Sekretaris Cantik Milik Tuan CEO
n-rekan yang lain pun terkejut. Mereka langsung menoleh dan mengurungkan
. Ia terus saja menarik tangan Nadira sampai di depan lift eksklusif yang hany
t dengan gerakan tangan yang mengepal di udara. Nadira hanya bisa menghembuskan nafas beratnya. Mengetahui hal itu Jo merasa tersinggung. Dengan gerakan tiba-tiba Jo mendorong Nadira masuk dan kembali menutup pintu lift. Nadira ketakutan berdua dengan lelaki itu di tempat sempit seperti ini. Bayangan atas kejadian malam itu pun muncul kembali. Ia segera me
p seperti itu?" tan
dira pelan sambil berusaha m
yang sangat dekat sampai-sampai Nadira bisa mencium aroma tubuh lelaki itu dengan jelas. Tentu saja Nadira langakhir kali kau menjual tubuhmu kepadaku seharga delapan puluh juta? Apakah a
ku melakukan itu
ingatkan bagaimana caramu
Namun, bukan Jo namanya jika mudah menyerah. Dia terus mencerca bagian itu dengan kecupan-kecupan ringan yang perlahan turun menuju leher jenjang Nadira. Kedua tangan Nadira mengepal. Berusaha melawan gej
birnya sudah mendarat sempurna di bibir gadis itu. Mata Nadira tertutup rapat. Tetapi perlahan ia menikmati ciuman itu. Jo kembali menekan tombol lift sesuai lantai ruangannya. Tanpa melepaskan pagutannya pada bibir Na
ata kau masih sesemangat itu," kata Jo meremehkan kemudian perg
terbengong melihat noda merah bekas gigitan Jo di lehernya. "Oh, my God! Iyan!" ujarnya geram. Buru-buru dia k
a terdiam, tapi matanya bergerak dari Nadira dan sisi belakangnya secara bergantian. Seakan ingin membe
ang berdehem yang membuat
a berada di sana?" tanya Nadira
kalian berdua sampa
anda merahnya dengan rambut. Lalu
Jo. Namun, aku akan mengambil cuti untuk beberapa hari ke depan. Sehingga aku memb
Tapi
. Semuanya sudah ku catat pada jurna
Pak.
angga. Bayu berjalan mendekati Nadira kemudian berbisik sebelum melewatinya, "Tapi, ku sarankan kau harus ekstra hati-hati. Sebab, hanya ada dua kemu
untuk mendapatkan uang,' pikir Nadira. Jo menjentikkan jari
kata dengan nada tinggi. Lalu mendorong pintu masuk ruangannya. Ia tertahan sebentar seakan teringat sesuatu.
udian ponselnya bergetar dan menunjukkan notifikasi mbanking mengenai uang masuk ke dalam rekeningnya sebe
ia segera duduk di kursi kerjanya yang berada di depan samping pintu masuk ruangan Jo. Pekerjaannya memang cukup b
ari pertamanya masuk. Nadira mulai merasa putus asa dan ingin menyerah. Sejak masuk tadi pagi. Dia sudah mendapatkan berbaga
as berkas kerjanya yang terbuka. Sungguh dia sudah merasa capek, ngantuk dan lapar
Drrrt...
n malas-malasan Nadira menggapainya dan
ila itu. "Ngapain lagi dia meneleponku?" gumamnya sambil menerima p
ang?" balas Om Sam
Nadira hendak mengakhiri panggilan itu. Namun,
ancam Om Sam. Belum sempat Nadira membalas ia kembali berkata, "Sudah cepat! Jangan banyak omong lagi. Sekar
tak mau kau jual lagi. Kalau kau tetap
tik ini juga aku akan berhenti
ih menunggu. Seketika ia membenamkan wajahnya ke berkas-berkas itu sambil menggerutu. "Huhuhu. Kenapa dunia ini tak pernah berpihak kepadaku?" ujar Nadira meratapi nasibnya. Namun, tak lama kemudian ia kembali me