ANTARA DUA CINTA
li, kini berubah menjadi kebiasaan. Mereka mulai mengatur jadwal pertemuan di tempat-tempat yang jauh dari keramaian-sebuah kedai kopi kecil di pinggiran kot
segelintir orang. Raka sudah duduk di pojok ruangan, menunggunya dengan senyum lebar y
dengan tatapan dalam, seol
ung, menundukkan pan
tentang impian dan perjalanan yang ia tempuh selama mereka terpisah. Namun, percakapan sederhana itu tak l
t. Sentuhan itu membuat Lina terdiam. Hatinya bergejolak antara rasa bahagia d
kita bertemu... rasanya seperti mimpi yang nggak mau aku bangun
ia menjauh, namun kekuatan perasa
..." Lina menunduk, menggigit bibirnya, merasa
p pada Lina. "Lin, aku tahu ini mungkin sulit. Tapi aku nggak bisa berpura-
bisa dianggap sepele. Dengan Raka, ada rasa kebebasan, gairah, dan nostalgia yang tak bisa ia temukan bersam
asan di langit. Tanpa berkata-kata, mereka berjalan beriringan, menikmati momen tanpa perlu berpur
wa aku selalu ada di sini. Kalau kamu butuh apa pun... kalau kamu ingin pergi dari
a memberikannya kebahagiaan yang ia cari selama ini, tetapi pada saat yang sama, ia
amu muncul di saat aku merasa kehilangan diri sendiri. Kamu membuat aku merasa hidup lagi
Lin. Tapi kamu juga berhak merasa bahagia. Aku nggak akan maksa
seolah tak bisa ia tahan lagi. Tanpa berkata apa-apa lagi, ia memejamkan mata, membi
dari perasaan-perasaan yang selama ini terpendam, dan dalam sekejap itu, Lina melupakan segala keraguan, segala rasa bersalah yan
sadar bahwa apa yang ia lakukan baru saja menambah beban di hatinya. Dengan Raka, ia menemukan k
a bisa berdoa dalam hati, berharap ia dap
Arman, perasaannya tetap bergejolak. Di satu sisi, ia merasa bersalah melihat suaminya yang tak pernah menyadari kebingungan dalam hatinya. Di
ndokkan makanan, tidak menyadari kec
k banget, ya?" tanya Arman sambil te
nggak apa-apa kok, Mas. Hanya
liburan singkat di akhir pekan, seolah-olah semuanya baik-baik saja. Mendengar rencana itu, Lina merasa semakin sesak. Ia tahu ba
Lina terjaga sendirian di ruang tamu. Ia menggenggam
tahu betapa aku bahagia bisa melihat senyummu l
sudah ia bangun bersama Arman, sosok suami yang setia dan penuh kasih. Di sisi lain, ada Raka, dengan gairah dan keintiman yang telah lama hilang
ina mengetik pesan
kamu. Tapi kita nggak bisa terus beg
ia tekan "kirim." Hatinya terasa sedikit leg
ponselnya bergetar.
bani. Tapi perasaanku ini nggak main-main. Kalau kamu ma
pikirannya, ia tak bisa mengingkari perasaan yang timbul setiap kali ia bersama Raka. Hubungan ini, yan
wa Lina ke dalam dunia yang penuh gairah dan kebahagiaan yang sulit ia dapatkan dalam kehidupannya yang biasa.
ngan alasan bertemu teman, Arman tiba-tiba memelu
api kalau kamu butuh bicara, aku di sini," ucap Arman pelan, su
itu. Ia menggenggam tangan Arman yang melin
uat aku." Lina menunduk, menyembunyikan
ini, ia merasakan betapa dalam ikatannya dengan suaminya, dan bagaimana ia sulit untuk benar-benar melepaskannya. Namun, dalam hatinya yang ter
ar bahwa rahasia ini lambat laun tid
ambu