CINTA DALAM BAYANGAN
ntor, dan Sarah belum juga kembali. Ia tahu, pekerjaan Sarah sebagai dokter di rumah sakit tidaklah mudah. Tapi akhir-akhir ini, waktu yang mereka hab
el dan mengetik pesa
h sakit? Pulan
malam-malam sebelumnya, ia menunggu dalam heni
terbuka, memperlihatkan sosok Sarah yang tampak lelah. Dia melep
?" tanya Sarah sambil me
a ini?" Arman menjawab dengan nada lembut
Mas. Tadi ada pasien darurat. Ini lagi musim demam
di dalam hatinya ia merasa tak nyaman. Sa
membuka obrolan, seolah mengabaikan k
masalah?" tanya Sarah, ber
"Nggak ada yang penti
terdiam. Sarah menghela napas panjang,
a," kata Sarah pelan. "Tapi aku cuma ingin kamu tahu, a
u tahu, Sarah. Tapi kadang aku merasa... entah, ada sesuatu yang hilang. Kita
dengar keluhan itu. "Mas, aku minta maaf
aan yang meluap-luap. "Sarah, aku cuma rindu... rindu
"Aku juga rindu, Mas. Tapi pekerjaanku ini nggak bisa aku tinggalkan
ahu ini impian kamu. Tapi aku juga perlu kamu ada di sini. Aku pe
ah dapur tanpa berkata apa-apa lagi. Arman menatapnya dari belakang, menyadari beta
ung, Apakah aku yang terlalu egois? Atau memang
jauh satu sama lain. Kesenjangan yang dulu hanya berupa ketidaknyamanan kecil kini terasa seperti jurang yan
memandangi langit-langit kamar, merenungkan kata-kata yang tadi mereka bicarakan. Rasanya hampa. Kedua
sarapan sederhana; berharap momen itu bisa memperbaiki suasana di antara mereka. I
mata yang masih setengah terpejam, ia
repot masak?" tanyanya
sama-sama, kan?" jawab Arman sambil tersenyum. Tapi senyum itu tera
a makan dengan percakapan ringan, namun setiap kali Arman mencoba men
dan berkata, "Mas, aku ngerti kamu merasa kita makin jauh. Tapi kita b
Aku tahu pekerjaan kamu itu penting, tapi apa yang kita punya di sini juga penting. Aku cuma i
itu. "Aku akan coba cari cara, Mas. Mungkin aku
menyela dengan sor
k, lalu tersenyum. "Aku
etap tak bisa hilang. Arman tahu janji ini bukan pertama kalinya terdengar,
it terus datang. Setiap kali Arman melihat Sarah harus pergi, ia merasa hatinya semakin hancur. Tak jarang, di
dekat rumah mereka. Ia duduk di sudut ruangan, memesan secangkir kopi, mencoba melupakan sejenak r
? Ini
Rania adalah sosok yang ceria, penuh energi positif, dan selalu mudah bergaul. Mereka saling
u di sini sekarang?" tanya Arma
di sini. Kamu sendiri gimana? Lihatnya kamu baik-baik aja, ya?" Ran
a senyum itu hanyalah topeng untuk menutupi perasaannya. Tanpa sadar, ia mulai berceri
ot mata simpatik. "Itu pasti berat, Man. Tapi... kamu juga butuh ba
dimengerti dalam beberapa jam berbicara dengan Rania daripada dalam
it terangkat. Namun, dalam benaknya, ia tak bisa menghilangkan perasaan bersalah. Meski tidak terjadi apa-apa antara dir
n segar di tengah kebekuan pernikahannya. Tanpa ia sadari, benih pe
ambu