama Arya. Namun,
inya sendiri, Lia pun membala
enapa aku begitu nyaman bicara sama kamu lagi. Mungkin kar
Lia. Mungkin itu tetap ada di sini... untuk mengi
bah dalam dirinya. Tiba-tiba, percakapan sederhana ini tak lagi terasa seperti nostalgia. Ia menyadari ba
isi kekosongan yang telah lama ia rasakan. Hingga larut malam, Lia masih
ambu