icon 0
icon Pengisian Ulang
rightIcon
icon Riwayat Membaca
rightIcon
icon Keluar
rightIcon
icon Unduh Aplikasi
rightIcon

Ranjang Panas Tuan Lucas

Bab 4 Kepedihan

Jumlah Kata:1009    |    Dirilis Pada: 28/10/2024

i pelepasan. Cairan cintanya tumpah di dalam rahim h

angannya mengelus paha Flora. "Tidurlah dulu, kau pasti capek setelah

i ciuman pada pucuk dada gadis itu. Ah, bahkan tak segan u

yang ia ciptakan kini memantik gairahnya lagi. Perlahan ia bangkit, erek

ta lakukan lagi, Sayang," bisiknya yang

us meneteskan air mata. Ia terus memaksakan nafsunya, memasukkan ereks

Flo. Nikmat sekali!" racaunya saat cair

tu kejam mencekiknya. Ia hanya bisa pasrah, tak sanggup melawan samp

h tak ingin menatap lelaki itu, seseorang yang telah mengambil sesuatu ya

ak emosi yang bergemuruh di hatinya. Namun demikian, air m

-olah apa yang baru saja terjadi hanyalah hal biasa. Napasny

dan tak lama kemudian ia terlelap, meninggalk

menyelimuti dirinya, merasa seol

ri, suaranya hampir tenggelam dalam deru angin ma

merasakan dinginnya embun y

ga? Apa aku masih pantas hidup walau sudah tidak suci?" Pertanyaan i

helaan napasnya. Namun, perasaan nelangsa itu enggan pergi. Ia hanya bis

napas Lucas yang terdengar, menjadi satu-satu

ali bergumam, "Mengapa

akitkan. Dengan langkah tertatih, ia berjalan menuju kamar mand

berdiri di bawah aliran air yang deras, memb

mampu menahan emosi yang ia pendam, ia menangi

Dengan gerakan yang penuh kemarahan dan penyesalan, ia menggosok kulit tubuhnya

nda dari kekejaman dan ketidakpedulian pria

gini?!" pekiknya lirih d

kan mata, berharap semua ini hanya m

nti. Meski tubuhnya terasa perih, ia tak peduli. Luka

ejak menyakitkan itu lenyap, dan luka

hidupnya, ia belum pernah menjalin hubungan atau dekat dengan pria man

h ia kenal sebelumnya, datang begitu saja ke dalam h

ngkan tubuhnya dan mengenakan kembali pakaiannya. Napasnya masih terengah, t

k terjadi apa-apa. Melihatnya begitu tenang, Flora merasa perih, seola

n melangkah keluar dengan langkah pelan, berusa

k menangis lagi. Ia melangkah dengan hati yang berat, meninggalkan malam yang

i kamar kosnya. Begitu pintu tertutup di belakangnya, ia tak mampu lagi menahan diri. Langkahnya t

kan tak terkatakan. Tangan mungilnya memukul dadanya sendiri, seolah berharap rasa

iknya di antara tangis yang

pikir, gara-gara utang yang tak pernah ia ketahui sebelumnya, utang yang konon adalah

i Flora, tetapi ia merasa tak berdaya, seolah sem

jat. Tangan gemetarnya menyentuh perutnya. seola

. Hatinya diliputi ketakutan yang mendalam, bagaimana jika kejadian malam

ng. "Apa yang harus kulakukan ...?" ujarn

Buka APP dan Klaim Bonus Anda

Buka