TITIK PENGKHIANATAN
engan Gita, Rina masih merasakan ketidakpastian mengganggu pikirannya. Setiap kali Dika pulang, dia beru
yang tampak lebih rapi dari biasanya, serta celana yang baru dan sepatu yang mengkil
asa di dalam tatapannya. Rina merasa seperti sedang berbicara dengan orang ya
atkan sebelumnya. Salah satu hal yang paling mencolok adalah parfum baru yang Dika gunakan. Wanginya me
baru?" Rina bertanya, b
aru," Dika menjawab sambil menuangkan kopi ke dalam cangkirnya
ak bertanya lagi. "Kamu tidak biasanya memperhatikan pe
rsembunyi di balik jawabannya. "Aku hanya ingin tampil lebih profesional.
at. Dia mulai mencatat setiap perilaku Dika yang mencurigakan: waktu pulang yang semakin larut, ketid
h. Dia membuka lemari pakaian Dika, berharap menemukan sesuatu yang bisa menjelaskan perubah
p yang tertanggal baru-baru ini, serta tiket konser. Dia merasa jantungnya berde
ng konser dan bioskop tersebut. Ketika dia menemukan bahwa tiket itu dipesan di mala
gu dengan emosi yang campur aduk. "Dika, kit
ihat seperti ini?" Dika be
g tiket bioskop ini?" Rina menunjukkan
a seolah terpaku. "Rina,
"Semua ini berbau mencurigakan. Kamu bahkan t
uk motivasi! Kami harus pergi untuk menjalin hubungan
engapa kamu tidak bisa bersikap jujur?" Rina merasa frustasi. "Setiap kali ak
ahu semuanya tampak buruk. Tapi aku tidak ingin k
mu menyembunyikan semua ini dariku? Ini bukan tentang menga
on, jangan terlalu berlebihan. Ini semua hanya kebetulan. Kita semua berusaha ke
tentang kita!" Rina merasakan air matanya mengalir. "Aku ingin kita t
mendekatinya. "Aku mencintaimu, Rina. Tidak ada
aku merasa seolah ada yang tidak beres. Aku tidak bisa terus hidup da
engatasi ini. Aku janji. Kita akan berbica
setiap tanda yang dia lihat semakin menegaskan kecurigaannya. Dengan perasaan campur aduk, merek
h kecemasan. Apa yang akan terungkap di pertemuan itu? Dia tahu bahwa kebenaran, tidak peduli seburuk apa pun itu, harus segera
di dalam perutnya. Dia mencoba untuk bersikap tenang saat Dika mengemudika
harus melakukan ini. Kita perlu mendengar langsung dar
nakan gaun sederhana yang tampak anggun, tetapi Rina tidak bisa menahan perasaan was-w
engangkat wajahnya. Senyumnya langs
Gita menyapa, suarany
mencoba terdengar ramah. Dia merasa ingin m
bicarakan?" Gita bertanya sambil m
ungan kalian di kantor," katanya, menatap Gita dengan serius.
khawatir, dan aku ingin dia
presinya. "Oh, itu hanya pekerjaan. Kami bekerja sama
. "Sejak kapan kalian menjadi sedekat ini? Dika t
n ketegangan di wajahnya. "Kami hanya tim yang so
egangan di antara kita. Jika ada yang kamu sembunyikan, lebih baik
niatan buruk," Gita berusaha meyakinkan. "Kamu tahu bagaimana cara
apa Dika tidak pernah membahas ini denganku? M
a. "Rina, aku tidak bermaksud untuk menyembunyikan apa
amu bekerja dengan Gita, tetapi sekarang semuanya jadi berantaka
kita harus membahas ini dengan lebih t
ng salah paham lagi!" Rina menjawab dengan berapi-api. "Jika tidak ada yang ter
k. "Pesan-pesan? Ap
rigakan yang aku temukan di ponsel
ak tahu tentang pesan-pesan itu. Jika Dika menghubungi
idak bisa menganggap bahwa ini semua adalah buk
jelas mencurigakan. Setiap kali kamu pulang laru
berusaha meraih tangannya. "Ini semu
ini terjadi?" Rina menarik tangannya kembali.
ih terbuka. Aku bisa memastikan Rina bahwa tidak ada yang terjadi. Tap
ur satu sama lain. Jika kita ingin memperba
peduli seburuk apa pun? Dia tahu bahwa hari ini akan menjadi titik balik dalam hubungan mereka.
aranya sedikit lebih tenang. "Mari kita bicarakan semuanya
asih membara. Mereka semua tahu bahwa pertemuan ini adalah langkah pertama menuju sebuah
ambu