icon 0
icon Pengisian Ulang
rightIcon
icon Riwayat Membaca
rightIcon
icon Keluar
rightIcon
icon Unduh Aplikasi
rightIcon

Bertemu Kamu Saat Sudah Terikat

Bab 7 Pulang

Jumlah Kata:1006    |    Dirilis Pada: 06/11/2024

bil, suasana sedikit canggung di antara Rania dan Rendy. Se

u nganter kamu, Ran? Takutny

a-apa, Ren. Toh, Yoga juga nggak pernah t

nggak mau bikin situasi jadi ribet. Kam

a terlalu sibuk untuk tahu apa yang terjadi, Ren. Aku bahk

erhati-hati, "Tapi kamu baik-baik

as di pangkuannya. "Baik? Aku nggak

lum berbicara lagi. "Kamu masih punya aku kalau bu

. "Terima kasih, Ren. Kadang aku merasa lebih di

etika mobil berhenti di dekat rumah R

. Terima kasih udah ng

lum berbicara, "Jaga diri, Ran.

angkah menuju rumahnya dengan perasaan campur aduk, sementara

a memutarnya, dan suasana rumah yang sepi langsung menyergapnya. Mbok, pembantu yang suda

ng? Kemarin dari mana

kat. "Iya, Mbok. Kemarin ada urusan dadakan." Suaranya terd

uan Yoga belum pulang, Neng. Semalam pun tidak pul

inya. Dia terdiam sejenak, mencoba menahan perasaan yang mulai be

ggak ada dari semalam. Mbok kira

senyum kecil, berusaha menyembunyikan perasaan sakit yang ki

enghibur, "Neng nggak apa-apa? Mbok li

emas kedua tangannya di pangkuannya. "N

apa hari ini mengenal Rania, bis

au ada apa-apa cerita aja sama Mbok. M

nggak pernah peduli, Mbok. Bahkan nggak tahu apa yang terjadi sama aku. Dia... dia lebih

kepedihan. Mbok menatap Rania dengan penuh iba, tidak menyangka bahwa kehidupa

bok yakin Tuan Yoga sebenarnya sayang sama Nen

atuh. "Aku nggak tahu, Mbok. Yang aku tahu, aku merasa

un tidak tahu harus berkata apa lagi. "Neng jangan nyerah ya. Kalau a

meskipun dalam hatinya ada

harapan akan sebuah obrolan ringan atau setidaknya sapaan hangat, mendengar derit pintu kamar yang terbuka.

ah bagian dari rutinitas yang membosankan. Rania, yang sedang duduk di depan meja rias, memperhatikan suaminya dari pantulan cermin. Dalam hati, ia berharap Yoga aka

r menanyakan kabar. Setelah melepas jaket, ia melemparkannya begitu saja ke kursi, kemudian berjalan lurus menuju tempat tidur, tidak memandang

nya, melihat refleksi dirinya yang terlihat semakin redup. Di dalam hatinya, perasaan sepi dan terabaikan semaki

eberanian untuk memulai pembicaraan. Namun, lidahnya terasa kelu, dan ke

a hanyalah bayangan tak penting di kamar itu. Rania menelan kepahitan yang semakin mengental di dadanya,

empat tidur, Rania berdiri perlahan dari kursi meja rias, mematikan lampu kecil di meja

," jerit Rania dalam hati, menc

r dengan pikiran masing-masi

Buka APP dan Klaim Bonus Anda

Buka