icon 0
icon Pengisian Ulang
rightIcon
icon Riwayat Membaca
rightIcon
icon Keluar
rightIcon
icon Unduh Aplikasi
rightIcon
PERASAAN YANG TERSESAT

PERASAAN YANG TERSESAT

icon

Bab 1 Rutinitas yang Membosankan

Jumlah Kata:1391    |    Dirilis Pada: 31/10/2024

bus ketenangannya. Pagi itu, seperti pagi-pagi sebelumnya, ia duduk di meja makan, mengaduk kopi hitamnya dengan malas. Istrinya, Maya, telah men

ng tergerai tertiup angin pagi, menambah kesan cantik di wajahnya. Namu

t Dika berlarian di halaman, melompati genangan air yang tersisa dari hujan semal

ihat! Aku bisa melompat jauh!" katanya sambil menunjukkan aksi

tetapi hatinya terasa kosong. Ia merasa sepert

emana untuk akhir pekan ini?" tany

uara Riko mulai menghilang. Ia tidak tahu apa yang ingin merek

dakberdayaan suaminya. "Baiklah, kita lih

etujui, meskipun hatinya seolah ti

suara radio mengalun pelan, memutar lagu-lagu lama yang mengingatkannya pada masa-masa

ekannya yang sibuk berbincang. "Riko! Kamu sudah denger

sambil melangkah k

pemimpin proyek kita. Semua orang an

di kantor. Ia mendengar bahwa Luna muda, cantik, dan sangat bersemangat. Meski be

mbali ke rumah, lelah dengan pekerjaannya, tetapi pikiran Riko mulai melayang ke arah Luna

masuk dengan membawa secangkir kopi. "Hai,

lang energi," jawab Riko

erita sambil minum kopi? Aku merasa kita b

an di kepalanya, membuatnya merasa lebih hidup. "B

an menakjubkan!" Luna bercerita, matanya berbinar-binar. "Aku suka ber

alam rutinitas," Riko menjawab sambil tertawa kec

esuatu yang baru untuk menggugah semangat

idupnya. Namun, suara kecil dalam hatinya bertanya, "Apa

kehidupan yang lebih berarti. Namun, saat Riko melangkah ke rumah malam itu, rasa bersalah menghantui langkahnya. Ia merasa terjeb

, memandangi layar televisi yang menyala, tetapi pikirannya tidak dapat teralihkan dari seny

apa?" tanya Maya dengan khawa

Riko menjawab sambil tersenyum tipis, ber

sti memikirkan sesuatu yang lebih dari sekadar pekerjaan. Jika

api ia tidak ingin melukainya. "Benar, ini hanya... rutinitas yan

kmu," jawab Maya, menyentuh tangan Riko. Tangan lembutnya membe

di luar, bintang-bintang bersinar, tetapi hatinya terasa sepi. Suara tawa Dika dari kamar di sebelah mengin

as yang sama. Ia pergi ke taman dekat rumah untuk berlari. Udara pagi terasa segar, tetapi seiring ia berlari,

aat ia menginjakkan kaki di kantor, kehadiran Luna membuatnya berdeba

," jawab Riko, berusaha meny

emukau rekan-rekan lainnya. Riko tidak bisa tidak terpesona melihatnya, bagaim

luar biasa di rapat tadi. Semua orang terkes

entang proyek ini. Semoga kita bisa membuatny

melakukan yang terbaik." Ia merasa ada koneksi yang kuat di an

berbagi cerita, dan tertawa. Riko merasa hidupnya mulai berwarna kembali, tetapi rasa bersalahnya juga s

rcerita tentang impian dan harapannya. "Aku selalu ingin menjelajahi dunia, mencoba hal-hal

aku juga punya tanggung jawab... Keluarg

rutinitas. Kita harus berani bermimpi!" Luna menatap Riko dengan

in mengikuti impian itu, tetapi di sisi lain, hatinya terikat p

idup ini berharga," ujar Luna, menjabat tangan Rik

juga, suara hati kecilnya mengingatkannya akan Maya dan Dika. "Aku

, ia berusaha untuk terlihat normal. Namun, semua yang terjadi membuatnya merasa terpecah. Maya m

iba-tiba bertanya, "Ayah, kenapa kamu s

Hanya banyak pekerjaan," jawabnya sambil

ang ingin kamu bicarakan, aku di sini untukmu," kata

alam hatinya, ia tahu bahwa segala sesuatunya semakin rumit. Rasa bersalahnya te

-benar ingin terus terjebak dalam rutinitas ini, atau berani mengambil langkah menuju sesuatu yang baru? D

ambu

Buka APP dan Klaim Bonus Anda

Buka